13| Bukan Penjahatnya

213 24 3
                                    

"Tidak perlu terlalu keras memikirkan, percayalah waktu pun mampu menyembuhkan semua luka yang tidak bisa kau obati, meski sudah bersusah payah kau mencari pengganti."

***

Mereka berdua masih berada di rooftoop panti padahal jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Hanya memandangi langit dan menikmati angin malam saja, tanpa ada sepatah kata pun yang menyadarkan mereka dari keindahan ini.

Nola melirik Galang, laki-laki itu sedang menatap gelapnya langit dalam diam dengan tatapan sedikit sendu.

"Lang," panggil Nola.

Galang menatap Nola.

"Gue mau nanya sama lo boleh?"

Galang mengangguk.

"Lo..." Sedikit ragu untuk tetap bertanya apa yang dia pikirkan atau tidak. "Ada hubungan sama Fanya, ya?"

Galang diam atas pertanyaan yang Nola berikan. "Dia mantan gue. Kakak kelas gue waktu SMP, beda satu tahun."

Nola hanya mendengarkan, dia tidak berniat untuk bertanya apa-apa lagi.

"Fanya selingkuh di belakang gue," lanjut Galang setelah lama hanya diam saja.

Nola mengelus bahu Galang. Mencoba meruntuhkan beban-beban yang dipikulnya seorang diri.

Nola menghela napas. "Terkadang, seseorang yang lo sayang adalah orang yang tega nyakitin lo."

Galang melirik Nola.

"Karena ketika lo mencintai dia, kenangannya lah yang membuat lo kuat akan rasa sakit itu. Jadi saat rasa sakit itu hadir, lo menepisnya seakan-akan lo nggak pernah ngerasain sakit. Tapi gue percaya, bahwa perasaan seseorang akan berubah. Mungkin nggak sekarang tapi nanti. Dan perasaan lo terhadap Fanya akan hilang diganti yang baru, yang sudah ditentukan," lanjut Nola.

Galang diam, dia mencerna baik-baik kalimat yang keluar dari mulut Nola.

"Lang." Nola mengelus lembut telapak tangan Galang. "Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Mulai damai dengan masa lalu lo. Buat apa masa lalu dilupakan, toh, itu sudah menjadi bagian dari hidup lo. Dengan lo terima dia maka lama-kelamaan kenangan itu akan memudar sendirinya. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru. Itu emang sulit, tapi nggak berarti itu mustahil."

Galang menatap Nola lekat, tak lama kemudian dia menarik Nola kedalam pelukannya. Nola membiarkan Galang mendekap dirinya. Nola tahu, Galang lelah menghadapi masalahnya seorang diri.

Galang merenggangkan pelukannya. "Lo punya mantan nggak?"

Nola diam, tak lama dia pun mengangguk.

"Kenapa bisa putus?" Tanya Galang lagi.

"Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya."

Galang tertawa, dia mengelus rambut Nola. "Yang ninggalin lo bakal nyesal, gue yakin."

"Sok, tahu!"

Galang menggeleng. "Buktinya, dia rela ninggalin sebongkah berlian demi satu biji cabe."

"Itu lo kali, bukan gue!"

Galang diam, tak lama mereka berdua tertawa. Menikmati malam dan rindu-rindu yang telah mereka lewati.

***

Perempuan itu menggeliat lembut di atas kasurnya, memeluk guling yang berada tepat di sebelahnya. Rambutnya menutupi wajah cantiknya yang sedang tertidur. Cahaya matahari yang masuk dari sela ventilasi tidak mengganggu acara tidurnya. Justru malah menambah nyenyak karena kehangatan dari cahaya itu.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang