12| Terima Kasih Dari Hati

200 23 3
                                    

"Aku suka tidur. Mengapa begitu?
Karena aku bisa melepaskan beban pikiran dan mengistirahatkan tubuh saat semua tak lagi mengerti keadaanku."

***

Perempuan itu tengkurap dengan matanya yang tertuju ke layar laptop yang menampilkan film berjudul Abduction, film yang diperankan oleh Lily J Collins dan Taylor Lautner. Di sebelahnya terdapat Fara yang sedang memainkan ponsel.

Fara berniat untuk menginap semalaman lagi, karena orang tuanya pergi ke Bandung dan dirinya nanti hanya sendirian saja di rumah. Fara adalah anak tunggal.

"Anjir," umpat Nola saat melihat adegan di film tersebut yang berada di dalam kereta.

Fara segera mengalihkan tatapannya ke layar laptop. "Taylor hitam manis, ya?"

Nola mengangguk. "Kaya Juna."

Fara melirik Nola dengan tajam. "Juna cowok gue."

"Tahu kali gue."

Pintu kamar Nola terbuka, tak lama kemudian Azra terlihat di sana. Dia memperhatikan kamar Nola yang sangat berantakan karena Fara membuang sampah camilan sembarangan.

"Kenapa, Kak?" Tanya Nola.

"Ada teman lo di bawah."

"Siapa?"

"Mana gue tahu. Samperin dulu sana."

Nola mengangguk. "Yaudah tunggu dulu."

Azra menutup pintu.

Nola mengernyit bingung, siapa yang datang malam-malam begini. Jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam.

"Lo ngapain bengong?"

Nola melirik Fara. "Siapa, sih, yang datang?"

Fara berdecak. "Makanya samperin dulu sana biar lo tahu siapa yang datang."

Nola berdiri, dia merapikan kunciran rambutnya yang berantakan. "Kok, gue gemetaran, ya?"

Fara melotot tajam. "CEPETAN!!" Teriaknya yang membuat Nola berlari keluar kamar.

Perempuan itu menuruni anak tangga dengan ponsel di genggamannya. Nola mengalihkan tatapannya ke laki-laki yang duduk di sofa.

"Ya, ampun, Lang. Lo kenapa ke rumah gue? Untung nggak ada bokap gue," kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Nola.

Galang mendongak, dia tersenyum. "Emang bokap lo masih nggak suka sama gue?"

Nola lebih memilih tidak menjawab pertanyaan itu. Dia duduk di sofa berhadapan dengan Galang. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk mengucapkan kata-kata seperti tadi. Tetapi memang benar, jika ada Papanya pasti Galang akan kena omel bahkan diusir.

"Nanti gue buat bokap lo suka lagi sama gue deh," lanjutnya.

"Lo ngapain kesini?" Nola mengalihkan pembicaraan.

"Emang gue nggak boleh main?"

"Bukan gitu, tapi lo udah nggak papa?"

"Emang gue kenapa?"

Nola menatapnya dengan tajam "Ah, bodo, lah!"

Galang tertawa, ia pun bingung untuk berbicara apa.

"Jalan, yuk," ucap Galang tiba-tiba.

Nola membulatkan matanya. "Hah?"

"Jalan," ulang Galang.

"Tapi ini udah malam, Lang."

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang