30| Because, I Care

144 21 7
                                    

"Jangan pergi lalu datang dengan sesuka hati. Karena sakit dari itu semua susah dihilangkannya."

***

Perempuan itu berjalan seorang diri di koridor sekolah yang sudah terlihat sepi. Bel pulang sudah berbunyi satu jam yang lalu, tapi karena kondisi hati yang sedang tidak baik, ia lebih memilih berada di dalam kelas seorang diri sembari memainkan musik galau. Kedua tangan Nola berada ditali tas, ia melangkah seraya menunduk. Layaknya orang yang sudah bosan untuk hidup.

Ia berbelok ke arah gerbang yang berarti melewati parkiran. Matanya mengernyit saat melihat kerikil kecil menggelinding mengenai ujung sepatunya. Ia berjongkok mengambil kerikil itu, lalu berdiri lagi. Matanya menatap setiap sudut parkiran yang hanya ada beberapa kendaraan milik guru yang belum pada pulang. Lalu matanya menangkap sosok laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya sedang tersenyum seraya melambaikan tangan. Bukannya membalas lambaian tangan  itu, Nola malah mendengus dan melempar kerikil itu asal saja.

"Kenapa baru ke luar?" tanya Vanu yang sudah berada di hadapannya.

"Lo ngapain disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Vanu, ia malah bertanya dengan nada sinis.

"Mau jemput kamu, kan."

Nola berdecak. "Gue bisa pulang sendiri." Ia berjalan meninggalkan Vanu, namun baru beberapa langkah, pergelangan tangan Nola ditahan.

"Kamu berubah," ucap Vanu, membuat Nola menengok ke belakang, menatap Vanu dengan bingung.

"Lo bilang apa?"

"Kamu berubah, Fa," ulang Vanu.

Nola tertawa sinis. "Gue berubah karena siapa kalau bukan karena lo. Andai aja lo waktu itu nggak ninggalin gue, gue nggak bakal berubah dan berpaling ke lain hati. Tapi apa? Lo ninggalin gue, meninggalkan luka. Lalu datang dan ingin mengulangnya seperti dulu. Lo kira gampang, hah?!"

Vanu diam, ia tidak membalas perkataan Nola. Karena ia tahu, perempuan di hadapannya ini memang sangat kecewa. Dan ia akan menjelaskannya nanti jika uneg-uneg Nola sudah ke luar semua.

"Gue disini melakukan apapun agar luka yang selama ini ada di dalam diri gue, hilang. Mengikhlaskan apa yang terjadi antara lo dan gue. Mencoba untuk tidak mengharapkan lo lagi. Tapi kenapa saat gue udah berhasil lakukan itu, lo malah balik lagi? KENAPA?!!" Nola menunduk, setetes air matanya jatuh. Ia hari ini terlihat sangat menyedihkan, sudah menangis di depan dua lelaki.

"Aku bakal jelasin, tapi nggak disini."

Nola mendongak. "Mau dijelasin apa lagi? Lo udah hancurin hidup gue. Disaat gue udah bahagia, udah mengerti kebahagiaan yang sebenarnya. Lo datang dan merusak kebahagiaan gue. Lo egois ya, Van. Karena lo, kebahagiaan gue hancur sama seseorang yang udah menjaga gue."

Vanu mengerti kemana arah pembicaraan Nola menatap dengan tidak percaya. "Pu– putus?"

"Puas, kan, lo sekarang lihat gue putus. Itu, kan, yang lo inginkan?!"

"Fa, sorry."

Nola menghela napas, ia mengusap kedua pipinya yang sudah basah dengan air mata. Namun tak urung tangisan itu malah tambah kencang. Tak pernah terpikir di otaknya jika cerita hidupnya akan seperti ini. Bagaimanapun juga ia masih mencintai Galang, sangat-sangat mencintainya.

Vanu mendekat. Ia mendekap tubuh Nola. Nola yang awalnya berontak pun sudah kelelahan karena tenaganya sudah terkuras menangis hampir seharian ini. Jadi, ua hanya bisa memukul-mukul dada bidang Vanu walaupun itu tidak lama.

"Maaf, Fa," ucap Vanu seraya membelai rambut panjang Nola.

"Lo jahat, Van," gumam Nola.

"Sorry." Vanu menepuk puncak kepala Nola. "Kita pulang, ya. Nanti aku bakal jelasin di rumah."

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang