34| Heart Break

137 19 7
                                    

"Jika suatu saat kamu merindukanku, tenangkan dirimu, pikiran kembali kenapa dahulu memilih untuk pergi. Sebab hatiku yang kamu lukai dapat terobati seiring bayanganmu pergi."

***

Laki-laki itu duduk, menundukkan kepalanya dengan rasa sakit yang hebat. Ia merasa bersalah karena sudah benar-benar membuat Nola merasa kehilangan. Saat berpisah kemarin, ia sudah bersusah payah untuk pamit dengan cara yang baik tanpa membebankan Nola, namun ternyata gagal, semuanya jauh dari ekspektasi apa yang ia pikirkan, terlebih lagi hubungannya sekarang dengan Geyra.

Ya, memang. Tidak ada perpisahan dengan cara yang baik. Semua perpisahan akan menjatuhkan air mata.

Galang menghela napas kasar, ia mengusap wajahnya gusar, pusing memikirkan hal ini. Ia tersentak ketika tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya, ternyata Geyra.

"Kamu ke mana aja, sih, aku cariin dari tadi. Aku, kan, lapar, ayo ke kantin kita makan bar–"

"Sttt! Udah deh jangan berisik! Gue pusing!"

"Kamu kenapa, sih, Lang?"

"Gue bilang jangan berisik turutin aja kenapa, sih!!" Galang menatap tajam Geyra.

Tanpa sepengetahuan kedua remaja tersebut, Nola sedang memperhatikan dari balik dinding.

"Kamu masih mikirin Nola?! Lang, kamu itu pacar aku! Apa susahnya sih buat ngakuin kalau aku itu pacar kamu!"

"Susah! Sangat susah! Karena lo bersikap semau lo, jadi gue geli buat ngakuin lo sebagai pacar gue! Lo dengan seenaknya nyium gue,o dengan seenaknya ancam gue! Apa lo tahu kalau gue sekarang sedang tertekan?! Lo nggak tahu, kan?!"

Di ujung koridor, tubuh Nola menegang mendengar penuturan Galang yang panjang lebar tadi.

Nyium?

Ciuman?

Mereka berdua pernah ciuman?

Tanpa memperhatikan kelanjutannya lagi, Nola melangkah pergi dengan air mata yang sudah menyeluruh.

"Lang."

"Sekali aja, Gey, lo ngertiin gimana rasanya jadi gue. Jangan gue terus yang ngertiin lo. Gue sebenarnya nggak takut dengan ancaman lo, tapi gue kasihan. Lo jadi kaya cewek murahan yang terlalu mengemis cinta laki-laki."

"Lang."

Galang berdiri. "Dan setelah ini, gue sangat minta tolong, lo jangan ganggu gue lagi!" Setelah mengatakan hal yang mampu menusuk hati Geyra, Galang melangkah pergi meninggalkan Geyra yang sudah menangis.

***

Malam ini dengan tidak adanya penghuni langit, laki-laki itu ke luar dari salah satu club terkenal di Jakarta. Jam sudah menunjukkan pukul tiga malam. Galang melangkah gontai, ia memutuskan untuk minum karena sudah terlalu lelah memikirkan hal yang terjadi saat di sekolah tadi.

Dengan pandangan yang buram, Galang membuka pintu mobilnya. Ia menelungkupkan wajah di lipatan tangan di atas stir. Mulutnya tidak berhenti meracau menyebut nama wanita yang pernah mengisi hatinya dahulu.

"Aku nggak mau kehilangan kamu Nola. Hahaha ... bullshit goblok. Buktinya lo malah putusin Nola!" ucap Galang dengan suara tidak jelasnya.

"Gue mau tidur. Ngantuk. Mau pergi jauh biar nggak ketemu nenek lampir," racaunya lagi.

Tepat saat seseorang membuka pintu mobil Galang, laki-laki itu jatuh tidak sadarkan diri.

"Eh, aduh! Ini gimana dah! Gue pakai salah buka pintu mobil anjir. Nih cowok malah pingsan segala emang muka gue kaya setan!" Heboh seorang perempuan berambut bondol yang tadi salah membuka pintu mobil.

"Mas-Mas!" Perempuan itu menepuk pipi Galang berkali-kali, namun Galang tidak merespon apa-apa.

"Gimana ini?" Perempuan itu heboh sendiri hingga tatapannya jatuh ke ponsel yang tergeletak di kursi penumpang.

"Aduh, Mas, maaf, ya, ini urgent banget soalnya. Dari pada gue diomelin nyokap gue, kan." Perempuan itu mengambil ponsel Galang, untung saja tidak di-lock. Ia mulai mencari kontak yang bisa dihubungi walaupun ia tidak kenal dengan orang yang ada di kontak ponsel Galang.

"Baby? Apa gue telepon pacarnya aja kali, ya? Yaudah deh gue telepon aja!"

"Ayo dong angkat!" gerutu perempuan itu.

"Halo, Mbak!"

"Galang?" ucap perempuan dengan suara serak.

"Ini bukan Galang, Mbak! Saya tadi salah buka mobil, ternyata pacar Mbak dalam keadaan mabuk terus pingsan di dalam mobil."

"Pacar?"

"Iya, Mbak pacarnya, kan? Soalnya username di kontaknya baby. Jadi saya kira Mbak pacarnya."

"Galangnya dimana?"

"Dia pingsan di dalam mobil di depan club Haris."

"Oke, terima kasih, saya segera ke sana."

"Maaf ya, Mbak, ganggu malam-malam."

Tut.

"Nih, Mas, saya balikin. Saya tutup ya pintunya, permisi."

***

Perempuan itu berlari di tengah malam yang gelap ini. Ia mengatur napasnya saat sudah berada beberapa meter dari club tersebut. Ia pun melanjutkan larinya lagi. Tadi saat ponselnya berbunyi, ia kira itu Fara makanya ia biarkan. Namun ponselnya terus berdering yang mau tidak mau Nola mengangkatnya.

Untung saja Papanya sedang berada di luar kota dalam waktu seminggu, mengurusi rekan kerjanya yang sedang dalam masalah di perusahaan. Nola membuka pintu mobil yang sudah sangat ia kenali. Benar, laki-laki itu sudah tidak sadarkan diri.

"Lang! Galang!!" Nola menepuk pipi Galang berkali-kali.

Karena tidak ada respon dari Galang. Ia memindahkan Galang ke kursi penumpang, mulai menyetir walaupun masih belum begitu mahir.

Beberapa menit kemudian, mobil Galang yang dikendarai Nola berhenti di depan apartemen Noval. Ya, memang Noval memiliki apartemen yang ia beli dengan hasil tabungannya sendiri. Nola membopong tubuh besar Galang memasuki apartemen dengan susah payah. Ia keluar dari lift, memasuki password lalu membawa Galang ke kamar.

Nola duduk di pinggir ranjang, mengusap lembut rambut hitam Galang yang sudah menebal. "Kenapa lo jadi suka minum lagi, sih?"

Perempuan itu memegang dahi Galang yang suhunya sangat panas. Nola pun berdiri ke dapur untuk mengambil kompresan. Memeras handuk kecil biru lalu ditempelkan ke dahi Galang. Diulanginya berkali-kali hal tersebut hingga lelah ia pun tertidur di sofa.

***

🎵 Finneas - Break my Heart Again.

17:07, 04 Juni 2018

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang