2| Kok Badan Kaya Papan Sih?

332 48 11
                                    

"Lo mau dapat cowok mapan, tapi badan lo aja kaya papan. Mikir bego."

***

"La, yang mengetik naskah proklamasi siapa?" Tanya Fara tanpa mengalihkan tatapannya dari buku.

Nola yang fokus dengan bukunya, melirik Fara. "Sayuti Melik."

"Emang Sayuti Melik, ya? Bukannya Fatmawati?"

"Bukan anjir! Dia mah yang buat benderanya."

Fara memamerkan sederetan giginya. "Oh iya, gue lupa."

Nola mendengus, ia kembali mengerjakan tugas sejarah yang diberikan oleh guru yang tidak masuk. Ia merenggangkan otot-ototnya, akhirnya tugasnya selesai juga. Ia menengok ke kanan dan kiri melihat beberapa diantara temannya tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Ada yang tidur di lantai dengan tas yang menjadi bantalannya, ada pula yang menonton drama korea hingga menangis sesenggukan, dan juga ada yang sedang bermain bottle flip.

"Nola."

Yang dipanggil namanya menengok. "Kenapa?"

"Tugas lo udah selesai? Gue lihat ya, tinggal lima lagi," kata Galang.

Nola mengangguk.

"Far, pindah sana!"

Fara yang sedang asik menulis, melirik Galang dengan kesal. "Malas, ah!"

"Pindah di tempat duduk gue bentar."

Fara mau tidak mau pun berdiri. "Ribet dasar!"

Galang duduk di samping Nola, ia mulai menyalin jawaban Nola. Nola yang tepat di samping Galang memperhatikan lelaki itu dalam diam. Ia sangat mengagumi wajah Galang sedari dulu.

"Gue tahu gue ganteng," kata Galang tiba-tiba.

Nola tersentak, ia mengalihkan tatapannya.

"Gimana kabar nyokap bokap lo?"

"Baik."

"Bagus lah. Pengen gitu gue main ke rumah lo lagi."

"Main aja."

"Tapi nggak mau sekarang, ah."

Nola mengernyit.

Galang menengok. "Gue maunya datang ke rumah lo pas udah resmi jadian."

Nola terbatuk-batuk, ia menetralkan jantungnya yang berdegup lebih kencang dari biasanya.

Nola tertawa, mencoba bersikap biasa saja. "Ngomong apa sih lo!"

"Gue serius loh, La. Reaksi bokap lo gimana ya kalau lihat gue?"

Nola diam.

"Oke, sudah selesai." Galang berdiri, mencubit kedua pipi Nola. "Thank youuu." Setelah itu kembali ke tempat duduknya yang di tempati oleh Fara.

"Kalau kaya gini terus, gue bisa mati kebanyakan terbang," gumam Nola.

***

Galang menaiki anak tangga satu demi satu yang menuju ke kelasnya di lantai dua. Tatapan demi tatapan mengarah kepadanya, tapi Galang tidak mempedulikan itu. Galang masuk ke dalam kelas, kelas sangat ramai karena bel istirahat belum berbunyi. Ia membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Suara derai tawa seorang perempuan memasuki indera pendengarannya. Lelaki itu menatap sekeliling siapa yang tertawa hingga seperti itu, seperti melihat sesuatu yang sangat lucu yang membuatnya geli. Tatapan Galang jatuh ke arah perempuan dengan rambut digerai sedang menutup mulutnya dengan tawa yang masih terdengar. Matanya sedikit menyipit karena tawanya yang sangat geli.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang