40| Te Quiero

170 27 10
                                    

Mulmed: Glen Fredly - Akhir Cerita Cinta.
Jangan lupa vote dan komen.

***

"Kelak nanti Tuhan memberi hadiah untukku atas semua doa-doa yang sudah ku panjatkan. Kembalinya kau padaku, itulah hadiah yang ia berikan untukku."

***


Malam yang dipenuhi dengan bintang, membuat malam ini sangat indah. Seperti perempuan yang sedang duduk di kursi dengan segelas minuman berwarna dan suara musik yang menggema kencang. Semilir angin laut, membuatnya bergidik namun tak jua ia bahagia. Sudah satu minggu semenjak kejadian batalnya pertunangan itu. Saat malam pertunangan itu batal, Nola meminta maaf ke Rey. Seribu satu cara Nola membujuk Papanya agar tidak marah lagi kepadanya dan ke Galang. Perjuangan itu tak sia-sia. Rey menyetujui hubungannya dengan Galang dengan syarat ia bertemu dengan keluarga Galang yang direncanakan weekend ini.

Hubungannya dengan Galang pun sudah sangat membaik. Seperti dulu lagi dimana mereka berdua selalu ribut dan bermesraan. Keluarganya Galang pun sudah kembali seperti semula tanpa adanya kehadiran Reisa. Galang dan Geyra pun sudah mengakhiri hubungannya, dan itu Geyra yang minta untuk mengakhiri semuanya. Semuanya sudah kembali. Kembali seperti awal dimana memang seharusnya begitu.

Nola menatap sekeliling. Keluarganya sedang mengobrol dengan keluarga yang punya acara. Malam ini, Papa mendapat undangan dari salah satu rekan kerjanya karena ulang tahun perusahannya di atas kapal yatch. Di hadapannya terdapat Azra yang asik memainkan ponsel, sedangkan sebelah Azra, Noval sedang memakan cheesecake yang baru saja ia ambil.

"Gue mau ke toilet, kalau ada yang nyariin gue suruh tunggu disini aja," kata Nola sembari berdiri.

Azra berdecak, "Lagi pula siapa yang mau nyariin Lo."

"Kan, siapa tahu aja." Setelah itu Nola pergi.

Tak lama kemudian, Nola keluar dari toilet. Ia berjalan ke stan minuman, mengambil segelas minuman berwarna. Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Nola, ya?"

Nola menoleh ke asal suara, Ia mengerjapkan mata saat melihat Fanya berdiri tak jauh dari tempatnya. Agak canggung, namun Nola tetap tersenyum.

"Gue yakin, Lo pasti udah kenal sama gue."

Nola mengangguk. "Lo disini juga?"

"Iya, bokap gue diundang."

"Bokap?" Pikiran Nola langsung tertuju ke Galang, tidak lebih ke ibunya Galang.

Fanya tertawa. "Lo udah tahu kalau gue sama Galang itu saudara tiri?"

Dengan ragu, Nola mengangguk.

"Kita duduk di sana aja, biar lebih enak ngobrolnya." Fanya menunjuk dua kursi dengan satu meja yang menghadap langsung ke laut bebas.

Nola mengangguk, mengikuti Fanya melangkah.

"Gue cerita sama lo nggak apa-apa, kan? Biar gue juga ngerasa lega kalau udah bercerita tentang masalah gue."

"Nggak apa-apa, kok."

"Biar nggak ada salah paham juga." Fanya tertawa. "Jadi dulu gue sempat jadian sama Galang. Ya ... disitu emang guenya yang goblok menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar mencintai gue. Gue rela datang dari luar negeri untuk mengulang semuanya, tapi telat. Galang mengakui gue masih hidup aja susah."

Nola diam, ia menatap wajah Fanya yang sendu.

"Pertemuan pertama kita, di kantin, kan? Dimana Galang setelah melihat gue, dia pergi gitu aja."

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang