6| Jealous

274 36 3
                                    

"Katanya cemburu adalah bagian dari kealayan anak remaja, tapi hari ini gue cemburu melihat lo dengan yang lain. Apakah itu juga alay?"

***

Laki-laki itu memandang Nola dengan mata yang tidak berkedip. Wajahnya sangat datar. Nola sedikit heran, bagaimana bisa laki-laki ini ada di hadapannya. Jika Nola sedang bermimpi sekarang, tolong bangunkan.

Setelah hampir sepuluh menit hanya bertatapan saja, Nola mengembuskan napasnya. "Kak, kok-"

"Gue tahu lo mau tanya kenapa gue bisa ada disini," ucapnya dengan nada dingin, ciri khas dari laki-laki ini sedari dulu.

Nola mengangguk.

"Gue minta kunci rumah."

Nola memukul lengan laki-laki itu –Azra Ardiansyah, kakak sepupunya yang sangat dingin– yang tinggal di rumah Nenek Nola di Sukabumi karena kedua orang tuanya telah tiada akibat kecelakaan pesawat. Ia adalah anak satu-satunya, maka dari itu saat kedua orang tuanya pergi, Azra sangat terpukul. Nola sudah menganggap Azra sebagai kakak kandung makanya ia berbicara dengan Azra memakai logat aku-kamu. Walaupun jujur Nola sangat tidak suka dengan sifat dingin dan jahilnya Azra.

Tadi Azra sebenarnya sudah sampai di depan rumah Nola. Namun, Pak Roji bilang kalau kunci rumahnya dibawa oleh Nola. Laki-laki paruh baya itu pun tidak tahu kenapa kunci rumahnya bisa kebawa.

"Datang-datang minta kunci. Mau ngapain di rumah aku?"

Azra menaikan alisnya. "Mau tidur, capek gue."

"Kakak ngapain sih pakai ke Jakarta segala?"

"Disuruh emak lo."

"Emangnya kenapa?"

"Emak lo langsung pergi ke luar kota, ada kerjaan. Udah nggak usah banyak tanya lo, mana kuncinya?"

Orang tua Nola memang langsung flight ke Bali mengurusi kontrak perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan ayah Nola.

"Terus apa urusannya sama Kakak yang datang ke Jakarta?"

Azra berdecak. "Gue ditelepon suruh jagain lo. Nenek di rumah sama Ila. Dah, kan, mana kuncinya?"

Ila juga merupakan sepupu Nola yang tinggal bareng nenek. Nola merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa kunci yang sudah menjadi satu digantungan kunci. "Jangan macam-macam, ya."

"Kalau sekolah jangan bawa-bawa kunci rumah."

"Lupa."

Azra berdiri. Ia mengecup puncak kepala Nola yang membuat beberapa pasang mata menatapnya terkejut.

Nola menatap tajam ke arah Azra yang sedang melambaikan tangannya sembari berjalan mundur. Nola berdoa semoga saja ada mobil kencang yang menabraknya.

Ia segera berbalik memasuki koridor, tak peduli dengan berbagai tatapan yang mengarah kepadanya.

***

"Noval pulang!"

"Beri salam," balas Azra yang sedang berbaring di sofa seraya bermain ponsel.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang