23| Julian's Day

166 19 2
                                    

"Karena gue tahu, perjuangan yang tulus akan membuahkan hasil yang menyenangkan."

***

Dengan langkah gontai dan wajah lesu, Nola berhenti tepat di depan pintu utama rumahnya. Ia mengatur napasnya yang memburu. Penampilannya kini sudah sangat-sangat berantakan. Rambutnya yang tadi sempat dicepol, sekarang sudah berkeliaran ke mana-mana.

Tadi, Galang izin tidak mengantarkannya pulang karena ia ditelepon oleh Juna untuk ke apartemennya Kai sekarang juga. Nola tidak apa, ia bisa naik taksi atau angkutan umum lainnya.

Setelah Galang pamit dan melajukan motornya, Nola menuju halte. Ia memesan taksi online agar tidak lama menunggu. Namun memang hari ini adalah hari sialnya. Saat di pertengahan jalan yang sudah hampir dekat dengan kompleknya, kendaraan tidak ada yang bisa bergerak. Kemacetan membuat dirinya kesal setengah mampus. Nola pun ke luar dari taksi dan membayar. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja, lagi pula tidak terlalu jauh dari kediaman rumahnya.

Saat Nola sudah hampir dekat komplek, suara riuh ribut membuat dirinya mengurungkan niat. Gadis itu berbalik arah tidak jadi lewat kerumunan dua kelompok para laki-laki nakal saling mengadu benda tajam dan adu jotos. Mungkin karena itu makanya jalanan sangat macet. Untung sekali kompleknya memiliki posisi yang strategis, jadi bisa lewat mana saja.

Nola berhenti di sebuah warung kecil, ia sudah berada di dalam perkomplekan. Hanya dua belokan lagi sudah sampai di rumahnya. Gadis itu mengambil satu kaleng minuman dan membayarnya. Ia melanjutkan langkah dengan santai.

Saat melewati taman komplek, tiba-tiba saja ada laki-laki bertelanjang dada menghampirinya. Nola yang syok pun  langsung berlari saat mengetahui laki-laki tadi adalah orang gila. Walaupun orang gila tersebut tidak mengejar, Nola terus berlari hingga tiba di rumahnya.

"Ini semua gara-gara orang gila!" umpat Nola kesal, menyenderkan punggungnya di belakang daun pintu..

"Papa seriusan? Kalau misalkan anak kita marah gimana?"

Nola melirik ke dalam rumahnya, melihat Rika sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon, tetapi Nola tidak mendengar dengan jelas apa yang Rika bicarakan.

"Terserah Papa, kalau itu yang terbaik buat putri kita. Mama setuju aja."

Nola masuk ke rumah tepat Rika mematikan teleponnya. Perempuan paruh baya itu sedikit terkejut saat melihat putrinya sudah pulang. Ia segera menghampiri Nola dan mengelus bahunya.

"Capek banget kayanya?" ucapnya basa-basi, takut-takut Nola mendengar pembicaraan dirinya dengan sang suami.

"Iya, gara-gara orang gila komplek, ngeselin!"

"Orang gila komplek?"

"Tadi ada orang gila ngejar Nola."

"Wah, keren."

Nola melotot. "Keren apanya, sih, Ma!"

"Ya keren aja. Kan, kalau difilm India kejar-kejarannya sama Shahrukh Khan, kalau kamu kejar-kejarannya sama orang gila."

Nola berdecak. "Apa, sih, Ma! Bodo, ah! Nola capek!" Gadis itu segera berlalu menaiki anak tangga.

Rika tersenyum tipis. "Semoga nggak terjadi apa-apa."

***

Memoleskan sedikit bedak ke wajahnya, lalu memberi liptint dengan warna yang tidak terlalu berkilau, dan merapikan rambutnya. Setelah itu, Nola tersenyum. Penampilannya kini sudah sempurna dengan gaun peach tanpa lengan, high heels sepanjang tiga senti berwarna putih, dan rambut panjangnya yang sengaja digerai namun diberi penjepit rambut berbentuk bunga mawar kecil.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang