12 :: Pengagum rahasia?

1.6K 206 58
                                    


Masih sangat pagi untuk datang ke sekolah, apalagi untuk cowok itu.

Cowok yang biasanya datang paling akhir kini dia sudah duduk di bangkunya dengan pandangan yang masih terfokus pada benda pipih hitam di tangannya.

Satu, dua teman sekelasnya mulai memasuki kelas dengan tatapan heran yang tertuju pada cowok yang duduk di pojok belakang, cowok itu tidak menghiraukan teman-temannya yang menatapnya aneh.

Seorang cowok berambut hitam berjalan memasuki kelas dengan tas tersampir di satu bahunya, mulutnya mengerucut membuat suara siulan nyaring yang terdengar bahkan sebelum dirinya memasuki kelas.

Ia menghentikan siulannya, dahinya mengernyit mendapati sohibnya yang sudah ada di dalam kelas.

Cowok itu melangkahkan kakinya menuju bangku paling pojok, setelah sampai di depan Vano tangan cowok itu terulur, ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Vano yang masih terfokus pada benda pipih itu.

Vano yang menyadari tangan seseorang mengernyit, matanya menatap ke atas dimana punggung tangan menempel di dahinya. Vano memutar bola matanya jengah, mendengus pelan.

"Lo sehat Van?" tanya Putra yang masih menempelkan tangannya pada dahi cowok itu.

"Hm" gumam Vano menepis tangan cowok yang berdiri di depannya.

"Lo ngapain?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Putra.

"Sekolah" ujar Vano seadanya.

Putra menghela napas kasar "Nenek-nenek hamil kangguru juga tau kalo lo ke sini sekolah bego."

Vano menatap cowok itu "Lo juga bego, udah tau gue di sini mau sekolah masih aja ditanya. Heran gue."

Putra memutar bola matanya jengah "Sesenengnya bang Stevano aja deh."

Cowok itu terkekeh namun pandangannya masih terfokus pada benda pipih di tangannya. beberapa detik berikutnya Vano berdiri dari tempat duduknya berjalan keluar dari dalam kelas.

Membuat Putra yang duduk di samping Vano menoleh.

"Van mau kemana?" teriak Putra dari dalam kelas.

"Kantin, buru."

Putra langsung berlari keluar kelas mengejar sahabatnya itu namun, saat Putra sampai di depan pintu dirinya menabrak seseorang membuat cowok itu hampir terhuyung ke belakang.

"Anjirr! Jalan pake mata bego." Ujar Gefran yang berhasil mendaratkan jitakannya pada kepala Putra.

Putra mendengus kesal "Jalan pake kaki bukan pake mata bege" sentak Putra.

"Bodo."

"Ikut gue, ayo" tanpa menunggu persetujuan cowok itu Putra sudah menyeret lengan Gefran membawa cowok itu menuju kantin menyusul Vano.

Putra yang menyeret Gefran membuat siswa lain yang melihatnya terkekeh.

"Lo apaan sih, maen seret orang aja!" Gefran berusaha melepaskan lengannya dari tangan cowok itu.

"Berisik banget sih lo Gef." Putra menatap tajam ke arah Gefran, membuat cowok itu memutar bola matanya malas.

Tangan Vano bergerak menggaduk segelas jus alpukat kesukaannya agar susu coklat itu tercampur dengan jusnya.

Pandangannya menjelajah seluruh kantin yang masih sepi hanya ada beberapa siswa yang memesan makanan karena tidak sempat sarapan di rumah.

Sampai pandangannya terfokus pada seorang cowok yang memiliki manik mata abu dengan wajah datar sedang di pegang lengannya oleh cowok berambut hitam.

Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang