5 :: Benci

2K 279 113
                                    


"Itu rumah aku" ucap seorang gadis yang duduk di belakang cowok, tangannya menunjuk sebuah rumah.

Rumah yang bisa dibilang cukup besar dengan cat berwarna abu-abu dan hijau muda yang mendominasinya dan dengan gerbang berwarna hitam cukup tinggi. Cowok itu menghentikan motornya tepat di depan rumah yang dimaksud gadis tadi, gadis itu- ia langsung turun dari motor yang ditumpanginya.

"Makasih ya, kamu udah tolongin aku tadi. Makasih juga udah nganterin aku pulang" ucapnya dengan seulas senyum.

Cowok itu tidak melepas helm full -facenya dan hanya menatap datar gadis yang kini sudah turun dari motornya. Cowok itu hanya diam tak menjawab ocehan gadis itu.

Ia langsung menyalakan kembali mesin motornya, memutar balik dan segera menjalankan motornya tanpa sepatah katapun bahkan tanpa berpamitan pada gadis yang kini menatap kepergiannya.

Gadis dengan kucir kuda itu berbalik memasuki halaman rumahnya, dia mendengus kesal saat dirinya kembali mendengar keributan dari dalam rumahnya suara yang akhir-akhir ini sering didengarnya, suara yang tidak pernah dia inginkan untuk dia dengar, suara yang tidak pernah ia sangka akan didengarnya tapi kenapa sekarang sering didengarnya? Bahkan hampir setiap hari.

Gadis itu segera melangkah lebar memasuki rumah dengan cat abu-abu itu. Sejujurnya ia tidak pernah ingin memasuki rumah itu jika di sana dirinya hanya akan kembali mendengar teriakan dan amarah dari dua orang yang dulunya sangat sangat sangat ia banggakan. Namun sekarang semuanya berubah.

Prangg!!

Suara itu. Suara barang yang sengaja dipecahkan seakan menyambut kepulangan gadis itu. Gadis itu berdiri diambang pintu perlahan berjalan memasuki rumah yang cukup besar.

"Dia itu teman papa , ma!" suara pria paruh baya itu penuh penekanan.

"Teman kata papa? Kalo cuman teman ngapain papa berduaan sama dia!" wanita itu. Wanita yang biasanya terlihat anggun tapi tidak dengan sekarang.

"Kita nggak berduaan ma. Dia rekan kerja papa ya wajar dong kalo kita sering bareng. Mama ini gimana!" pria itu semakin meninggikan nada bicaranya.

"Tapi nggak harus berduaan kan Pa? Ohh mama tau jangan-jangan papa memang suka sama cewek itu iya?!" wanita paruh baya itu tersenyum miris airmatanya sudah mengalir sedari tadi.

"Kamu ini ngomong apa!" pria itu berhasil mendaratkan pukulannya pada wanita di hadapannya.

"Ma, Pa stop kalian ini apa-apaan?!" gadis itu berlari ke arah pasangan suami istri yang tengah berdebat. Wajahnya merah padam menahan amarah.

"Diam kamu Olive! Ini bukan urusan kamu!" bentak pria itu.

"Olive berhak Pa, apa papa sama mama nggak malu? kalian sekarang berubah keluarga kita sekarang berubah, udah beda nggak kaya dulu lagi. Mama sama papa sekarang egois!" nada bicara gadis itu meninggi dan semakin bergetar.

Pria itu menampar pipi gadis di depannya dan membuat gadis itu menoleh ke kanan meringis kesakitan"Berani kamu sekarang ngelawan orangtua kamu?! Mau jadi apa kamu?!"

"Ini bukan urusan kamu, kamu itu masih kecil! " bentak pria itu.

Pria itu kini menunduk menatap dengan tatapan tajam kearah wanita yang kini sudah terduduk di lantai.

"Liat! Liat anak didikan kamu! Masih kecil aja udah berani sama orangtua gimana besok kalo udah gede?!" ucapnya dengan senyum miring.

"Olive benci sama Papa!" ucap gadis serba coklat itu dan berlari menaiki tangga ke kamarnya tanpa menghiraukan teriakan sang Papa di bawah yang masih dapat didengarnya.

BRUKK!!

Gadis itu membanting pintu kamar dengan keras tidak peduli jika pintu itu rusak lalu menguncinya agar tidak ada seorangpun yang dapat masuk ke dalam. Dia membuang asal tas-nya dadanya sudah naik turun, airmatanya sudah mengalir sedari tadi, emosinya sudah meluap-luap.

Gadis itu membuang apa saja yang ada di atas nakas dan meja belajarnya meluapkan segala amarahnya.
Olive. Gadis itu terduduk di lantai mendekap kedua lututnya dan membenamkan wajahnya di sana punggungnya ia sandarkan pada rangjang Queen size-miliknya.

Detik berikutnya ia mendongakkan kepalanya tanganya meraih sebuah pigura berwarna coklat, di sana nampak jelas seorang laki-laki dan wanita juga seorang gadis kecil yang sedang tersenyum bahagia.

Olive tersenyum miris tangannya meraba foto yang ada di dalamnya, bagaimana bisa sebuah kebahagian kecil yang pernah ia miliki kini hilang begitu saja, tawa yang sering ia dengar dulu kini berganti dengan teriakan dan bunyi pecahan yang membuatnya sakit.

Sakit yang sangat sakit. Bagaimana rasa sakit itu tidak muncul ketika mengetahui orang yang sempat dirinya banggakan kini keduanya berubah egois bahkan tidak memikirkan keadaannya sekarang.

Tidak memikirkan rasa sakit yang gadis itu rasakan ketika melihat keduanya adu mulut belum lagi saat Papanya menggunakan kekuataan fisik untuk melampiaskan emosinya.

"Olive benci kalian yang sekarang! Olive pengen punya orangtua yang nggak egois kaya kalian! Kalian egois dan Olive benci itu! Kapan Olive bisa ngerasain seneng kalo di rumah?! Kapan! Kalian yang udah ngebuat Olive nggak betah tinggal di rumah!" gadis itu berucap penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Bagaimana mungkin gadis yang terlihat begitu ceria dan tanpa beban itu malah mempunyai masalah dan luka yang ia simpan begitu rapat hingga tidak ada seorangpun yang mampu mengetahuinya.

***

"Hah? Demi apa, serius lo No?" ucap Putra heboh sendiri.

Ya kini mereka. Vano dan Gefran sudah berada di rumah Putra, di kamar cowok itu lebih tepatnya. Memang Vano sempat bercerita kepada mereka berdua jika tadi siang dia bertemu cowok berandal itu.

Fio namanya tentu sudah tidak asing bagi mereka bertiga itu karena Fio juga merupakan masa lalu dari mereka bertiga yang sudah hilang entah kemana dan sekarang dirinya kembali muncul.

"Njirrr, lo jangan teriak-teriak kutil sakit kuping gue!" protes Gefran memukul kepala Putra.

"Biasa aja dong" Putra menatap tajam Gefran.

Vano terkekeh melihat kedua sahabatnya yang tidak pernah bisa akur itu, lalu berkata "Gue ngerasa Olive sama Fio ada sesuatu deh,"

"Sesuatu maksud lo?" tanya Gefran serius.

"Kayanya mereka..."




Ngaret bgt sumpahh, maaf ya sering ga up lama. Krna lagi sibuk bgt akhir-akhir ini:(

Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang