Cowok yang masih memakai seragam putih abu-abu melangkahkan kakinya santai.Rambut hitam yang sangat dominan dengan manik matanya bergerak tertiup angin.
Cowok itu menghela napas pelan saat dirinya berdiri di depan pintu berwarna putih, tangannya memutar knop pintu.
Ia mulai masuk ke dalam ruangan yang mempunyai bau khas itu. Cowok itu sekali lagi menarik napas dalam.
Cowok pemilik mata hitam pekat itu membuat lengkungan di sudut bibir.
Kakinya melangkah mendekat ke arah gadis yang tidak berubah bahkan ia masih terlihat sama seperti saat terakhir kali cowok itu menatap mata gadis yang terbaring di ranjang.
Hanya saja wajah gadis itu pucat dan senyumnya tidak lagi ia perlihatkan.
Hati Fio kembali berdesir setiap kali melihat wajah manis gadis itu.
Hatinya juga selalu merasa bersalah setiap melihatnya dan rasa bencinya yang semakin besar setiap kali Fio bertemu cowok itu. Cowok yang benar-benar sangat Fio kenal.
Itu memang bukan sepenuhnya salah cowok yang pernah dekat dengannya bahkan sudah ia anggap sebagai saudara sendiri.
Ini juga salah Fio dan entah apa yang membuat Fio selalu berpikir seakan semuanya salah cowok itu.
Fio. Tangan cowok itu mengelus lembut rambut hitam gadis yang pernah ada di hidupnya.
Tidak seperti biasanya ia datang ke tempat ini siang hari, biasanya dia akan menjenguk gadis itu saat langit senja berganti dengan langit yang dipenuhi taburan bintang.
"Hai," lirih Fio.
"Jadi, kapan mau bangun?" senyum sendu terlihat jelas di wajah cowok itu.
Tidak ada jawaban sama sekali hanya detak jam dinding dan bunyi yang berasal dari alat-alat yang dipasang di tubuh orang di depannya.
Tetdengar memenuhi ruangan bercat putih bersih itu.
"Gue minta maaf, untuk beberapa hari ini gue gak bisa jenguk lo lagi."
Fio menunduk menatap tangan mungil yang digenggamnya.
"Gue bukan gak mau jenguk lo lagi, gue bukan udah gak sayang lagi sama lo. Tapi, gue harus pergi."
Manik mata hitam pekatnya kini menatap wajah gadis yang masih betah menutup matanya.
"Enggak, gue gak pergi lama cuman beberapa hari aja." Ucap Fio seakan gadis itu bertanya padanya.
"Gue bakal kembali nemuin lo lagi. Gak kaya cowok brengsek itu yang bahkan gak pernah mau jenguk lo lagi." Lirih Fio yang menekankan nadanya pada kata 'brengsek'
Tanpa disadari cowok yang dimaksud Fio mendengar semuanya.
Seorang cowok yang juga belum mengganti bajunya sedari tadi mendengarkan apa yang dikatakan seseorang di dalam dari balik pintu.
"Pergi? Kemana?" gumam cowok itu lirih agar suaranya tidak terdengar.
Tidak berapa lama cowok itu menjauhkan langkah kakinya meninggalkan tempat dimana ia berdiri dan mendengarkan semuanya.
Dengan perasaan yang entah bagaimana ia jelaskan, antara marah, kesal, bingung, khawatir dan masih banyak lagi yang membuat cowok itu menghela napas.
"Seandainya lo nanti bangun disaat gue gak ada di samping lo, gue mohon lo jangan anggap gue cowok brengsek yang hilang gitu aja. Gue mau lo inget sama apa yang pernah kita lalui bareng-bareng,"
Fio merogoh saku celana abu-abunya tangannya kini memegang kotak kecil berwarna biru langit dengan pita pink di atasnya.
"Gue mau lo buka ini disaat lo udah sadar. Sebenarnya gue mau kasih langsung saat lo bangun nanti, tapi gue gamau lo berpikir buruk saat lo bangun dan gue bukan orang pertama yang lo liat saat lo buka mata indah lo nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUS
Novela Juvenil[VERSI BARU] Bimbang. Satu kata yang mewakili cerita ini. Kenapa? Karena di sini kalian akan merasakan suka sekaligus benci disaat yang bersamaan. Siap bertemu dengan mereka yang akan membuatmu jatuh hati dalam sekejap lalu menjatuhkan hatimu samp...