4 :: Meet again?

2.4K 328 261
                                    

Handphone Vano bergetar menandakan ada pesan masuk, cowok itu melepas helm full face yang sudah ia kenakan lalu merogoh saku celana abu-abunya dan benar saja ada satu pesan masuk.

Bunda : Bunda sama papa nanti pulang agak malem kamu mau dibeliin makan malam apa?

Begitulah kira-kira isi pesan yang baru saja masuk ke handphone Vano. Cowok itu bergumam kesal lalu mengetikan sebuah pesan.

Stevano Yudhistira : Terserah bunda aja.

Send. Setelah pesan itu terkirim Vano memasukan kembali benda pipih itu ke saku celanannya dan segera melajukan motornya ke luar dari halaman sekolah.

Lampu lalu lintas di depan berwarna hijau Vano melajukan motornya semakin cepat tapi sayangnya sebelum Vano melewatinya lampu lalu lintas itu sudah kembali merah terpaksa Vano menghentikan laju motornya.

"Sial!" gumam Vano dari balik helm full face-nya.

Entah mengapa Vano tertarik untuk menolehkan kepalanya ke arah kanan. Ke sebuah tempat dengan warna coklat yang indah. Matanya terfokus pada seorang gadis yang sedang menyantap ice cream di dekat jendela.

Vano menyipitkan matanya ia seperti mengenal gadis itu, gadis yang mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, gadis dengan tas warna coklat dan sekarang sedang menikmati ice cream coklat.

Ah. Ya dia gadis aneh serba coklat yang menyebalkan pikir Vano. Kenapa dia sendirian di sana? Lamunan Vano seketika buyar karena suara klakson yang bersahutan di belakang Vano, sontak Vano melihat lampu lalu lintas di depannya ternyata lampu itu sudah berwarna hijau dan dirinya tidak menyadari ini semua gara-gara gadis itu.

***

Cowok itu menghentikan motor ninja merahnya di pinggir jalan tidak jauh dari bangunan serba coklat itu, entah kenapa dirinya menunggu orang itu keluar dari sana.

Dua menit...

Empat menit...

Enam menit...

Nah. Akhirnya orang itu keluar. Olive berjalan santai keluar dari tempat itu tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikannya. Gadis itu kini berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat namun malang menghampirinya, seorang cowok yang terlihat begitu berandal menghampiri Olive.

Mata gadis itu membulat sempurna ketika mengetahui siapa yang mendatanginya.

"Makin cantik lo," ucap cowok itu.

"Mau apa kamu ke sini hah?!" Bentak Olive.

"Lo nggak pernah berubah ya, tetep galak" kata cowok itu dengan senyum miringnya.

"Pergi kamu, aku gamau ketemu kamu lagi!"

"Gue nggak akan pergi sebelum lo ikut sama gue" tanganya kini mencengkram lengan Olive dengan kuat.

"Lepasin! Kita udah selesai! Kita udah nggak ada hubungan apapun, kamu itu cuman masa lalu yang nggak berguna bagi aku. Dan kamu nggak berhak nyuruh aku buat ikut sama kamu!" ucap gadis itu penuh penekanan wajahnya sudah berubah merah padam menahan amarah.

"Lo harus ikut gue!" nada bicara cowok itu meninggi.

Cowok dengan mata elang tapi teduh itu memperhatikan dua orang yang sedari tadi berdebat, ia sudah muak dengan perlakuan cowok berandal itu. Vano. Cowok itu segera menghampiri mereka berdua.

"Beraninya Cuma sama cewek, pengecut!" ujar Vano santai. Dan membuat mereka berdua menoleh ke arah sumber suara. Cowok itu bersandar di motornya.

"Ste-va-no?" ucap cowok itu tak percaya, gengamannya kini mengendur dan kesempatan ini digunakan gadis itu untuk lepas dari cowok berandal di sampingnya.

"Kenapa? Kaget? Gue juga" tukas Vano menatap cowok di depannya dengan mata elangnya.

"Ha ha gue pikir lo udah mati" ucap cowok itu dengan nada meremehkan.

"Gue bahkan lebih baik dari yang lo pikirkan" Vano tersenyum miring. "Lo masih sama kaya dulu Yo tetep jadi berandal yang nggak berguna."

cowok itu Fio berjalan mendekati Vano dengan tangan yang mengepal, seperti biasa Vano selalu bisa menyulut emosi siapa saja, bogemnya bisa saja mengenai wajah Vano jika cowok itu tidak segera menghindar.

"Gue nggak punya urusan sama lo, brengsek!" Fio kembali melayangkan pukulannya pada Vano namun Vano sudah lebih dulu memukul wajah Fio.

"Kalo lo macem-macem sama dia, lo juga berurusan sama gue!" ucap Vano sambil menunjuk ke arah Olive yang sudah menangis.

Fio bangkit dengan sudut bibir yang sudah robek akibat pukulan dari Vano, dan langsung membalas meninjukan bogemnya pada pelipis Vano yang membuat pelipis cowok itu berdarah.

Dada Vano naik turun napasnya memburu emosinya kini memuncak, tanpa pikir panjang Vano menyerang Fio yang berhasil membuat cowok itu kembali tersungkur ke tanah.

"Lo itu cuman parasit Yo!" Sentak Vano.

Fio tersenyum miring "Seenggaknya gue pernah menang dari lo!" Fio kembali memukul perut Vano.

Vano memegangi perutnya yang perih dan menatap nyalang ke arah Fio "Brengsek!"

Olive sudah tidak tahan, ia mengusap airmatanya kasar. Dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan mati-matian gadis itu menghampiri dua cowok yang sedang saling pukul di depanya.

"CUKUP! Nggak ada gunanya kalian berkelahi! Fio gue minta lo pergi dari sini sekarang atau gue teriak biar lo dibawa ke kantor polisi!" Sentak Olive yang sudah berdiri di antara dua cowok itu.

Fio yang sudah merasa terpojok menatap nyalang Vano dan segera menaiki motornya, berlalu dari tempat itu dengan mengucapkan sumpah serapahnya.

Vano meringis saat luka di pelipisnya terasa perih, Olive yang melihatnya segera merogoh tasnya dan mengambil sesuatu di dalamnya.

"Lo nggak kenapa-napa kan?" tanya Olive panik.

Tangannya terulur untuk menyentuh luka di pelipis cowok itu namun segera cowok itu menahanya.

"Luka lo harus diobati nanti takutnya infeksi" kata Olive sambil menempelkan plester luka pada pelipis Vano.

Vano meringis menahan perih "Sakit bego!"

"Biasa aja dong, marah-marah mulu heran gue" Olive mengerucutkan bibirnya.

Vano menatap gadis itu dengan tajam yang membuat Olive menunduk dalam tidak berani menatap Vano.

Vano berjalan ke arah motornya dan segera naik di atasnya "Buruan naik, gue anter pulang" ucap Vano datar.

Olive masih tidak percaya ia mematung di tempatnya.

Hah? Nggak salah? Seorang Stevano nganterin gue pulang? Gue nggak mimpikan? Batin Olive.

Tangannya memukul kedua pipinya sendiri "Aww, sakit" gumam gadis itu sambil mengusap pipinya yang merah.

Vano mengerutkan dahinya, menatap bingung gadis yang tidak jauh dari motornya.

"Ngapain lo pukul pipi lo? Digigit nyamuk?" tanya Vano polos.

Olive yang menyadari apa yang baru saja dilakukannya hanya tersenyum kecut menahan malu. "Ehh, enggak kok hehe"

Vano mulai kesal dan memutar bola matanya jengah "Mau ikut gak? Atau mau gue tinggal biar cowok berengsek itu balik lagi?"

Olive yang tersadar segera berjalan ke arah Vano " Ehh i..i.. ya gue ikut."

Di dalam hati Olive merasa lega dan sangat berterima kasih pada Vano, untung cowok itu datang dan menolongnya jika tidak entah sekarang dirinya sudah di bawa kemana oleh Fio.


Bersambung...
udah lama ga update yaa hehe maafin yaa

Vote+comment nya ya jan lupa, jangan cuman jadi dark readers, nggak seru tau 💜

Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang