3 :: Ice cream

2.7K 354 210
                                    

"Jadi kalian, udah saling kenal?" tanya Gefran heran.

"Gak" ucap mereka kompak.

"Ciee bisa kompakan gitu jawabnya" canda Gefran dengan cengirannya yang dibalas tatapan mematika oleh Vano.

"Serius lo nggak kenal tu cewek No?" bisik Gefran.

"Gak," Vano menengelamkan wajahnya dilipatan tanganya. "Tadi dia nabrak gue pas gue mau balik ke kelas, eh taunya malah gue disuruh nganterin ke kantor. Terus sekarang satu kelas sial banget dah idup gue."

Gefran hanya mengangguk-angguk mendengar cerita Vano beberapa detik kemudian ia menatap Olive yang sedang memperhatikan penjelasan Bu Ida guru matematika mereka.

"Baik, sekarang coba kerjakan latihan soal di buku paket halaman 123." Perintah Bu Ida pada murid-muridnya.

Setelah mendengar perintah dari Bu Ida semua langsung membuka buku paket masing-masing dan mulai mengerjakan. Begitupula Vano ia langsung mendongakkan kepalanya dan langsung mengerjakan soal-soal yang ada supaya dirinya bisa kembali tidur.

"Anjirr, ini soal bikin perut gue mules," gerutu Gefran sambil mengacak rambutnya frustasi, "No kasih liat jawaban lo sini."

"Kerjaan lo nyontek mulu kapan lo mau pinter, hah?" Vano menghentikan aktivitasnya sebentar dan menatap Gefran di sampingnya.

"Pelit amat dah, kalo pinter tu dibagi-bagi. Sahabatnya lagi susah bukannya dibantuin ini malah ngomel-ngomel" Gefran menatap tajam ke arah Vano.

"Bantuin bukan berarti nyalin jawaban orang, bego" tukas Vano. Sedangkan Gefran sudah mengerucutkan bibirnya.

Ingat siapa itu Stevano Yudhistira Brawijaya?

Ya, ia cowok yang dikenal badboy, pembuat onar, suka berkelahi, pembangkang, suka balap liar dan lain sebagainya. Jika badboy di luar sana terkesan tidak berprestasi berbeda dengan cowok yang akrab dipanggil Vano ini.

Vano memang mempunyai otak yang encer tapi sikap nakalnya membuat orang-orang terlanjur mengecap Vano menjadi pembuat onar.

Tak kurang dari duapuluh menit Vano sudah selesain menjawab semua soal-soalnya. Sekilas ia menengok bangku yang ada di seberangnya, gadis itu.

Gadis aneh menurut Vano terlihat serius mengerjakan soal yang jujur ia tidak mengerti sama sekali, gadis itu mengetuk-ngetukan pensilnya pada kepalanya sendiri.

Merasa ada yang memperhatikan Olive menengok ke arah orang yang memperhatikannya, beberapa detik mata mereka saling bertemu namun Vano segera menyadarinya dan mencari objek lain untuk dilihat.

Sedangkan Olive entah kenapa ia jadi salah tingkah saat matanya bertemu dengan manik mata coklat muda milik Vano.

***

Kringgg!!

Bel pulang berbunyi nyaring itu tandanya ini waktu untuk semua kembali ke rumah masing-masing dan bersiap untuk hari esok.

Olive sibuk membereskan buku dan alat tulisnya yang tergeletak di meja, gadis itu memang sudah berencana untuk pergi ke suatu tempat sepulang sekolah.

Vano yang melihat Olive memasukkan barang-barangnya asal dan terkesan terburu-buru memutar bola matanya jengah.

"Jangan cuman diliatin mulu Van" celetuk Putra yang tiba-tiba sudah berada di samping bangku Vano.

Vano yang tersadar menatap tajam Putra dengan mata elangnya "Tapir lo."

Vano menyampirkan tas hitam dibahu kirinya.

Melirik beberapa detik ke arah gadis yang masih sibuk dengan barang-barangnya. Lalu melangkahkan kakinya ke luar meninggalkan Putra dan Gefran yang masih ada di dalam.

Putra dan Gefran terkekeh melihat tingkah Vano, mereka berjalan santai menuju parkiran.

"Ntarr kita kumpul ya di rumah gue, bokap sama nyokap lagi pergi ke rumah adek bokap gue. Jadi kalian temenin gue ya ya" ucap Putra sambil menaiki motornya.

"Jijik lo, kaya cewek aja minta ditemenin" balas Vano dengan kekehannya.

"Lo takut dimakan drakula? Yang ada ntar tu drakula langsung mati minum darah lo" sahut Gefran dilanjutkan tawa.

"Sialan lo pada, temen apaan coba."

"Iya, Puput ntar kita ke rumah lo" ucap Gefran dengan wajah sok imut tapi terkesan menjijikan bagi Putra.

"Nama gue Putra, P U T R A bukan Puput ogeb!" cibir Putra dengan satu pukulan tepat mengenai helm yang sudah dikenakan Gefran.

"Udah, balik ayok" ajak Vano yang sudah menahan tawa mati-matian.

***

Olive bergegas menuju gerbang depan wajahnya terlihat sumringah, gadis itu sudah membayangkan tempat yang akan ia datangi sekarang.

Beruntung tempat itu tidak terlalu jauh dari sekolahnya hanya butuh waktu duabelas menit jika berjalan kaki.

Kini gadis serba coklat itu sudah berada di depan sebuah bangunan yang juga berwarna coklat dan dengan tulisan 'GODIVA ICE CREAM' di atas pintu masuknya.

Ya kini ia sudah berada di tempat yang menjual berbagai macam ice cream. Olive tidak mau berlama-lama berada di luar yang memang siang ini sangat panas, ia segera memasuki kedai itu.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Matanya berbinar seulas senyum terlihat di sudut bibirnya.

Hawa sejuk dari pendingin ruangan itu menyapu lembut wajah manisnya.

"Selamat datang, mau pesan ice cream rasa apa? Sapa seorang pelayang dengan ramah.

Olive membalas dengan senyum manisnya, setelah melihat menu-menu yang ada dibuku menu akhirnya Olive memutuskan untuk membeli menu yang ia inginkan, "Emm,saya pesan chocolate match flurry satu ya mbak."

"Baik mbak ditunggu ya" balas pelayang itu dan dibalas anggukan oleh Olive.

Olive memilih duduk di dekat jendela yang mengarah ke jalanan, tempat itu suasananya enak dingin juga nyaman membuat siapa saja betah berlama-lama berada di sana.

Tidak terlalu ramai hari ini jadi Olive bisa berlama-lama berada di sana.

Setelah menunggu sekitar lima menit akhirnya yang gadis itu tunggu -tunggu sedari tadi datang juga. Ia segera memakan ice cream yang ada ditangannya sembari menatap ke arah jalanan.


Bersambung...

Ngarreettt banget bab ini njirr -_-
Tinggalin jejak uyyy jangan lupa💛

Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang