Kantin siang ini begitu lenggang berbeda dari hari biasanya yang terlihat begitu sesak dengan orang-orang yang kelaparan. Setelah memesan dua mangkuk bakso lengkap dengan es jeruk Olive dan Dara menuju bangku yang berada di pojok.
Bangku yang langsung mengarah ke lapangan basket, bukan tanpa alasan mereka menempati bangku itu. Ini semua kemauan Dara yang beralasan ingin melihat cowok tampan yang sedang bermain basket dengan rambut basah karena berkeringat, dan itu terlihat keren bagi siswi-siswi begitupula dengan Dara.
Dara. Gadis dengan rambut sebahu itu terlihat manis, oh ya jangan lupakan lesung pipi gadis itu saat tersenyum. Ya Dara teman sebangku Olive mereka kini bersahabat menurut Olive, Dara orangnya ceplas ceplos namun dia baik.
"Aww Via liat deh itu Vano keren banget ya" histeris Dara kegirangan tangannya mengantung di udara menunjuk ke arah lapangan.
'Vano? Siapa Vano? Oh iya dia, cowok itu' batin Olive mengikuti arah yang ditunjuk Dara. "Siapa sih Vano?" tanya Olive pura-pura tidak tahu, matanya tak lepas dari anak-anak yang sedang bermain basket. Bukan dia hanya memperhatikan Vano.
Dara tersedak mendengar pertanyaan temannya itu "Astaga kamu serius engga kenal Vano? Dia itu temen sekelas kita Via! Kamu amnesia ya?" sewot Dara.
"Aku juga tau kalo dia sekelas sama kita, maksud aku emang dia terkenal? Dia artis? Bukan kan dia Cuma anak SMA biasa, sama kaya kita" ucap Olive kembali menyantap bakso yang dipesannya.
"Siapa sih yang enggak kenal Vano? Dia itu pinter cuman dia bandel jadi orang-orang udah terlanjur ngecap tu anak jadi badboy. Tapi aku yakin kok kalo dia baik," jelas Dara panjang lepas.
Olive hanya menganggukan kepala mendengar ucapan Dara.
"Tapi sayang dia terlalu cuek dan dingin sama cewek-cewek. Dia nggak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar" lanjut Dara.
Olive menghentikan aksi makannya dan kembali menatap Vano yang masih asik bermain basket, ia berpikir sejenak kalo dia acuh sama lingkungan sekitar terus kenapa kemarin dia mau nolongin aku?
"Woyy Via, kedip woyy kelilipan sukurin" ketus Dara tanganya dikibaskan di depan wajah Olive.
"Nama aku O-l-i-v-e-a Dara" ucap Olive mengeja namanya, memutar bola matanya jengah. Pasalnya temannya itu selalu memanggilnya Via.
"Terserah aku mau panggil kamu apa, lagian aku gabisa ngomong Olivea bisanya Via" cibir Dara menjulurkan lidahnya.
"Itu kamu bisa ngomong Olivea" sewot Olive.
"Kalo lagi kepepet bisa" ujar Dara dengan cengiran tanpa dosanya, sedangkan Dara sibuk mengucapkan sumpah serapahnya.
***
Prangg!!
"Sialan" gumam cowok yang kini mengacak rambutnya.
"Lo sih No, ngelemparnya kejauhan."
"Siapa yang mecahin kaca jendela!" suara itu berasal dari Bu Rena. Saat melihat kaca jendela kelas yang pecah.
"Nahh kan No, itu monster udah dateng aja" ucap Putra.
"Gimana sekarang?" tanya Gefran yang sudah menatap Vano.
"Hitungan ketiga kita lari" ucap Vano menatap kedua sahabatnya dan dibalas anggukan kepala tanda mengerti.
"Sa-tu..." ucap Vano lirih sambil mengangguk pelan.
"Ini pasti ulah kalian kan?!" bu Rena kembali berteriak sambil berkaca pinggang.
"Du-a..." kini Putra yang berucap.
Bu Rena melangkahkan kakinya ke arah tiga cowok yang masih berdiri di lapangan basket."La-ri....!!!" ucap mereka serentak dan langsung berlari meninggalkan lapangan.
Bu Rena memelototkan matanya saat melihat ketiga anak bandel itu berlari "Jangan lari kalian!"
Vano dan kedua sahabatnya itu lari menuju koridor yang sepi disertai tawa. Tawa karena berhasil lolos dari kejaran monster gendut itu. Sampai mereka berhenti di ujung koridor karena lelah.
"Seru, besok-besok lagi No" ujar Putra dengan kekehannya.
Vano yang menunduk dengan tangan menumpu pada lututnya berusaha mengatur napasnya kembali mendongak "Lagi-lagi pala lo botak" tangannya menjitak kepala Putra.
"Lo nggak punya otak ya? mau apa dihukum lagi hah?" sewot Gefran yang kini sudah menatap tajam Putra.
"Sensian amat si lu pada" Putra mencoba mengatur napasnya.
Vano diam. Cowok itu kembali menunduk dalam tidak memperdulikan Putra dan Gefran yang sedang adu mulut seperti biasanya. Cowok itu menahan sakit sekarang dan mungkin sekarang wajahnya sudah pucat, namun ia tidak ingin kedua sahabatnya itu tahu dan membuat mereka khawatir.
"Gue duluan" seloroh Vano, membuat kedua sahabatnya menatap dirinya bingung.
Vano tidak peduli. Ia tetap berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang sudah berteriak memanggil namanya. Kepalanya terus menunduk Vano tidak memperhatikan langkahnya.
Menyebabkan dirinya hampir terjatuh saat menabrak seseorang di depan kamar mandi. Orang itu mengaduh kesakitan.
"Ngapain lo deprok di situ?" tanya Vano menatap gadis yang sudah terjatuh di lantai.
Gadis dengan jepit rambut berwarna coklat berusaha berdiri kepalanya menunduk tangannya membersihkan roknya yang kotor "Kalo jalan pake ma-" kalimatnya terpotong saat melihat wajah pucat Vano.
"Astaga, kamu kenapa? Kamu sakit? Muka kamu pucet banget" ucap gadis itu panik sendiri.
Vano memutar jengah bola matanya "Minggir gue mau lewat."
"Kamu kalo sakit ke UKS ini malah ke kamar mandi yuk aku anterin."
"Minggir" ucap Vano ketus, berhasil membuat Olive diam Dan mundur beberapa langkah membiarkan cowok itu lewat.
Vano tangannya berpegangan pada sisi wastafel yang ia gunakan sebagai tumpuan. Kepalanya sakit dan perutnya kini mual, matanya tertutup rapat untuk mengurangi rasa sakit itu.
Entah kenapa dirinya jadi lemah seperti sekarang. Tidak berapa lama cowok itu memuntahkan semua isi lambungnya, cukup lama Vano berada di dalam sana. Untung bel masuk sudah berbunyi sedari tadi jadi ia tidak perlu khawatir ada yang melihat dirinya.
Setelah dirasa cukup baik Vano memcuci wajahnya dengan air agar terlihat lebih segar dan segera berjalan keluar dari kamar mandi. Lagi-lagi cowok itu berjingkat ke belakang.
"Ngapain lo masih di sini?" tanya Vano datar.
"Lo mau ngintip gue di kamar mandi ya?" lanjut Vano, tangannya menunjuk ke arah gadis itu.
Gadis itu, Olive langsung membelalakkan matanya "Hah? Apa? Ngintipin kamu? Dihh, kaya gaada kerjaan aja ngintipin orang kaya kamu" omel gadis itu.
Vano menautkan kedua alisnya mendengar omelan gadis itu.
"Kok lo malah ngomel-ngomel sih?""Abis kamu main nuduh orang, dosa tahu" gadis itu mengerucutkan bibirnya.
Seulas senyum tipis terukir di sudut bibir Vano, sangat tipis namun masih dapat dilihat Olive.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya gadis itu.
Vano sedikit menunduk, wajahnya kini tepat ada di depan wajah gadis itu. Membuat Olive memejamkan matanya dan menahan napasnya. Wajahnya sudah memerah sekarang. Bahkan hembusan napas Vano dapat dengan jelas menyapu wajah cantik gadis itu.
"Siapa juga yang senyum-senyum sok tau" ucap Vano.
Vano meniup wajah gadis itu sambil berucap "Jangan lupa napas."
Vano menjauhkan wajahnya dari gadis itu dan berjalan meninggalkan Olive yang masih diam di tempatnya dengan muka yang sudah bertambah memerah. Entah itu karena malu atau apa. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya sekarang.
"Hufftt" gadis itu meniup poninya.
Heii author balik lagi nih, next?vote dan comment dulu yaa. Makasihh 😊😊😊
![](https://img.wattpad.com/cover/105164117-288-k571507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUS
Genç Kurgu[VERSI BARU] Bimbang. Satu kata yang mewakili cerita ini. Kenapa? Karena di sini kalian akan merasakan suka sekaligus benci disaat yang bersamaan. Siap bertemu dengan mereka yang akan membuatmu jatuh hati dalam sekejap lalu menjatuhkan hatimu samp...