Vano membelokkan motor ninja merahnya ke kanan, tentunya bukan jalan menuju rumahnya.
Lima menit setelahnya ia berhenti di sebuah bangunan berwarna biru.
Kakinya melangkah memasuki tempat itu dan berhenti di depan salah satu pintu.
Ia mengetuk beberapa kali sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam, senyumnya melebar saat melihat seorang gadis yang duduk membelakangi dirinya.
"Hai," sapa Vano.
Gadis itu. Shafa. Menoleh ke ambang pintu, tersenyum saat melihat Vano berdiri di sana.
"Hai," ucapnya senang.
Cowok berlesung pipi itu melangkah masuk, kedua tangannya ia sembunyikan di balik badannya.
Ia berdiri di depan gadis yang masih terlihat agak pucat dengan senyum yang tak henti diperlihatkan cowok itu.
"Gue punya sesuatu buat lo," ucap Vano yang sempat memandang objek lain sebelum kembali menatap orang di depannya.
"Apa?" gadis itu mengernyit.
"Tapi lo harus tutup mata dulu." Perintah Vano.
Shafa menghela napas panjang sebelum mengangguk setuju. Kedua tangannya menutupi wajah manisnya.
"Udah, nih," ucapnya.
"Jangan ngintip," Vano memperingatkan, "hitungan ketiga buka mata lo."
Gadis itu mengangguk.
"Satu," Vano masih menyembunyikan kedua tangannya di belakang "dua ... "
Ia mengembangkan senyumnya."Tiga."
Shafa menurunkan kedua tangannya dan yang ada dihadapannya sekarang adalah sebuah boneka beruang berwarna putih yang menutupi wajah seseorang yang memegangi boneka itu.
Vano menggerakkan tangan boneka itu, "Halo, Shafa. Miss you," ucapnya dengan suara yang terdengar lucu. Seakan boneka itu bisa bicara.
Gadis bermata hitam pekat itu terkekeh, melihat tingkah cowok di hadapannya.
Vano yang mendengar tawa renyah Shafa jadi ikut terkekeh.
"Nih," ia memberikan boneka beruang itu.
"Jaga baik-baik, ya. Kalo mau tidur peluk aja bonekanya, biar lo gak kangen gue." Canda Vano.
"Pengen banget, sih dikangenin." Shafa memanyunkan bibirnya.
"Biarin, sih. Orang gue emang ngangenin." Vano menyisir rambutnya dengan jari.
"Dih," Shafa mencebik yang dilanjutkan dengan tawa gadis itu.
Vano diam sesaat, duduk di samping gadis itu.
"Sorry, ya," ucapnya tiba-tiba.
Shafa yang masih asik memperhatikan boneka pemberian Vano menoleh, menatap bingung cowok di sebelahnya.
"Kenapa minta maaf?"
Vano ikut menoleh sesaat dan kembali menatap lurus ke luar jendela yang ada di ruangan itu.
"Sebenarnya tadi gue bawa coklat buat lo, tapi," ia menghentikan kalimatnya.
"Tapi?" ulang Shafa menaikan alis kanannya.
Vano berjalan hendak menaiki anak tangga. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara tangis anak kecil, ia menolehkan kepalanya mencari dimana suara itu berada.
Dahinya mengernyit saat ia melihat seorang gadis kecil berumur sekitar empat tahun duduk di bangku taman dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUS
Fiksi Remaja[VERSI BARU] Bimbang. Satu kata yang mewakili cerita ini. Kenapa? Karena di sini kalian akan merasakan suka sekaligus benci disaat yang bersamaan. Siap bertemu dengan mereka yang akan membuatmu jatuh hati dalam sekejap lalu menjatuhkan hatimu samp...