30 :: Luka

1.2K 91 45
                                    


Taman kota malam ini terlihat lebih sepi dari biasanya.

Seorang gadis menggunakan sweater merah muda yang dipadukan dengan celana jeans putih ditambah dengan sepatu berwarna putih yang disisinya terdapat tanda centang warna hitam kesayangannya, membuat ia terlihat manis.

Ia duduk sendirian pada salah satu kursi panjang di bawah lampu taman berwarna kuning.

Untuk yang ke sekian kalinya Olive melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya.

"Macet kali, ya?" gumam gadis itu.

Mata Audy memperhatikan sekitarnya, banyak lampu-lampu berwarna-warni menghiasi taman itu, ditambah lagi dengan beberapa becak yang dapat dinaiki empat sampai lima orang yang sengaja disewakan juga dihiasi dengan lampu kerlap-kerlip.

Tangan gadis itu merogoh tas slempang warna abu-abunya, mengambil benda pipih itu dan membuka aplikasi chatting berwarna hijau.

Memencet nama seseorang, berusaha menghubunginya. Dan untuk yang kesekian kalinya orang itu tidak bisa ia hubungi.

Suara gemuruh kembali terdengar ditambah dengan hembusan angin yang semakin lama semakin dingin.

Olive mendongak ke atas menatap awan hitam yang mulai berkumpul menjadi satu.

Menghilangkan sinar bulan yang tadinya sempat menerangi langit malam.

Olive mendengus, "Kamu kemana, sih?" ucapnya lirih.

Gadis itu menunduk menatap kakinya yang berayun pelan, setetes air menetes di atas sepatunya dan dalam hitungan detik rintik hujan mulai turun. Tanpa memberi aba-aba rintik hujan itu turun semakin deras.

Olive menatap orang-orang yang berlarian mencari tempat berteduh.

Olive bergeming, bukannya ikut berteduh, tapi ia malah menunduk dalam, di bawah guyuran hujan malam itu.

Dadanya terasa sesak sekarang, entah apa yang membuat dadanya terasa sakit seperti sekarang ini.

Rasanya cowok itu mempermainkan dirinya dan dengan bodohnya ia datang ke tempat ini rela menunggu lama cowok yang bahkan tidak datang dan tidak bisa dihubungi.

"Jadi ini yang mau kamu tunjukin ke aku, Van? Ini kejutannya? Kejutan yang kamu bilang gak akan aku lupain?" Olive meneteskan air matanya bersamaan dengan hujan yang membasahi wajahnya.

"Untuk pertama kalinya dalam hidup aku, aku benci hujan." Lirih Olive.

Gadis itu tahu.

Seharusnya ia tidak berharap lebih pada seseorang, apalagi dirinya tidak tahu bagaimana perasaan Vano pada dirinya yang sebenarnya. Mungkin perasaannya tidak akan pernah terbalaskan.

Olive memang tidak tahu apa faktanya, apakah cowok itu lupa dengan janjinya atau memang dirinya hanya main-main?

"Mau sampai kapan hujan-hujanan di sini?"

Suara itu berhasil mengagetkan Olive. Ia langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke belakang.

Mendapati seorang cowok yang menggunakan hoddie abu-abu dan celana jeans selutut, tangannya memegang payung biru yang melindunginya dari hujan agar tubuhnya tidak basah.

"Lo mau nunggu dia sampai besok juga dia gak bakal dateng," lanjut cowok itu dengan suara sedikit keras agar terdengar.

Olive berdiri menghadap cowok itu dan berjalan mendekat.

"Apa maksud kamu?" tanya Olive bingung.

Cowok itu. Gefran.

Ia meraih tangan Olive yang sudah dingin karena terkena guyuran hujan dan menariknya pelan, membuat gadis itu sedikit tertarik ke depan dan hampir menabrak tubuh Gefran.

Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang