Vano sudah tidak tahan dengan sikap Fio, dadanya kini memburu rasanya ia ingin menyingkirkan cowok yang dengan pandainya memutar balikkan kenyataan itu.
"Jaga omongan lo," suara Vano terdengar begitu menusuk.
"Lo bahkan lebih buruk dari gue. Seenggaknya gue gak munafik kaya apa yang lo lakuin ke semua orang," kini senyum miring terlihat di wajah Vano.
Fio yang juga sangat mudah terpancing, emosinya sudah memuncak sekarang.
"Hajar!" perintah Fio pada kedua cowok di belakangnya.
Vano menyuruh Olive untuk menjauh ketika kedua teman Fio mendekat dan siap mendaratkan pukulan mereka.
Kedua cowok itu kini berdiri tepat di depan Vano, masing-masing tangan keduanya menggepal dengan seringai di wajah mereka.
Sedangkan Vano hanya menatap mereka berdua datar.
Vano berhasil menghindar ketika bogem cowok berambut ikal itu hampir mendarat di wajahnya.
Tangan Vano menggepal kuat membuat buku-buku pada tangannya terlihat.
Lalu mendaratkan tinjunya pada cowok berambut ikal itu dan membuatnya tersungkur ke tanah.
Sedangkan dari belakang Vano, cowok yang satunya menendang punggung Vano dan membuatnya ikut terjatuh di samping cowok berambut ikal.
Namun, Vano berusaha berdiri dengan cepat meskipun punggungnya terasa sakit akibat tendangan cowok itu.
Vano memukul wajah cowok itu membuat cowok berkulit coklat itu menoleh memegangi bagian rahangnya yang mengeluarkan darah sekarang.
Dengan cepat Vano mendorong cowok itu dan membuatnya menindih temannya yang berambut ikal.
Fio.
Napasnya memburu sekarang, tangannya menggepal kuat sama seperti Vano.
Cowok itu berjalan dengan emosi yang sudah memuncak mendekati Vano.
Vano yang sedang menunduk mengusap sudut bibirnya, kerah baju Vano langsung dicengkeram Fio kuat.
Vano hanya tersenyum miring dan menatap Fio dengan tatapan yang begitu menusuk.
"Gue gak pernah kalah dari lo!" ucap Vano penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Brengsek!" gertak Fio sambil meninjukan bogemnya di wajah Vano.
Rahang Vano menggeras, menatap Fio dengan tatapan dingin.
Kini Vano yang mendaratkan bogemnya pada wajah Fio membuat sudut bibirnya menggeluarkan darah.
Fio yang masih belum mau kalah dengan Vano maju dua langkah.
Dan langsung memukul bagian dada Vano membuat cowok itu mundur beberapa langkah dan mengerang tertahan.
Vano kini meremas dadanya kuat, matanya terpejam rapat berusaha mengurangi rasa sakit dan sesak di dadanya.
Fio yang melihat Vano kesakitan tersenyum culas.
Kedua tangannya mendorong badan Vano membuat cowok itu tersungkur ke tanah.
Fio berjongkok tepat di depan Vano yang masih memejamkan matanya.
"Sekarang kita tau siapa yang pengecut!" ucap Fio dengan senyum miring di wajahnya.
Vano membuka kelopak matanya, dari sorot matanya memperlihatkan rasa kecewa bercampur benci pada cowok yang berjongkok di hadapannya.
Vano tidak mengucapkan sepatah katapun pada cowok itu ia bahkan tidak membalas memukul Fio.
"Urusan kita belum selesai" ucap Fio menepuk pelan pipi Vano. Yang langsung ditangkis oleh Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolive [ NEW VERSION ] HIATUS
Teen Fiction[VERSI BARU] Bimbang. Satu kata yang mewakili cerita ini. Kenapa? Karena di sini kalian akan merasakan suka sekaligus benci disaat yang bersamaan. Siap bertemu dengan mereka yang akan membuatmu jatuh hati dalam sekejap lalu menjatuhkan hatimu samp...