Twenty Eight

4.6K 346 37
                                    

"Maaf, kami sudah melakukan semua yang kami bisa. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Keduanya telah meninggal dunia."

Pagi itu ruangan riuh dengan suara tangis. Dominik dan Irina yang juga sudah berada di New York tak kuasa menahan kesedihan mereka, saat mendengar orang yang mereka cintai meninggal dunia. Kedua orang yang pergi untuk selama-lamanya pagi ini yaitu Adrik Arshavin dan juga seorang pilot keluarga Trey bernama Chris Hamilton. Keluarga Trey langsung mengelilingi tempat tidur Adrik maupun Chris disana sembari menangis. Cepat-cepat Anna kembali dan menegaskan pada Trey bahwa dia tidak boleh pergi meninggalkannya seperti Adrik.

Lalu, tak lama seorang Dokter datang menghampiri tempat tidur Trey, "Mr Alexander masih membutuhkan ventilator. Sampai sekarang, keadaannya masih menurun, ia belum bisa bernapas sendiri. Karena itu aliran ke otak dan jantungnya sangatlah berkurang. Bukan hanya itu, ada benda lainnya yang dibutuhkan untuk membantu Mr Alexander tetap hidup."

"Mengapa keadaannya malah justru semakin menurun, Dok? Dia tidak akan mati, kan?" tanya Anna dengan suaranya yang parau.

"Maafkan saya, kita akan pantau terus keadaannya."

Jawaban dari Dokter itu bukanlah jawaban yang Anna ingin dengar. Trey masih berada diruangan ICU, padahal sudah berapa kali Anna meminta pada Dokter untuk di pindahkan ke kamar rawat. Anna hanya takut jika Trey berada disana, karena banyak sekali yang tertolong di ruangan itu. Anna takut, Trey pun tak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Perempuan itu lalu mengenggam tangan Trey erat, rasanya dingin, wajahnya pun sangat pucat, tapi Anna tidak pernah takut dengan Trey, "Suamiku masih hidup. Kau harus bertahan, Trey. Bayimu ini membutuhkan seorang Ayah nantinya.." Ujar Anna lirih.

Tak lama, seseorang menarik lengan Anna secara kasar menjauhkan dirinya dari Trey disana. Anna menoleh dan sudah mendapatkan Kate menatapnya penuh amarah, "Ini semua salahmu, Anna! Adrik mati adalah salahmu! Dia tak akan pernah berada di dalam pesawat itu kalau saja ia dan Trey tak berusaha untuk melindungimu dari mantan sialanmu itu!"

Anna tahu siapa yang Kate maksud itu, tentu saja orang yang ia maksud adalah Darius. Dan sekarang, Kate menyalahkannya. Anna hanya bisa diam, tak melawan.

"Kembalikan Adrik, Anna! Kembalikan Adrik!" Seru Kate lalu melayangkan pukulannya pada Anna. Kontan semua orang yang ada disana melerainya. Dominik dan Irina menarik tubuh Kate dari Anna, sementara Will dan Dylan menjauhkan Anna dari Kate. Theo bahkan berada disana, menangis melihat Ibunya seperti itu.

"Anna, sayang, kami harus pergi untuk pemakaman Adrik dan juga Chris. Kau baik-baik saja kan?" tanya Irina dengan lembut, Anna bahkan sudah menganggap Irina seperti Ibu kandungnya sendiri.

Anna menggeleng pelan, "Tidak apa, Irina. Maafkan aku soal Adrik." Kedua tangan besar Will lalu membantu Anna berdiri.

"Jangan meminta maaf, sayang. Semua ini bukanlah salahmu. Maaf soal Kate tadi ya, ia hanya marah. Kami pergi dulu, jaga dirimu baik-baik."

Anna tersenyum, sedetik kemudian ia memeluk Irina erat, "Hati-hati, Irina. Terima kasih." Setelah itu, Dominik, beserta yang lainnya pergi keluar dari rumah sakit itu, meninggalkan Anna, Will dan juga Dylan disana. Satu tangan Anna lalu merangkul tubuh kecil Theo, "It's okay, sweetheart. I'm fine."

"Kau benar tak apa, Anna?" tanya Dylan, "Aku baru saja mengantarkan Sam ke kamar rawat. Keadaannya berangsur membaik pagi ini. Baru saja aku kembali, aku lihat Kate sudah memukulmu."

Anna menundukkan kepalanya, "Syukurlah jika Sam membaik. Semoga saja, Trey pun akan segera sadar dari komanya."

"Apa yang Dokter katakan, Anna?" tanya Will.

"Keadaan Trey memburuk.." Anna lalu menangis, kedua tangannya menutupi wajahnya seketika. Theo yang ada di sampingnya hanya diam, tidak mengerti apa yang Ibunya sudah katakan. "Saat ini Trey hidup hanya karena alat. Bila alat itu di matikan, sepertinya ia tak akan bertahan hidup dengan kemampuannya sendiri."

MR. GANG LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang