Eighteen

5.8K 401 12
                                        

"Dave, bisakah aku menitipkan Theo padamu? Aku merasa sedang tak enak badan. Aku ingin tidur untuk beberapa jam saja." Ujar Anna di dalam telepon pada Dave.

"Oke, Anna. Aku akan datang kesana dan membawa Theo bersamaku. Apa kau perlu sesuatu? Obat atau segala macamnya?" tanya Dave.

"Tidak, terimakasih Dave."

"Oke, aku akan segera kesana."

Berbohong soal ia yang sedang merasa tak enak badan adalah salah satu cara agar ia bisa pergi tanpa Dave ataupun Caleb yang mengikutinya. Selagi mereka disibukkan dengan mengurus Theo, dia akan dengan leluasa pergi menemui Darius. Semoga saja tak akan ketahuan! Batin Anna.

Tak lama, Dave pun datang ke kamar Anna, membujuk Theo untuk bermain play station bersamanya. "Ayo, Theo! Kita bermain! Kau yakin tak apa, Anna?" tanya Dave saat ia melihat Anna yang sedang berbaring di tempat tidur.

"Ya, aku tak apa. Dave, aku tidak ingin diganggu untuk beberapa jam. Apakah boleh?" tanya Anna berpura-pura lemas.

"Tentu saja, Anna. Istirahatlah yang cukup, Theo aman bersama kami." Dave pun pergi sembari menutup pintu kamar Anna pelan. Setelah dirasa telah aman, Anna pun bergegas mengganti pakaiannya untuk segera pergi menemui Darius. Ia pikir ia tak akan pergi lama, hanya untuk sebentar saja.

Dengan cara mengendap-endap, Anna pun pergi dari rumah besar itu menuju kedai kopi yang Darius katakan dengan memakai taksi. Saat dalam perjalanan, ia hanya berharap jika Trey tak akan menemukannya. Jika ia sampai tahu, mungkin ia akan mengamuk pada semua anak buahnya! Dan Anna, tak ingin itu semua terjadi.

Sesampainya di kedai kopi itu, Anna sudah melihat Darius yang kini melambaikan tangan padanya. Lalu, Anna pun menghampiri Darius dan duduk di sampingnya, "Oh, akhirnya aku bertemu kau lagi, Darius." Ucap Anna merasa senang.

"Ayo, pesanlah apa saja yang kau mau, Anna." Ujar Darius sembari membukakan buku menu.

"Ah iya, terima kasih."

Tak lama, setelah pesanan mereka datang, Anna dan Darius pun langsung saja menyantap makanan itu dengan lahap. Tak ingin hanya berdiam diri, Darius pun lantas membuka topik pembicaraan.

"Aku sedang ada pekerjaan disini, lalu aku ingat kau pernah memberiku pesan jika sekarang ini kau menetap di New York." Tutur Darius kemudian.

"Ya, aku dan Theo mungkin memang akan menetap disini dan meninggalkan rumah sewaan itu. Trey bahkan sudah mengirimkan orangnya untuk mengurus toko kueku." Anna menjelaskan.

"Trey? Jadi dia adalah ayah dari Theo?" tanya Darius memastikan.

Anna mengangguk, "Ya, seperti itulah. Tapi, keadaan semakin tambah buruk, Darius. Trey memaksaku untuk segera menikah dengannya."

"Kau tak ingin menikahinya?"

Anna diam seperti berpikir terlebih dulu sebelum menjawab, "Aku hanya tidak mau menikah dengannya karena keadaan yang memaksanya. Aku ingin menikah dengan seseorang yang memang mencintaiku, namun aku tahu Trey tak mungkin seperti itu."

"Trey adalah ayah kandung Theo, Anna. Bagaimana pun ia harus menikahimu saat kalian memutuskan untuk tinggal bersama. Biarkan ia menanggung semuanya, Theo adalah anaknya juga," ujar Darius panjang lebar.

"Terimakasih, Darius. Kau selalu ada untukku."

Darius tersenyum, "Kau tahu? Kau bisa ceritakan segala keluh kesahmu padaku, Anna. Dan aku siap menjadi pendengar setiamu."

Anna lalu tertawa, dalam hati ia bertanya, mengapa ia tak bisa mencintai Darius seperti ia mencintai Trey? Padahal, Darius adalah orang yang baik, tampan, penyayang, dan tak kasar seperti layaknya Trey. Namun, entah kenapa hatinya tak pernah memilih Darius. Sekarang ia sudah merasa sangat bodoh! Apa yang ia harapkan dari Trey? Oh, ya Anna bahkan lupa jika cepat atau lambat ia benar-benar akan menikahi lelaki itu. Anna hanya bisa berharap, semoga apa yang menjadi keputusannya adalah benar.

MR. GANG LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang