Three

7.7K 527 8
                                    

Anna tiba-tiba terlonjak kaget karena suara besar milik Trey yang meneriakinya malam itu. Anna yang sedang tertidur pulas pun langsung tersadar dan bangun dari tempat tidur. Matanya lagi-lagi menangkap kedua mata hijau milik Trey yang tajam, dan menyeramkan. Kedua tangan lelaki itu disilangkannya di dada, Anna tahu bahwa lelaki itu sedang marah padanya sekarang. Apa yang salah? Batinnya berkata.

"Kau tahu tempat tidur siapa yang sedang kau tiduri itu?" tanya Trey dengan nada tinggi, "Kalau kau ingin tidur denganku kau hanya perlu bertanya, Anna."

"Apa?!" pekik Anna, "Aku tidak pernah mau tidur denganmu, Mr. Bossy Man! Dan- tunggu, bagaimana kau tahu namaku?"

Trey tertawa kecil, "Aku sudah tahu semua hal tentang dirimu, Anna. Aku bahkan tahu kalau kau telah diusir dari rumah sewaanmu."

"Darimana kau tahu itu?! Aku-"

"Kau bisa tinggal disini untuk sementara waktu, Anna. Itu jika kau setuju untuk bergabung bersama kami, The Dragons."

"The Dragons?"

"Ya, itu kami." Jelas Trey, "Salah satu cara agar aku tak melepaskanmu adalah dengan cara menjadikanmu anak buahku."

"Trey tak ingin melepaskanku? Tapi, kenapa?" ujar Anna dalam hati.

"Dengar, Anna. Aku tak pernah melepaskan orang begitu saja dari tangkapanku. Kau pikir kau bisa pergi begitu saja saat kau sudah tahu tentangku dan The Dragons?"

Anna berdecak, "Oh, Trey sialan!"

"Aku bisa membelikanmu sebuah rumah, seperti yang aku lakukan pada yang lainnya. Uang bukan lagi jadi masalah jika kau bergabung dengan The Dragons, Anna. Oh- dan kau menolak, aku bisa saja menembakkan sebuah peluru pada kepalamu sekarang," ujar Trey membuat tubuh Anna seketika menegang.

"Aku- akan kupikirkan."

"Kau tak punya banyak pilihan Anna, bergabung dengan kami, atau kau persiapkan diri untuk pemakamanmu sendiri lusa?" Suara berat Trey lagi-lagi membuat Anna bergidik ngeri.

"Bisakah aku menjawabnya besok? Kurasa ini sudah malam dan aku harus memikirkannya terlebih dulu," jawab Anna dengan sangat berhati-hati.

"Baiklah, kamar tamu ada di ujung, kau bisa memakainya."

Anna menatap mata Trey, berusaha untuk tenang ia pun lalu berkata, "Te-terimakasih, dan maaf atas kamarmu."

"Ingat, Anna. Aku ingin jawaban darimu besok, dan kau tahu betul apa yang akan terjadi jika kau menolaknya."

Anna mengangguk mengerti, lalu kedua kakinya ia langkahkan pergi keluar kamar Trey dengan segera dan mencari kamar tamu untuknya. Oh, hampir saja! Batinnya.

Setelah Anna pergi, Trey lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celana dan menekan-nekan layar mencari nama seseorang, "Leo, Tolong kau belikan beberapa baju perempuan, aku ingin besok pagi baju itu sudah ada di kamar Anna. Aku tidak ingin kemeja ku dipakainya lagi untuk tidur. Oke. Thanks."

**

Anna terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ketika ia membuka mata, ia langsung menyapu seluruh ruangan dimana ia berada itu, ia pikir ia sedang bermimpi tapi ternyata tidak. Ia hanya tidak menyangka, malam kemarin ia bisa mendapatkan tempat yang layak untuk tidur. Bahkan, tempat tidur yang sedang ia tiduri itu menurutnya adalah tempat tidur ternyaman yang pernah ia rasakan.

Terbangun dari tidur, ia merasa sangat kelaparan. Oleh sebab itu, langsung saja ia langkahkan kakinya keluar kamar dan pergi ke arah dapur untuk mencari makanan. Namun, ketika baru saja ia sampai di depan dapur, ia sudah mendapatkan Trey disana dengan keadaan bertelanjang dada. Dengan hanya berandalkan celana piyamanya, Trey terlihat seperti sedang membuat sarapan.

"Uhm- Trey." Panggil Anna dengan malu-malu.

"Oh? Kau sudah bangun? Kau lapar?" tanyanya, entah kenapa Anna merasa pagi ini Trey seperti sudah tak lagi marah padanya.

"I-iya, aku kelaparan."

"Duduklah, aku sudah buatkan pancake untukmu."

"Huh?" Anna menjadi tambah kebingungan, "Baiklah." Ia pun menarik bangku kosong disana dan duduk didepan meja makan.

"Aku sudah membelikan beberapa baju untukmu, Anna. Itu semua sudah ada di lemari kamarmu." Trey berkata seraya membolak-balik pancake yang sedang ia buat.

"Kau membelikan baju untukku?"

"Ya, actually Leo yang membelikannya, tapi itu memakai uangku."

"Oh- terima-" Belum saja Anna selesai bicara, Trey lalu memotongnya.

"Lagipula, siapa yang mau memakai baju kusam seperti itu? Bajumu itu sudah tak layak pakai, tapi masih saja kau pakai, kau benar-benar tak memiliki apapun, eh?" ujar Trey mencibir Anna.

"Huh, baiklah terimakasih atas perhatianmu!" Jawab Anna sarkastik. Ia kesal atas ucapan Trey tadi itu, jika saja Trey bukanlah mafia, maka Anna sudah memukulnya lagi sekarang.

Trey menaruh piring berisi pancake buatannya itu di depan Anna seraya tersenyum. "Ini, makanlah." Matanya lalu menatap kedua mata Anna. Kontan membuat Anna menegang dan membuang muka.

"Anna- kau tak boleh membuang mukamu seperti itu di depan Bossmu." Ucap Trey ketus.

Anna diam, dan hanya melahap pancake di depannya.

"Entah apa yang aku pikirkan, mengapa Anna terlihat sangat seksi memakai kemeja putihku?" Trey berkata dalam hati. Tapi, ia tak boleh seperti ini. Lagipula ini bukanlah dirinya, dirinya yang sebenarnya adalah lelaki yang tidak pernah peduli dengan seorang wanita. Ia bahkan membuat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menikah, karena menurutnya menikah hanya akan mengganggunya dari semua bisnis miliknya. Perempuan akan menghancurkannya, dan ia tak ingin semua itu terjadi.

"Aku akan berada di warehouse sampai larut malam. Ketika aku pulang nanti, kau sudah harus menjawab pertanyaanku kemarin, mengerti?" bisiknya di telinga Anna. "Ingat, kau tak akan bisa lari dariku, Miss Cole."

Anna bergidik, pancake yang masih berada di mulutnya lalu ditelannya cepat. Ancaman yang Trey lontarkan itu jelas membuat Anna tak bisa berkata atau pun berbuat apa-apa lagi. Ia seperti sudah pasrah, karena ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ia berani melawan Trey.

***

Yay/no?
Give me ur vote and comments!

MR. GANG LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang