Tidak terasa usia pernikahan aku dan Mingyu sudah berjalan dua Bulan. Masih baru memang. Selama dua Bulan ini, kami saling memahami sifat kami masing-masing. Mingyu sudah berubah, kalau dulunya dia suka 'main' dengan wanita lain, sekarang tidak sama sekali. Memang Mingyu berulang kali membujukku untuk melakukan hubungan suami-istri, tapi aku selalu menolak. Bukan karena aku tidak mau melakukan kewajiban, tapi aku masih takut. Tapi walaupun kami tidak pernah 'melakukannya', dia sering 'menjelajahi' tubuhku saat tidur atau kalo manja-nya dia datang. Dan sifat Mingyu yang paling kusukai adalah dia selalu menyempatkan waktu untuk mengobrol denganku di ruang TV. Dia juga tidak suka bertengkar lama-lama, pasti dia juga akan menyelesaikan masalahnya di ruang TV. Seperti sekarang ini, setelah pulang kantor kami menonton TV.
"Hyomin-ah, apa kita tidak bisa melakukan itu hari ini?" tanyanya yang saat ini tengah tiduran di atas pahaku.
"Melakukan apa?" tanyaku. Dia hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman yang bisa membuatku tau apa maksud dari pertanyaannya itu. Dia merubah posisinya menjadi duduk. "Apa kau lupa kalau kita hanya pura-pura menikah? Apa jadinya aku kalo aku 'berhubungan' denganmu, lalu suami sungguhan aku tau?" sambungku.
"Kau terus saja membahas tentang ini. Kita sudah sepakat untuk melupakan itu. Aku sudah bilang perasaan aku ke kamu. Kau pikir aku hanya main-main? Jadi selama ini kau tidak menanggapku suami?" katanya yang mulai meninggikan suaranya.
"Bukan begitu, aku..."
Dia langsung berdiri. "Aku lelah, aku tidur" katanya seraya berlalu ke kamar.
Aku mengejarnya dan menahan tangannya. "Dengerkan aku dulu"
Dia terdiam.
"Kau tidak bisa melihatku dulu?"
Dia mendengus dan berbalik. "Apa?"
Aku tersenyum. "Bukan aku tidak mempercayaimu, Gyu. Hanya saja...."
"Hanya apa?"
"Aku takut"
"Apa yang kau takutkan?"
"Aku takut kau meninggalkanku"
Dia tersenyum dan setengah membungkuk menyamai tingginya denganku. "Dengerka aku, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku akan menunggumu sanpai kau siap. Dan satu yang perlu kau tau, aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun"
Aku terdiam menatapnya.
"Percaya sama aku. Hmm??"
Aku mengangguk mengiyakan.
Dia memelukku. "Aku tidak akan memaksamu lagi. Maafkan aku"
Aku membalas pelukannya. "Seharusnya aku yang meminta maaf padamu"
Dia melepas pelukannya dan menatapku. Dia mendekatkan mukanya. Perlahan aku merasakan sesuatu yang kenyal menempel di bibirku. Perlahan mataku terpejam menikmati permainannya. Cukup lama bibir kami bertautan, dia melepaskan ciumannya saat merasakan aku sudah mulai sesak nafas karena kehabisan oksigen.
"Gomawo" katanya tersenyum. "JIka aku melanjutkan, aku takut aku akan meminta lebih padamu" katanya tersenyum kembali. "Ayo kita istirahat. Besok kita harus bekerja" sambungnya.
Aku menahan tangannya yang membuatnya kembali berbalik.
"Ada apa?"
Aku tidak menjawab, melainkan langsung mencium bibirnya yang membuatnya sangat terkejut. Sudah waktunya aku mempercayainya saat ini. Aku tidak mau membuatku lebih lama lagi menunggu keputusanku.
.......
Pagi ini aku terbangun dengan keadaan yang sangat lelah. Bagaiman tidak, tadi malam Mingyu mengajakku untuk bermain sebanyak empat ronde. BAyangkan saja. Aku masih terbaring di kasur, begitu juga dengan Mingyu. Kutatap wajahnya yang masih hanyut dalam tdur panjangnya. Perlahan ku elus rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Husband → K.M.G
FanfictionPaksaan orang tua untuk menemukan kekasih sekaligus calon istri yg membuat Mingyu membayar karyawan baru-nya utk menjadi istri pura-puranya. Apakah kepura-puraan itu akan menumbuhkan benih-benih Cinta yg sesungguhnya? Highest ranking #1 FFseventeen...