22

6.5K 560 15
                                    

MINGYU POV

"Jisung, tolong appa ambilkan Palu disana ya"

Saat ini, aku sedang memasang figura yang berisi foto kami bertiga yang baru saja jadi beberapa waktu lalu. Padahal sebentar lagi pasti foto itu akan bertambah anggota lagi, karena sebentar lagi ada perempuan cantik yang akan lahir dari perut istriku. Hyomin saat ini sedang memasak di dapur. Dia masih bersikap dingin seperti kemarin. Aku sedih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi?

"Baik appa" katanya berlarian.

"Jisung, tidak berlari nak. Nanti jatuh" kataku.

"Ini appa" katanya memberikan palu.

Aku mulai mengetuk palu untuk menggantung figura itu di tembok.

"Aarrgghh"

Tanganku tidak sengaja terpukul palu dan berdarah.

"Appa, kenapa? Eommaaaaaa, appa berdarah" teriak Jisung.

"Wae? Ada apa?" kata Hyomin panik menghampiri.

"Aku tidak sengaja memukul tanganku dengan palu"

"Aish, duduk dulu aku ambil kotak P3k dulu" katanya berlalu.

Aku duduk di sofa keluarga.

"Kau memikirkan apa sih? Kenapa bisa seperti ini? Kalau kau infeksi bagaimana? Sampai berdarah seperti ini" katanya membalut luka-ku dengan perban.

Aku memperhatikan tingkah paniknya, baru beberapa hari aku tidak melihat wajahnya dari dekat seperti ini saja, aku sudah amat merindukannya.

"Lain kali hati-hati. Aku tidak mau kau terluka, aku tidak mau kau kenapa-kenapa" sambungnya yang masih fokus membersihkan lukaku.

Aku menarik tangannya dan memeluknya. "Geumanhae. Jebal. Jangan buat aku tersiksa karena sikapmu sekarang" kataku membenamkan kepalaku di lehernya.

Dia balas memelukku dan terdiam.

"Mianhae. Mianhae karena sudah membuatmu salah paham" sambungku. "Sungguh, aku hanya Cinta padamu. Aku hanya sayang padamu. Kamu hanya satu-satunya wanita yang ada di hati aku. Aku tulus mencintaimu, rasanya aku mau mati karena kamu bersikap dingin padaku. Aku akan lakukan apapun agar kau bisa memaafkanku. Mianhae, Hyomin. Mianhae"

Aku sudah tidak tahan kali ini. Aku benar-benar tersiksa. Aku merasakan bajuku membasah, sepertinya dia menangis. Aku melepaskan pelukanku. Ternyata benar, dia menunduk dan sedang menangis.

"Mianhae. Aku juga minta maaf karena sudah bersikap kekanakkan. Aku tidak dengar semua penjelasan darimu dulu" katanya menunduk.

Aku tersenyum dan mengusap air matanya. "Gwaenchana. Jadi, jangan marah lagi padaku ya?" kataku mengangkat dagunya agar dia bisa menatapku.

Dia tersenyum. "Aku tidak marah padamu bodoh. Aku sudah memaafkanku. Aku hanya memberimu sedikit pelajaran, agar kau tidak sembarangan bicara dengan seorang wanita disaat istrimu tengah hamil"

"Mwo? Maksudmu?"

Dia terkekeh dan kembali memelukku. "Saranghae" bisiknya tepat di telingaku. Dia melepaskan pelukannya dan menatapku yang masih terdiam. "Wae? Tidak mau mengatakan kau juga sayang aku?"

"Tunggu. Maksudmu, kau tidak benar-benar marah padaku kemarin?" tanyaku yang di jawab anggukan olehnya.

"Woah! YA! Seharusnya kau bisa menjadi seorang aktris karena aktingmu itu nyonya Kim. Kau sangat lihai dengan aktingmu itu" kataku sebal. "Kau tau, aku hampir saja mati karena aktingmu itu. Kau menyiksaku" sambungku.

Dia terkekeh. "Mianhae"

"Shireo"

"Jinjja? Woah, padahal aku akan menciummu kalau kau memaafkanku"

My Fake Husband → K.M.GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang