Bonchap 3

4.1K 417 21
                                    

AUTHOR POV

Entah harus bagaimana Seungcheol, Vernon, Seokmin dan juga Yuzu menjelaskan pada Hyomin dan anak-anaknya tentang keadaan Mingyu. Mereka ingin memastikan dulu bagaimana keadaan Mingyu yang sebenarnya. Tapi untuk meninggalkan Hyomin dirumah itu merupakan suatu beban bagi mereka.

"Vernon-ah, Seokmin-ah, ikut aku sebentar" perintah Seungcheol. Dengan sigap, mereka berdua mengikuti Seungcheol berjalan ke Taman samping rumah.

"Ada apa hyung?" tanya Vernon.

"Kita harus membagi tugas kali ini. Aku akan datang ke lokasi kejadian, untuk melihat keadaan Mingyu yang sebenarnya. Kau Vernon, aku minta tolong padamu untuk tidak meninggalkan Hyomin disini sendirian" katanya yang diangguki oleh Vernon. "Dan kau Seokmin, aku ingin meminta bantuanmu untuk membawa anak-anaknya menginap dirumahmu. Rawat mereka sampai aku kembali" sambung Seungcheol.

"Hmm.. Baik hyung" jawab Seokmin.

"Ah, satu lagi. Jangan ada yang beri tau Wonwoo dulu tentang ini. Jika sudah pasti, baru kita beri tahu mereka" ucap Seungcheol yang mendapat anggukan dari mereka berdua.

"Kasian mereka, mereka sedang bahagia tapi harus terpisah seperti ini" tutur Vernon iba.

"Sudahlah. Kita bahas itu lagi nanti. Ayo kita kembali" kata Seungcheol beralih ke ruang tengah
"Hyomin-ah, aku harus pulang sebentar. Aku ada urusan di luar, setelah selesai aku akan kembali lagi kesini, hmm?" kata Seungcheol sembari mengelus pundak Hyomin.

Hyomin tidak merespon. Ia hanya tetap memandang ke arah yang tidak jelas dengan tatapan kosong.

"Yasudah aku berangkat ya" sambung Seungcheol sembari mengusap rambut Hyomin.

Ia berdiri dan bicara pada yang lain tanpa mengeluarkan suara. "Aku titip Hyomin dan anak-anak ya" katanya yang dijawab dengan anggukkan oleh mereka. Sebelum pergi, Seungcheol menyempatkan diri untuk pergi ke kamar Jisung dan juga Sora. Ia mencium kening mereka dengan rasa sayang. "Appa pergi dulu ya"

Setelah pamit dengan anak-anak, Seungcheol segera pergi ke tempat yang tadi sempat ia tanya pada polisi yang meneleponnya.

Sesampainya disana, keadaannya sangat kacau balau. Banyak korban yang tergeletak disana.

"Permisi, saya ingin mencari penumpang kereta ini yang bernama Kim Mingyu. Tadi saya di hubungi oleh polisi disini" kata Seungcheol pada salah polisi yang di ketahui bernama Seungkwan itu.

"Ah, selamat sore. Kebetulan saya yang menghubungi anda. Saya Seungkwan, ketua polisi yang menangani kecelakaan ini" kata polisi itu pada Seungcheol.

"Ah iya kebetulan sekali. Saya Seungcheol yang tadi anda hubungi. Saya ingin bertanya dimana anda menemukan ponsel teman saya?"

"Ponselnya terjatuh di bawah kursi korban. Saat ini korban tengah di evakuasi"

"Bagaimana keadaannya pak? Apa baik-baik saja?"

"Sayang sekali saya harus mengabarkan ini pada anda pak Seungcheol, teman ada sudah di nyatakan meninggal. Ia tertimpa badan kereta yang runtuh akibat kecelakaan ini" terang polisi tersebut. "Kondisinya cukup mengenaskan. Ah iya, dompetnya di temukan oleh salah satu rekan saya disini. Mari saya antar" sambungnya seraya menyilakan Seungcheol untuk mengikutinya. Polisi itu mengambil dompet yang di duga milik Mingyu itu. "Ini. Silahkan di periksa, apakah benar ini milik pak Mingyu" kata polisi itu.

Seungcheol memeriksa dompet itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada identitas Mingyu di dalamnya. Sudah di pastikan ini milik Mingyu karena ada foto keluarga mereka di dalam dompet ini.

"Bagaimana? Apa itu benar punya teman anda?" tanya polisi itu yang di jawab dengan anggukkan oleh Seungcheol. "Iya. Ini milik teman saya" jawabnya memastikan seraya menundukkan kepalanya.

Seungkwan membuang nafasnya kasar. "Saya turut berduka cita" sambungnya sembari menepuk pundak Seungcheol.

Tanpa sadar Seungcheol menitikan air matanya. Ia tak bisa membayangkan reaksi keluarga Mingyu jika tau apa yang terjadi saat ini. Bahkan untuk mengatakan yang sebenarnya saja Seungcheol tidak sanggup.

"Kapan kira-kira proses evakuasi ini akan selesai pak?" tanya Seungcheol kemudian.

"Esok hari sampai lusa kami usahakan. Kami akan bawa jenazah korban kepada keluarganya saat kami telah selesai mengurusinya" jawab Seungkwan.

Seungcheol mengangguk mengerti. "Terimakasih banyak pak Seungkwan. Saya akan kembali sekarang, saya ingin memberitau kepada keluarganya tentang ini. Jika ada yang perlu dibantu, saya mohon hubungi saya secepatnya"

"Pasti pak. Sampaikan salam saya pada keluarga korban" kata Seungkwan.

"Baik. Saya permisi" kata Seungcheol yang mendapat bungkukan sopan dari Seungkwan.

Sepanjang perjalan, Seungcheol terus larut dalam pikiran tentang Mingyu. Ia sibuk merangkai kata-kata agar ia tidak salah menyampaikan informasi ini pada mereka. Benar-benar dalam fikirannya saat ini adalah Hyomin, Jisung dan Sora, bukan yang lain. Berulang kali ia memijat keningnya, karena pusing memikirkan ini.

Sesampainya di rumah Mingyu, ia sudah disambut oleh beberapa pertanyaan oleh Vernon. Beruntunglah Seokmin dan Yuzu sudah membawa Jisung dan Sora pergi bermain di luar.

"Bagaimana hyung?" tanya Vernon yang menarik lengan Seungcheol ke kamar Jisung.

"Itu memang benar dia. Aku menemukan dompet ini tadi" kata Seungcheol sembari memperlihatkan dompet Mingyu.

Vernon sungguh terkejut dengan apa yang dikatan Seungcheol barusan. "Lalu bagaiman dengan Hyomin nuna dan anak-anaknya?"

"Aku juga tidak tau. Pikiranku sekarang benar-benar kacau. Aku tidak tau harus berbuat apa" kata Seungcheol mengacak rambutnya sendiri.

"Hyomin nuna pasti sangat terkejut hyung. Aku tidak tega memberi taunya tentang hal ini"

"Lalu kita harus apa? Menyembunyikannya? Tidak mungkin, non. Kita tidak bisa. Mereka harus tau keadaan yang sebenarnya"

Vernon menjenggut rambutnya keras. "Kasih dia waktu agar ia agak lebih tenang hyung. Sungguh aku tidak tega jika melihatnya seperti itu"

Seungcheol tampak berpikir sejenak. "Baiklah, kita akan tunggu sampai penyelidikannya selesai. Sekarang kita hibur dia, agar ia bisa melupakan kesedihannya sejenak" kata Seungcheol yang di angguki oleh Vernon.

Mereka menghampiri Hyomin yang masih duduk termenung di sofa ruang tengah. Sedari tadi ia tidak mau beranjak selangkah pun dari sana. Isi kepalanya seolah kosong melompong.

"Nuna, kau mau makan apa hari ini? Aku yang masak" kata Vernon dengan ceria. Hyomin tidak menjawab dan merespon sedikitpun.

"Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Ajak Jisung dan juga Sora?" tanya Seungcheol.

"Tidak oppa, besok aku akan menyiapkan kejutan untuk Mingyu. Lusa, Mingyu akan pulang. Jadi aku akan masak banyak" jawab Hyomin dengan masih dalam posisi yang sama.

Vernon mengalihkan pandangannya agar ia tidak terlihat bahwa air matanya menetes dari matanya.

"Nanti saja masaknya, besok kita habiskan waktu bersama. Nanti aku akan ajak Seokmin dan yang lainnya juga. Hmm? Kau mau kan?" ajak Seungcheol lagi.

Hyomin kembali menggeleng. "Oppa saja yang bawa Jisung dan Sora. Aku akan dirumah sendirian" jawab Hyomin.

Seungcheol dan Vernon benar-benar putus asa melihat kondisi Hyomin saat ini. Namun sekarang bagi mereka yang terpenting adalah menutupi kematian Mingyu pada Hyomin dan anak-anaknya. Mereka tidak mau, keluarganya shock mendengar kabar yang mereka yakin akan membuat hati mereka hancur ini.



Tbc.

Ini ada apa ya? Kok pada comment sedih? 😂😂
Double update ga ya hari ini? 😆😆

Kalo banyak yang minta double update, baru aku update lagi. Kalo ga ada yang comment... Ga jadi ah hehehe

My Fake Husband → K.M.GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang