Dilangit malam menjelang pagi ini Roxas membawa Alfino yang terlihat tak memiliki semangat hidup hal ini terlihat dari matanya yang sayu dan hampa karena saat ini dirinya sedang dikendalikan oleh Roxas tidak hanya itu terlihat dua orang yang mengawal mereka berdua yang satu seorang gadis kecil dari ras Anima yang terlihat seperti dari ras ular dengan Sisik berwarna ungu yang hampir menutupi wajahnya namun anehnya dia memiliki dua tanduk kecil dikepalanya, gadis kecil itu memiliki rambut sebahu berwarna ungu dengan iris mata berwarna merah dan tingginya sama seperti Lily yang bahkan lebih pendek dari Alfino dan seorang lagi salah satunya Vivi, pria yang baru saja kabur dari pertarungannya dengan Fernand.
"Sudah sampai." Kata Roxas.
Mereka berhenti di atas sebuah Altar di pinggir danau yang terlihat sudah lama dibangun dan di Altar itu terdapat banyak sekali Simbol-simbol kuno yang terukir di empat pilar-pilar yang mengelilingi Altar.Roxas membiarkan Alfino berdiri sendiri diatas Altar sementara yang lain berjaga agar ritual dapat dilaksanakan tanpa halangan.
"Dengan ini aku memulai ritual-"
"Alfino!" Seru Fernand, terlihat jelas Fernand berlari dari istana menuju danau namun tak terlihat darinya menunjukkan kelelahannya.
"Vivi, Sana jangan biarkan siapapun menggangguku." Perintah Roxas tanpa menoleh kebelakang dan tetap fokus padaa ritual.
"Baik." Kata Vivi.
"Fernand aku ingin sekali melawanmu satu lawan satu denganmu tapi sepertinya tidak mungkin karena kehadiranmu mengganggu ritual, Sana ayo."
Sana mengangguk, Sana adalah nama dari gadis yang ada disebelahnya.
Pats!
Anak panah dengan cepat mengarah Sana namun dapat dihindarinya.
"Dua lawan satu itu taktik pengecut." Kata Lily.
"Dengan siapakah aku berbicara, hhmm...aku tau kau itu elf yang sudah membunuh badut kami, kan." Kata Vivi sambil tersenyum.
"Begitukah sikap kalian saat teman kalian mati." Kata Lily terlihat kesal.
"Sejak awal aku tidak pernah menganggapnya temanku, meskipun dia mati itu artinya dia tidak berguna."
"Kenapa orang sepertinya bisa berkumpul bersama orang keji seperti kalian."
"Ada apa denganmu nona padahal kau sendiri yang membunuhnya- tunggu dulu, apa kau jatuh cinta pada badut itu setelah menciumnya."
"Hey!"
"Cium? " tanya Fernand kebingungan.
"Bu-bukan anu i-itu."
"Wah luar biasa, sepertinya nona kurang kasih sayang sehingga terpaksa jatuh cinta dengan badut itu!" Kata Vivi menggoda Lily.
"Sudah cukup kau pikir bisa mengulur waktu dengan obrolan sampah ini." Kata Fernand. terlihat kesal.
Serangan cepat datang dari Fernand dengan pedangnya menyerang Vivi namun sayangnya serangan kejutan itu lagi-lagi dihindari dengan mudahnya oleh Vivi, saat serangan itu dihindari dan tekanan yang ditimbulkan rasa benci Fernand terhadap Vivi yang meninggalkannya di tengah tengah pertarungan membuat Fernand seketika tidak sadar akan kehadiran Sana yang berada di belakangnya mencoba menyerangnya dengan mennggunakan belati yang sudah dilumuri racun.
Ting!
Belati yang digunakan Sana terpental karena anak panah yang dilesatkan Lily untuk menyelamatkan Fernand, Fernand pun akhirnya menyadari keberadaan Sana dan memilih untuk mundur kebelakang mendekati Lily yang sudah siap melesatkan anak panah berikutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chaos Child
Fantasypeperangan antar ras yang telah usai sejak ribuan tahun lalu, berkat itu semua ras, human, Orc, Anima, dan sebagainya hidup dalam kedamaian tapi dibalik itu terdapat sebuah misteri yang belum terselesaikan yang membuat Alfino, anak dari kota sanctua...