Satu hari sebelum kepergianku aku menemui Ariadna saat ini dia tengah berada di kamarnya sedang melakukan kebiasaanya merajut.
"boleh aku masuk." ucapku dibalik pintu.
"masuklah."
"aku ingin."
"sebelum itu duduklah disini." ucapnya sangat ramah seraya menepuk sofa menyuruhku duduk disampingnya.
Aku duduk sesuai keinginanya, duduk terpaku dan tak tahu harus berbuat apa dan ingin bilang apa.
"anu...kakak...aku."
"cobalah syal ini." ucapnya seraya mengalungkan sebuah syal berwarna biru di leherku.
"hangat."
"benarkah syukurlah."
"anu...aku ingin."
"kau lapar? Ingin kue?"
"tidak aku sudah kenyang."
"kalau begitu minum."
"tidak kakak aku-"
"apa kau butuh sesuatu."
"kakak!" bentakku padanya meski aku tak melakukannya dengan sengaja tapi aku pasti melukai hatinya yang sangat mengkhawatirkanku.
"maafkan aku aku tidak bermaksud-"Kak Ariadna langsung memelukku dengan sangat erat seraya mengelus kepalaku.
"kau sudah besar ya, terakhir kali saat mengasuhmu kau masih kecil."
"kakak mengasuhku?"
Kak Ariadna mengangguk "dulu saat tuan Edward, Fernand dan raja datang membawamu kamu masih bayi, suka menangis kakak harus menggendongmu sambil menyanyikan nina bobo sampai kau tertidur."
....
"kemudian saat sudah bisa lari kau berlari kesana kemari membuatku harus mengejarmu kau juga sangat nakal, selalu membuat Charlotte menangis."aku dengan Charlotte! Benarkah?"
"tentu saja kau itu teman masa kecil Charlotte kalian sudah bersama diistana lama selama lima tahun."
"lima tahun!! Benarkah?! Tapi sepertinya aku dan Charlotte sudah melupakannya."
"kalian sangat akrab bahkan kau pernah menjanjikan sesuatu pada Charlotte, kau memintaku dan Fernand sebagai saksinya waktu itu."
"lalu apa yang kujanjikan padanya."
Kak Ariadna terlihat sedang berusaha keras menahan senyumannya sekeras mungkin karena yang kulihat bibirnya bergetar aku jadi makin penasaran dengan janjiku.
"kau berjanji akan menikahinya jika sudah besar."
"APA!!"teriakku memenuhi seisi ruangan itu, wajahku memerah seperti tomat "ja-jangan bercanda kak ini ti-tidak lucu." sambungku.
"itu benar kau bilang seperti ini." kak Ariadna tiba-tiba langsung menggenggam kedua tanganku dengan ekspersi yang serius "tuan putri aku jatuh cinta padamu, menikahlah dengaku." ujar kak Ariadna seraya mencoba menirukan suaraku saat aku berumur lima tahun.
Tingkahnya itu malah membuat wajahku makin memerah dan rasa malu yang tiada tandingannya ditambah lagi Fernand juga jadi saksi saat aku melamar Charlotte.
"he-hentikan kakak kau mempermalukan aku, ah sial aku jadi malu menemui Charlotte."
"hahaha jangan khawatir aku belum menceritakan ini pada Charlotte, tapi kakak penasaran kalian pacaran ya!"
"tidak mungkin dia seorang putri dan aku hanya..."
"hanya apa? Cinta bisa datang kapan saja dan pada siapapun meskipun kata selamat tinggal terucapkan dimulut tapi hati kalian tak kan pernah terpisahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chaos Child
Fantasypeperangan antar ras yang telah usai sejak ribuan tahun lalu, berkat itu semua ras, human, Orc, Anima, dan sebagainya hidup dalam kedamaian tapi dibalik itu terdapat sebuah misteri yang belum terselesaikan yang membuat Alfino, anak dari kota sanctua...