19

102 5 0
                                    

Di sore menjelang malam itu aku berdiri terpaku diruangan Charlotte, aku selalu berusaha ingin mengetuk pintunya tapi suara dari benakku yang terus berkata 'tunanganku' membuatku jadi tidak bisa berkutik.

Jantungku berdetak kencang dengan hebat serasa mau meledak saat bertemu dengannya tapi aku sadar aku tidak bisa menunda lebih lama lagi jadi aku mengetuk pintunya.

Tok...tok...tok.

"siapa."

"ini aku Alfino."

Aku memasuki kamar Charlotte, kulihat dia disana berdiri dengan mengenakan piyama berwarna putih berendah tampak anggun padanya dengan rambut panjang bergelombang berwarna coklat selembut sutra dengan disinari sinar jingga dari terbenamnya matahari menggantikan malam, membuatnya makin berkesan dimataku.

Kudengar dari Fernand, Charlotte demam sejak kemarin tapi sepertinya dia baik-baik saja bukti dari wajahnya yang terlihat segar menatapku dengan senyuman hangat menghiasi wajah cantiknya.

"kau perlu sesuatu Fino."

"ada yang ingin kukatakan padamu."

"duduklah."

Aku duduk sesuai dengan perkataannya begitupun dengannya kami duduk bersamaan saling menghadap satu sama lain.

"jadi apa yang ingin kau sampaikan padaku."

"itu...anu...aku, Charlotte aku."

"Fino bicara yang jelas aku tidak mengerti."

Aku tidak bisa bicara dengan tenang saat berhadapan dengan Charlotte selain gugup karena yang dikatakan Fernand aku juga bingung saat ditanya kemana aku akan pergi, Charlotte memiliki hati yang rapuh aku tidak boleh sembarangan padanya tapi 'Charlotte sangat pengertian dia pasti mengerti' itu yang kupikirkan.

"Fino hari ini kau aneh-"

"Charlotte!" ucapku tegas.

"iya."

"aku ingin ucapkan selamat tinggal padamu, besok aku akan pergi dari Rivertaria."

"berapa lama."

"tidak tahu mungkin selamanya."

"selamanya? Sepenting itukah, kenapa?"

"itu...anu aku."

"begitu kah! Fino dan kakak sama saja kalian tidak pernah jujur padaku."

Mendengarnya aku langsung mendekati Charlotte dan duduk disampingnya sambil menggenggam kedua tangannya, terlihat Charlotte sangat murung dan bersedih, tatapannya kosong, dia sama sekali tidak mau menatapku.

"apa kau tahu bagaimana rasanya saat seseorang yang sangat dekat denganmu selalu menyembunyikan rahasia darimu."

"Charlotte aku-"

"apa kau masih bisa mempercayainnya." dia menatapku dengan pandangan kecewa padaku lalu perlahan dia menarik tangannya perlahan dari genggamanku ini.

Ini bukanlah perpisahan yang kuinginkan, tidak padanya aku tidak suka ini, aku ingin Charlotte percaya padaku, aku ingin menghilangkan dilemanya jadi aku menarik tangannya lagi yang sebelumnya lepas dari genggamanku.

"aku akan menceritakan semua padamu." Mendengarku wajah Charlotte terangkat menatapku meski pandangannya tidak sehangat waktu itu.

'ini sudah benar' pikirku dengan menceritakan semua pada Charlotte dia akan percaya lagi padaku, jadi aku menceritakan semua tentangku siapa diriku, dua belas roh, Demi dan kepergianku, semuanya tanpa satupun yang terlewatkan.

Chaos ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang