Chapter 5: Rion?

80 6 1
                                    

"Woi! Kapan ujiannya mulai." Seru Zay.

Zay Alexander dari desa simanila, si jenius di kalangan bawah yang memiliki mana sihir sebesar yang dimiliki bangsawan dan keturunan keluarga sihir namun Zay tidak memiliki keduanya dalam darahnya.

Sebenarnya bukanlah hal yang aneh ketika melihat kalangan bawah menggunakan sihir namun Zay berbeda dari yang lain tidak seperti kalangan bawah pada umumnya, Zay terlahir dengan bakat spesial karna itu dia dipanggil si jenius dari bawah, agak aneh menurutku tapi apa urusanku.

Dan lagi Zay adalah peserta tercepat setelah kami, kalau bukan karna bantuan yang mulia Obelius, Zay pasti sudah jadi
yang pertama sampai disini.

Dan kenapa aku tahu tentang ini karna, temanku Nori yang baru kusadari punya kelebihan lain yaitu tukang gosip, dia memberikah info secara cuma-cuma padaku yang bahkan tidak ku tanyakan.

Aku menatap Zay sangat lama entah kenapa timbul rasa penasaran yang muncul dalam diri dan membuatku merasa aku dan Zay memang saling kenal.

Author pov***

Zay mulai merasakan adanya tatapan yang terus menatapnya begitu lama beda dari tatapan yang biasanya orang lain mentapnya, Zay merasa tatapan ini begitu familiar dan membuatnya sedikit tak tenang, Zay memutar lehernya kekiri dan kekanan mencari sang pelaku yang terus menatapnya sampai tak lama setelah itu pandangannya terhenti pada remaja seusianya menatapnya begitu dalam, Zay sangat yakin orang inilah yang memberikan perasaan tidak enak itu, Noir pun langsung menghampirinya.

Alfino tampaknya masih hanyut dalam perasaan penasaran dan terus menatap Zay sampai dia tidak sadar Zay sudah ada sejarak setengah meter dihadapannya. Nori yang melihat Zay mendatangi Alfino pun membuatnya kaget dan dia tak kalah kaget melihat temannya yang masih menatap Zay sangat dalam, jadi posisi mereka sekarang saling menatap sehingga menimbulkan rasa panik dan mencengangkan yang dirasakan Nori.

Sebelum semua makin rumit dan membuat fantasi Nori semakin liar Nori pun menepuk pundak Alfino beberapa kali, tepukan di pundak Alfino membuatnya sadar setelah itu dirinya kaget bukan main saat Zay ada dihadapannya, Alfino mundur sejauh tiga langkah secara spontan.

"Apa kau perlu sesuatu."

"Siapa namamu." Tanya Zay.

"Alfino."

"....."

Tatap Zay.

"Ada apa dengan anak ini kenapa menatapku." kata Alfino dalam hati.

"Tatapanmu membuatku risih jadi hentikan."

"Ah...maaf tapi aku--"

Belum selesai Alfino menjelaskan Zay sudah pergi membelakangi Alfino, dan hal itu membuat Alfino jengkel.

"Apa-apaan sikapnya itu." Rutuk Alfino.

"Aku tidak berpikir kau yang seharusnya marah disini."

"Hah?"

"Kulihat kau dari tadi menatapnya terus, apa dia tipemu."

"Apa maksud 'tipe' disini hah?!" ucap Alfino kesal.

"Hehehe." balas Nori tertawa konyol.

Tawa konyol Nori sekilas mengingatkan Alfino pada teman masa kecilnya, teman yang selalu ada bersamanya suka maupun duka dan satu-satunya teman yang memperlakukannya sangat baik saat semua orang menjauhinya karna asal usulnya tapi sekarang teman itu sudah pergi darinya dan tak akan pernah kembali.

"Rion." Alfino tanpa sadar menggumamkan teman kesayangannya dengan ekspresi sedih dan hal itu membuat Nori kebingungan.

"Alfino kau baik-baik saja." tanya Nori khawatir.

Chaos ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang