17

104 8 0
                                    

Sudah seminggu aku berlatih dan hasilnya sangat memuaskan, Fernand bilang padaku butuh waktu beberapa bulan hingga tahun hanya untuk mengubah mana menjadi elemen.

Tapi yang jadi masalahnya adalah kontrol manaku sangat buruk saat ini aku sudah mengubah mana menjadi tiga elemen dan diantaranya tidak ada yang bisa kukontrol.

Beberapa hari sebelumnya saat aku mengubah mana menjadi elemen api aku meledakkan hampir seluruh hutan, dilanjutkan dengan angin, aku dapat menguasainnya dalam sekejap karena kontrol yang buruk aku menerbangkan Fernand, Elefthería dan Felicità.

Dan yang terakhir saat menciptakan petir, petirku jadi tak terkendali dan menyambar membabi buta dan hampir mengenai kami karena hal itulah Fernand, Elefthería dan Felicità menjauh sejauh mungkin dariku yang tengah bersiap-siap membuat elemen air.

"Elefthería kita sudah melihat semua sihir yang dikeluarkan adalah sihir tingkat dua."

"jangan khawatir jika Alfino membuat air menjadi es aku akan mencairkannya segera."

"syukurlah."

Bisik mereka sama sekali tak terdengar olehku.

"Alfino kau bisa mulai!!" teriak Fernand tak jauh dariku, menatapku dengan pelindung berlapiskan api yang dibuat oleh Elefthería.

"iya." jawabku yakin.

Aku menarik nafasku panjang mengosongkan pikiranku lalu menadahkan tanganku.

Manaku kini mulai berpusat ditanganku dan membentuk cahaya biru yang sangat terang, berputar-putar sangat lama, semakin lama semakin kuat lalu aku melihat cahaya itu berubah menjadi air.

Semakin lama semakin air itu mendingin, semakin berat dan semakin besar 'ini es' pikirku, pantas Elefthería memasang pelindung api dimana-mana.

Semakil lama semakin tanah disekitarku membeku, es merambat meluas menutupi rumput hijau disekitarku.

"kumohon jika tak bisa ku kendalikan sama saja tidak ada hasilnya." ucapku yang mulai panik.

Hawa dingin yang awalnya tidak menggangguku kini mulai membuatku menggigil, kakiku bahkan sampai gemetar karenanya.

"ini tidak benar Fernand."

"apa maksudmu Elefthería."

"kau tidak melihat, Alfino saat ini ketakutan, harusnya kita disana mendukungnya."

Fernand menepuk jidatnya sendiri "kakak macam apa aku ini." ucapnya kesal seraya berjalan keluar dari pelindung yang dibuat Elefthería begitupun dengan Elefthería dan Felicità mengikutinya dari belakang.

Diwaktu yang sama aku terus berusaha menekan terus manaku agar tidak merambat lebih luas lagi namun nyatanya usahaku gagal akhirnya semua tanah di dalam pelindung dilapisi oleh es.

"Alfino!"

Suara Fernand berseru memanggil namaku membuatku menoleh kearahnya.

"kenapa kau kemari menjauhlah!"

"tenagkan dirimu Alfino, kalau kau panik kau bisa mengacaukannya!"

"aku tidak tahu bagaimana caranya."

"lepaskan bebanmu, semuanya akan baik-baik saja kau bisa melakukannya!."

Mendengar ucapan Fernand membuatku sangat tenang, aku menatap es yang berputar dihadapanku ini, aku memejamkan mataku dan berusaha berkonsentrasi lagi kali ini dengan perasaan yang tenang.

Tak lama setelah itu aku merasakan kakiku yang basah dan hawa dingin disekitarku tidak dapat kurasakan lagi, aku mebuka mataku perlahan, tanah yang dilapisi es kini berubah menjadi tanah yang digenangi oleh air.

Chaos ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang