"Kau serius tidur disini? maksudku kau tidak perlu repot-repot sampai harus tidur di sofa" ucap Luke yang daritadi memperhatikan Summer yang sedang mempersiapkan bantal dan selimut untuk tidur di sofa kamar Luke.
"Aku serius Luke, aku hanya ingin menjagamu itu saja." ucap Summer menjatuhkan tubuh mungilnya di sofa.
"Kau terlalu berlebihan, Aku hanya demam biasa. Tidak lebih" ucap Luke.
"Lukey, dengar ya. Kau ini bukan demam biasa, tapi itu efek dari penyakit jantungmu itu. Mungkin" ucap Summer. Luke seketika terdiam, entahlah perkataan Summer sedikit membuatnya tersinggung.
"Kau benar, aku hanya lelaki yang berpenyakit. Kau pasti iba padaku. Setiap jam aku harus meminum obat-obat yang pahit ini. Aku juga tidak boleh kelelahan. Aku seperti bayi yang tidak bisa melakukan apapun" ucap Luke pelan, nada terpukul sangat terdengar.
"Lukey, ma....maaf aku tidak ber-"
"Kau sangat benar Summer. Aku bahkan tidak pantas untuk hidup lagi" ucap Luke memotong ucapan Summer. Summer sangat merasa bersalah. Seharusnya dia tidak berkata seperti itu. Dia sangat menyesalinya.
"Lukey, I'm sorry. I didnt mean to said that. I...I care with you. I believe you can health" ucap Summer pelan. Luke hanya diam dan memeluk lututnya dia benci saat semua orang iba padanya.
"Stop Summer, dont talk anything again. AKU INI LEMAH! AKU BERPENYAKIT! AKU TIDAK BISA SEPERTI ANAK LELAKI LAINNYA DI LUAR SANA! BAHKAN... AKU JUGA TIDAK BISA SEPERTI ASHTON!" bentak Luke frustasi. Summer terkejut, dia tidak menyangka bahwa Luke akan membentaknya.
Luke mengambil ke empat obatnya lalu berdiri dari kasurnya. "Kau tau Summer? Aku tidak bisa hidup tanpa obat ini dan inhaler. Kau tau kenapa? karena aku BERPENYAKIT." ucap Luke menekan kata berpenyakit. Summer memandang Luke sedih. Dia merutuki dirinya yang sudah berkata seperti itu.
"Dan kau tau? Aku akan mati jika aku tidak meminum obat ini terus." ucap Luke lagi. Kini dia memandang obat digenggamannya itu. Lalu sedetik kemudian dia pun melempar obat itu ke tembok sehingga botol obat itu pecah dan obat-obatnya pun berserakan.
"LUKEY?! KENAPA KAMU LEMPAR OBATNYA?!" tanya Summer panik. Luke juga membuang semua inhalernya ke tempat sampah.
"Aku akan mati secepatnya, Lebih cepat lebih baik." ucap Luke lalu tertawa. Tawa perih. Luke mengacak rambutnya frustasi. "Aku benci dengan hidupku Summer. AKU BENCI!"
Summer sangat terpukul melihat Luke yang frustasi. "Luke... please, dont do this to me" ucap Summer pelan hampir berbisik. Suaranya pun mulai parau. Luke menjatuhkan tubuhnya di lantai, menutup wajahnya dengan kedua tangan besarnya. Mengutuk dirinya sendiri dan mengumpat.
"Aku benci hidupku, Aku sangat benci. Kenapa harus aku?" ucap Luke, suaranya pun sudah parau. Dia menangis.
Summer mendekati Luke dan memeluknya erat. "Luke, aku tau ini berat untukmu. Maafkan aku karena aku menyinggungmu. I didnt mean it. I dont want anything bad happend to you." ucap Summer. kini dia pun menangis. Terpukul melihat lelaki yang dia peluk saat ini sedang jatuh.
Luke masih menangis dan merutuki dirinya sendiri. Dia sangat benci kehidupannya. Orang tua yang tidak peduli dengannya, Penyakit yang dideritanya, kehidupannya yang serba sendiri walaupun ada Ashton. Dan dia sudah tidak ada keinginan untuk hidup lagi.
"A...aku lelah..Aku...Aku...Lebih baik mati saja" ucap Luke sesegukan.
"Luke, Dont said that. Kalau kau seperti ini orangtuamu pasti sedih, terutama Ashton. Kalian kan sangat dekat. Lalu juga Michael dan Calum. Lalu aku, aku juga akan sangat terpukul kalau kau meninggalkan kami semua untuk selamanya. Kami sayang kau Luke. Kau itu special bagi kami"

YOU ARE READING
Amnesia [Luke Hemmings] [5SOS]
FanfictionLuke Hemmings, seorang remaja berumur 17 tahun yang memiliki penyakit gagal jantung. Semenjak dia mengetahui bahwa dia memiliki penyakit yang mematikan itu, dia berubah menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Terkadang dia berpikir lebih baik dia m...