34

2K 207 8
                                        

Keesokan harinya Luke dikabarkan pingsan kembali dan dia pun di bawa ke rumah sakit. Summer sejujurnya cukup panik. Padahal semalam mereka masih bersama.

"Auntie Liz, yang sabar ya. Kita doakan semoga Luke baik-baik saja." Ucap Summer menenangkan Liz yang sudah menangis daritadi. Ucapan Luke kembali terngiang dikepala Summer.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Saat aku tidak ada disini, ku mohon jangan terlalu larut dalam kesedihan. Saat aku tidak ada bukalah pintu hatimu untuk orang lain. Aku percaya kau akan menemukan orang yang lebih baik dariku" ucap Luke menggenggam tangan Summer erat. Summer terkejut dengan perkataan Luke.

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak ingin sembuh?  Kau ingin meninggalkanku?" Tanya Summer pelan. Sejujurnya dia tidak ingin ditinggal Luke. Dia hanya ingin Luke dan Luke. Bukan yang lain.

"Hey, tentu saja aku ingin sembuh. Tapi kita kan tidak tau rencana tuhan bagaimana." Ucap Luke mengusap kepala Summer lembut. Summer terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Lidahnya kelu. Air matanya kini mengalir. Apakah dia masih dapat merasakan belaian lembut ini? Apakah dia masih dapat mendengar suaranya lagi? Apa dia masih dapat merasakan harum tubuhnya? Pelukan hangatnya? Tawa renyahnya? Mata birunya?  Entahlah. Hanya tuhan yang tau semua itu. Karena tuhan yang menentukannya.


Tanpa sadar air mata Summer kembali jatuh membasahi pipinya. Summer segera mengusap kasar air matanya dan memilih untuk duduk.

"Summer, Auntie?" Ucap suara yang tidak asing. Summer melihat ke arah sumber suara. Summer tersenyum kecil.

"Kau datang Ashton." Ucap Liz. Ashton mengangguk lalu mengusap wanita paruh baya itu.

"Bagaimana keadaan Luke?"

"Dokter belum selesai memeriksa. Sepertinya kondisinya semakin parah." Jawab Liz dengan suara yang parau.

"Kita doakan semoga Luke baik-baik saja. Lebih baik Auntie duduk. Istirahatlah. Aku yakin Luke dapat menghadapi ini semua." Ucap Ashton lembut. Liz hanya mengangguk. Ashton memang sangat ahli dalam membuat orang tenang. Memang tipe orang yang dapat membuat orang lain nyaman. Setelah melihat Liz tenang, Ashton lalu mendekati Summer yang tengah menunduk.

"Hey..." sapanya lembut.

"Hey" sapa Summer lesu.

"Luke pasti akan sedih kalau dia melihat kau murung seperti itu. Tersenyum lah, anggap kalau Luke sedang check up." Ucap Ashton. Sejujurnya Summer tidak tahan dengan semua ini. Air mata tidak dapat terbendung lagi dan mulai mengalir membasahi pipinya. Ashton pun menarik Summer ke dalam pelukannya. Summer hanya menangis terisak. Tak berapa lama dokter yang menangani Luke keluar.

"Bagaimana keadaan anakku dok?" Tanya Liz dengan nada cemas.

"Kondisinya semakin buruk, dia harus mendapatkan jantung baru secepat mungkin. Walaupun begitu, resikonya sangat besar." Ucap dokter itu.

"Apa resikonya dok?"

"Jika sudah mendapat jantung baru kita tinggal menunggu reaksi dari tubuh Luke, kemungkinan terburuknya Luke dapat meninggal. Tetapi, jika Luke terus bertahan dengan jantung lamanya. Hasilnya akan sama saja."

"Jika anda ingin mengunjungi Luke, silahkan." Ucap Dokter itu lalu meninggalkan Liz. Summer yang mendengar itu semakin terisak, resiko yang amat sangat besar. Kenapa Luke harus mengalami hal seperti ini? Summer kembali teringat saat dimana Luke mulai frustasi, saat dia benar-benar jatuh. Dibalik sikapnya yang ramah, penuh dengan candaan, dan selalu tertawa sebenarnya tersimpan perasaan pedih yang sangat kuat.

Amnesia [Luke Hemmings] [5SOS]Where stories live. Discover now