Ashton dan Summer sudah berada didalam mobil untuk pulang ke rumah. Barang-barang belanjaan sudah Ashton masukan di bagasi.
"Kita belanja terlalu banyak sepertinya" ucap Ashton tertawa. Summer mengangguk.
"Kau tau? kita seperti belanja bulanan" tawa Summer kini ikut terdengar.
"Tumben sekali jalanan juga sepi. Jadi aku bisa mempercepat laju mobilku"
"Hari ini hari senin. Orang-orang sibuk bekerja dan sekolah. Lagi pula ini sudah malam kau ini" ucap Summer malas. Ashton tertawa.
"Ayolah aku bercanda, aku tau mana ada orang berbelanja jam 9 malam dan berada disupermarket selama satu jam. Kecuali kita" jawab Ashton fokus pada jalanan. Summer tertawa.
"Kau benar. Kita berbeda" ucap Summer masih tertawa.
"Oya, aku penasaran dengan kisah cinta kau dan Luke" ucap Ashton.
"Well, aku mulai suka padanya saat dia menyelamatkanku dulu. Saat itu aku berumur 11 tahun. Aku disuruh mum ke apotik untuk membeli obat, tapi karena sudah malam aku menolak. Tetapi aku melihat mum sangat membutuhkan obat itu. Akhirnya aku mau pergi. Lalu....." Summer terdiam, mengingat kejadian yang cukup menyeramkan baginya.
"Kau tidak usah melanjutkan. Aku tau apa kelanjutannya" ucap Ashton cepat.
"Ada 4 gerombolan pria yang sedang mabuk. Aku salah karena aku malah melewati gang yang sangat sepi. Aku dibawa pergi dan hampir saja ya kau tau kan lost my virginity. Tapi Luke datang dan menyelamatkanku. Walaupun dia sempat terluka oleh salah satu pria itu. Aku sangat bersyukur" lanjut Summer.
"Dan semenjak saat itu kau mulai....memiliki perasaan padanya. Benar?" tanya Ashton menebak. Summer mengangguk malu.
"Aku tidak percaya kalau Luke memiliki perasaan yang sama padaku. Aku sangat senang, tetapi dia meminta aku untuk melupakan perasaannya. Huh menyebalkan" ucap Summer kesal.
Ashton tertawa mendengar ucapan Summer, lebih tepatnya tertawa perih. Ashton harus bicara pada Luke. Dia tidak ingin gadis disebelahnya ini sedih. Mobil Ashton kini memasuki garasi rumahnya.
"Eh, mobil siapa itu?" tanya Summer melihat mobil yang terpakir didepan rumah kediaman Hemmings dan Irwin,
"Oh itu mobil michael. Pasti Luke yang memanggilnya. Ayo kita turun dan bawa belanjaannya" ucap Ashton keluar dari mobil dan membuka garasi mobilnya, mengambil semua belanjaan.
"Kau kerepotan ya Ash, sini biar sebagian aku bawa"
"Baiklah, kau bawa kantong isi cemilan ya." ucap Ashton memberikan satu kantong penuh berisi cemilan. Summer membawa kantong itu lalu masuk kedalam rumah.
"TIDAK! INI KE 69 KALINYA AKU KALAH!KAU LICIK LUKE!" teriak seorang lelaki berambut merah.
"Hey! kau saja yang tidak bisa bermain Mi-"
"Hey guys! we're home!" teriak Ashton girang memotong ucapan salah satu laki-laki itu. Kedua lelaki yang sedang berdebat itu melihat kearah sumber suara.
"Hey Ash, Hey Summer" sapa mereka berdua.
"Hey Lukey, Hey Mikey" ucap Summer membalas sapaan mereka berdua. "Aku membeli cemilan untuk kita"
"Wah asik, tidak sia-sia aku datang kemari." ucap lelaki berambut merah itu.
"Hey mikey, you die your hair again?" tanya Summer. Lelaki itu mengangguk.
"Yeah, warna ungu kurang keren ternyata." jawab Michael merapihkan rambutnya. Summer duduk disebelah Luke dan memegang dahinya.
"Panasnya sudah turun. Tapi wajahmu masih pucat. Kau harusnya beristirahat Luke," ucap Summer kesal.
"Aww sejak kapan kau sangat perhatian pada Luke? Apa kalian berpacaran?" goda Michael dengan senyuman jail diwajahnya. Summer dan Luke salah tingkah, pipi keduanya merona merah seperti kepiting rebus.
"Aww, you both blushing. Thats mean you both really dating!" ucap Ashton yang baru keluar dari dapur dan membawa semangkuk pop corn. Luke melihat Ashton bingung. Ashton menyimpan mangkuk itu dan memberi isyarat pada Luke untuk mengikutinya.
"Sebentar ya, aku ingin ke toilet" ucap Luke lalu meninggalkan Summer dan Michael berdua.
************
"Ada perlu apa?" tanya Luke datar. Kini Luke berada didapur dengan Ashton.
"Kau tau, Summer sangat mencintaimu dan aku juga tau kau sangat mencintainya. Aku mohon lebih baik kau bersamanya. Buatlah dia bahagia" ucap Ashton sambil meminum kopi buatannya.
"Apa maksudmu?" tanya Luke yang kebingungan karena tiba-tiba Ashton berkata seperti itu.
"Jadi, kau menang. Summer mencintaimu, bukan aku. Dan sepertinya aku tidak bisa membuatnya jatuh cinta padaku. Jadi aku memutuskan untuk menyerah."
"Aku tidak bisa Ash, lebih baik dia bersamamu daripada bersamaku. Lelaki berpenyakitan yang sebentar lagi akan mati." ucap Luke pelan.
"Jujur, aku senang karena ada Summer kau kembali seperti dulu Luke. Bersemangat."
"Tapi aku tidak ingin dia menderita saat aku meninggalkannya nanti"
"Tapi dengan kau seperti ini kau malah membuatnya sakit Luke!"ucap Ashton yang mulai kesal dengan ucapan-ucapan Luke. "Kau juga harus memikirkan Summer dan kau juga. Aku rela mundur demi kebahagiaan kau. My Cousin, Bestfriend, and Brother."
Luke terdiam mendengar ucapan Ashton. Ya selama ini Ashtonlah orang yang membuatnya dapat bergaul dengan Michael dan Calum. Dia juga yang mengenalkan Luke dengan Harry dan Niall. Dia juga yang selama ini membantunya dimasa-masa sulitnya. Tapi apa yang dikatakan Ashton juga benar. Dia akan melakukan apapun demi Summer bahagia dan dia juga akan bertahan demi Summer.
"Baiklah" ucap Luke. Ashton mengangkat sebelah alisnya menunggu kelanjutan dari ucapan Luke. "Aku akan menyatakan perasaanku padanya, membuat dia bahagia, dan aku akan bertahan hidup demi kau dan juga demi Summer"
Ashton tersenyum lebar mendengarnya. Lalu memeluk sepupunya itu. "I believe you can do it Luke. Stay alive for us please"
"I will bro, I will" ucap Luke membalas pelukan sepupunya.
-
-
-
-
A/N : Chapter 20 posted. maaf pendek, maaf makin jelek, maaf absurd. Selamat yang udah selesai UN semoga dikasih nem yang bagus ya :) amin
oiya menurut kalian kalau cerita ini udah selesai aku harus bikin sequelnya ga? butuh saran banget. Dan rencananya aku juga mau bikin One shoot nih. Kira-kira pada mau baca ga? hehe
YOU ARE READING
Amnesia [Luke Hemmings] [5SOS]
FanficLuke Hemmings, seorang remaja berumur 17 tahun yang memiliki penyakit gagal jantung. Semenjak dia mengetahui bahwa dia memiliki penyakit yang mematikan itu, dia berubah menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Terkadang dia berpikir lebih baik dia m...