#7

2.2K 59 4
                                    

Neva berharap hari ini tidak hujan, karena dia harus memenuhi panggilan guru disekolah adiknya. Neva tahu masalahnya, dia belum membayar biaya sekolah adiknya. gaji bulan ini sudah terlanjur dibayarkan untuk dia mendaftar sekolah karena kesempatan nya hanya sekali ini saja. Dia tidak akan mendaftar disekolah yang sama dengan via, karena dia yakin dia tidak akan sanggup membayar biaya sekolahnya yang kalau dipikir-pikir sanggup untuk biaya hidupnya dan adik-adiknya  selama setahun. Seandainya papa dan mamanya masih ada, mungkin dia akan sekolah disana sesuai dengan keinginannya selama ini. Keinginan itu harus dikubur dalam-dalam mengingat hidupnya yang sekarang. Neva berjalan menyusuri jalan hingga tanpa sadar sebuah mobil tepat berhenti disebelahnya membuat nya kaget setengah mati.
" Loe gak punya mata yah?!loe hampir nabrak gue tadi!" Teriaknya pada cowok itu yang kalau dilihat sudah pasti bukan orang biasa. Bukannya minta maaf cowok itu seakan tidak peduli dengan teriakan Neva.
" Hei...rell...lama banget loe!ditungguin dari tadi juga." Tanya seseorang yang sudah adu tos dengan cowok yang satunya. Neva tidak tau sejak kapan kedua teman cowok itu sudah berdiri dibelakangnya.
" Sorry, gue ada kerjaan tadi. Ini juga gue baru balik dari kantor bokap."
Jawabnya sambil tertawa membuat Neva kesel. Keberadaannya sama sekali tidak dipedulikan. Neva hanya melihat kepergian ketiga cowok itu masuk kedalam cafe yang ada didepannya.

Dasar orang kaya sombong!apa dia gak lihat apa dia hampir nabrak gue??emang gue setan gitu gak terlihat?!orang kaya zaman sekarang emang gak punya hati! seenaknya sendiri dijalanan,apess banget gue!

Neva berjalan meninggalkan tempat itu, tanpa Neva sadari cowok itu tersenyum tipis melihat Neva yang merenggut sendiri. Mirip sekali dengan seseorang yang pernah singgah dalam hari-harinya. Ntah dimana sekarang wanita itu,hilang tanpa kabar yang jelas. Semua orang kepercayaannya sudah dia kerahkan termasuk kedua sahabatnya Ali dan andrew hanya untuk mencari wanita itu tapi hasilnya tetap nihil. Verel mendesah pelan, hari ini seperti Dejavu.
" Rell..loe dah dapat belum pengganti sevanya?setidaknya yah setiap kita kerja diluar jam sekolah ada yang bisa atur jadwal kerja kita". Pertanyaan sekaligus saran yang disampaikan Andrew membuat verel ingat kalau salah satu pekerjanya sudah keluar Minggu ini karena akan melanjutkan pendidikannya.
"Menurut loe gimana Li?".Ali yang dari tadi diam hanya mengedikkan bahunya menandakan dia setuju aja.
" Lagian yah rell...kita tuh bukan hanya siswa sekolahan, kita juga CEO diperusahaan kita ya kalau kita kerja sendiri ribett urusannya, kita juga butuh bantuan kan?emang loe yakin loe bisa atur jadwal sendiri?"
Andrew tau kalau varel bukanlah orang yang dengan gampang menerima orang lain bekerja untuknya karna gaya kerja perfeksionis nya membuat orang lain juga tidak tahan bekerja untuknya, hanya sevanya yang bertahan sejauh ini, itupun tidak untuk membantunya bekerja melainkan hanya ada disaat verel membutuhkan aja. Dimana verel harus ada dia karna verel tidak ingin pekerjaannya disentuh oleh oranglain.
" Tapi gue gak mau sembarang pilih orang ndre, loe tau kan kejadian dulu?orang yang gue percaya malah menghancurkan perusahaan gue dan gue harus memulainya lagi dari nol. Loe tau sendiri gimana gue gak mau bergantung sama bokap gue, dan saat itu gue berada dititik terendah hidup gue, dan cuma loe berdua harapan gue." Verel mendesah pelan mengingat kejadian dulu, dimana sahabat yang selama ini dipercaya mereka bertiga harus berkhianat.
" Setidaknya, ada yang ngurus loe rell, ngingetin loe makan dan jaga kesehatan loe. Semenjak loe tinggal sendiri, loe makin kurusan tau gak. Gue yakin loe mandiri, tapi loe juga perlu oranglain kali."
" Gue setuju rell sama Andrew. Loe butuh seseorang yang bisa ngurus loe, yang bisa atur jadwal kerja loe dan sekalian jadwal kita bertiga ketemu. Karena kita juga harus urus kerjasama kita, sejak sevanya gak ada jadwal kita bertiga sedikit berantakan. Gue sama Andrew bakal bantu buat cariin orang yang pas buat  bantu kita, setidaknya dia bisa kerja double, ngurusin loe dan jadwal kerja kita." Jawab Ali mantap.
" Kok gue merasa kayak cari calon istri yah?gue masih sanggup bayar orang kali buat jadi pembantu dirumah gue ngapain harus kerja double."
" Rell, bukan masalah duit, gue yakin loe masih bisa cari pembantu 100 orang buat kerja sama loe, tapi buat cari yang bisa kita percaya sulit rell. Jadi kita bisa pantau dia, loe yang kesehariannya nanti bareng dia dan kita."
"Oke...gue setuju!tapi kalau dia melakukan kesalahan gue gak mau tau gue bakal pecat dia."
Ali dan andrew hanya mengangguk setuju dengan keputusan yang telah dibuat.

Ditempat lain...
"Maaf pak, saya janji dalam bulan depan saya akan lunasi semua biaya sekolah adik saya pak, tapi saya mohon agar adik saya diperbolehkan untuk mengikuti ujian. Saya mohon bantuan bapak, karna saya harus mencari uang dulu pak." Neva memohon dengan wajah memelas. Sosok tua yang dihadapannya ini masih terdiam memikirkan sesuatu.
"Baiklah Neva, mengingat saya juga berteman baik dengan papa kamu saya akan berikan kesempatan hingga bulan depan, tapi kalau kamu tetap tidak bisa membayar terpaksa bapak harus mengeluarkan vio dari sekolah. Kamu paham kan?"
Neva hanya mengangguk setuju walau dalam hati darimana dia harus mencari uang untuk melunasi biaya sekolah adiknya. Neva tidak enak hati jika harus meminjam dengan keluarga via, dia sudah cukup menyusahkan keluarga itu, walau sebenarnya papa via sudah menganggapnya seperti keluarga. Jalan satu satunya adalah dengan mencari kerja tambahan. Dengan begitu dia juga dapat uang tambahan.
Tapi dia dia bakal dapat kerja tambahan dengan ijazah tamatan SMP?

ya Tuhan..
Kenapa hidup gue sesusah ini?

Neva hanya menunduk lesu. Air matanya hampir jatuh saat seseorang meneriakkan namanya.
" Kakk!!!"
Neva tersenyum melihat vio berlari kearahnya sambil tertawa.
"Gimana sekolahnya?" Tanyanya sambil mengusap rambut panjang adiknya itu.
"Hari ini vio dapat nilai 100 untuk matematika." Vio mengeluarkan bukunya dan menunjukkan nya pada Neva.
" Adik kakak makin pinter yah."
Neva memeluk vio erat, air matanya jatuh tak terbendung lagi. Gimana beratnya hatinya saat melihat adiknya yang selalu berjuang untuk belajar, sementara dirinya tidak mampu untuk membiayai nya.
" Kak Neva kenapa menangis?vio ada salah ya kak?"
Neva hanya menggeleng cepat.
" Gak kok sayang, vio gak salah. Kakak seneng banget karna vio dapat nilai bagus.artinya vio belajarnya bener."
Neva mengusap air matanya dan tersenyum.

Pa...ma...seandainya kalian masih ada, mungkin kehidupan Neva gak kayak gini. Ini terlalu menyakitkan, kadang Neva hampir putus asa, Neva gak sanggup menghadapi masa depan sendirian.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang