#34

229 14 4
                                    

Via terkejut saat melihat Ali sudah berdiri didepan rumahnya padahal via sudah memberitahu Ali kalau dia sudah sampai dirumah.

"Hmm..."

Ali berbalik dan tersenyum melihat via yang baik-baik saja. Ali mendekat dan memeluk vi, membuat jantung via berdegup kencang. Via bisa memastikan wajahnya sudah seperti kacang rebus. Via berusaha melepas pelukannya, tapi Ali menahannya.

"Sebentar aja...biar kayak gini sebentar." Ucapnya lirih.

Via bisa mendengar kata-kata Ali yang lemah, ada kecemasan di nada kata itu. Via hanya mengangguk pelan tanpa membalas pelukan itu.

"Loe udah makan?"

"Ehmm...belum."

"Temenin gue makan."

"Lagi gak pengen makan."

"Gue minta temenin."

"Gue..."

"Gue gak suka di tolak."

"Tapi gue belum... "

"Loe tetap cantik tanpa dandan, atau ganti baju."

"Al...tapi gue..."

Via terdiam mematung saat bibir Ali mengecupnya dengan cepat. Ali tersenyum geli melihat reaksi via yang hanya terdiam kaku. Ali meraih tangan via dan memasangkan helmnya.

"Mau diam aja atau mau gue cium lagi?"

Sialan!apa sih yang gue pikirin!lagian nih cowok kenapa sih asal cium aja.

Via langsung naik dan duduk dibelakang Ali, Ali meraih tangan via untuk memeluknya. Ali tersenyum karena via tidak menolaknya.

"Mau makan dimana?"

"Kan loe yang mau makan, gue cuma nemenin."

"Kalau daerah sini gue gak tau."

"Cari yang loe tau aja."

"Jauh...gue jamin loe gak pulang karena kita harus nginap."

"Emang ada tempat makan sejauh itu?"

Ali hanya tertawa geli, karena sebenarnya dia hanya ngerjain via. Sebenarnya Ali tidak terlalu lapar, hanya mencari alasan untuk bersama via.

"Adalah..."

"Gak usah jauh-jauh, kita ketempat langganan gue aja."

"Emang ada apa aja?"

"Loe mau makan atau absen sih?" Tanya via mulai kesal. Ali hanya tertawa kekeh, gampang sekali memancing emosi cewek yang sedang merengut diboncengannya ini.

"Loe suka kesini?" Tanya Ali

"Hmm..."

"Sama siapa?"

"Sendiri."

"Yakin?"

"Loe mau introgasi gue, atau mau makan?dari tadi makanan loe belum dimakan."

Ali sampai lupa kalau pesanan sudah dari tadi nangkring dihadapannya, Ali memang tidak lapar.

Apa sih mau nih cowok, katanya laper tapi gak makan juga.

Ali masih menatap via yang mulai salah tingkah dan memilih mengotak Atik ponselnya. Bisa mati berdiri dia lama-lama kalau Ali melihatnya terus.

Ali kenapa sih ngeliatin gue mulu?nih cowok kenapa coba!

"Gue mau pulang."

"Cepat banget, udah bosan liatin hp nya?"

"Hmm...udah."

"Sekarang liatin gue."

"Maksud loe?"

"Gue juga mau diliatin sama loe, dari sekarang loe hanya bisa liat gue."

"Gue gak ngerti." Via beranjak dari duduknya, tapi dengan sigap Ali menahan pergelangan tangannya.

"Apa kurang jelas, kalau gue minta loe buat tetap sama gue."

"Apa gak cukup loe nyakitin gue?sekarang loe datang ke gue buat nawarin sesuatu yang gak masuk akal?mau loe apa sih Al?" Tanya via putus asa.

"Gue cuma mau,loe sama gue."

"Loe egois." Via menghempaskan tangan Ali dan meninggalkan Ali yang masih berdiri ditempatnya.

Dasar tolol!apa sih yang loe fikiran via, Ali jelas minta loe jadi miliknya kenapa harus jual mahal sih!loe itu jelas banget cinta masih juga pura-pura.

Via masih berdiri menunggu taksi lewat tapi percuma, ini sudah hampir tengah malam. Lagian dia juga sih yang terlalu bego, mau aja diajak keluar padahal sudah malam dan tolol nya menolak Ali. Via merasa apess banget. Via hampir menangis bagaimana kalau ada jambret atau rampok.Via merasakan sesuatu diletak dipundaknya.Ali meletakkan jaketnya di bahu via.

"Pulang bareng gue ya, gue minta maaf kalau udh maksa loe tadi, gue gak akan maksa loe lagi."

Via hanya diam, ada sedikit penyesalan dihati via kenapa Ali langsung menyerah dengan sikapnya. Tidak bisakah cowok itu lebih peka terhadap dirinya. Tidak bisakah Ali lebih sedikit memaksakan kehendaknya.
Kenapa harus menyerah secepat itu.
Tanpa sadar via menghela napasnya membuat Ali tersenyum kecil. Ali meletakkan jaket nya dibahu via, dan memeluknya, menghilangkan sedikit rasa dingin yang mulai menyelimuti kulit mereka.

"Gue bukan menyerah, gue cuma memberi sedikit kebebasan buat loe, buat mikirin kalau gue serius dengan ucapan gue. Gue minta maaf kalau selama ini siap gue nyakitin loe."

Hangat mulai menyelimuti hati via, pelukan Ali membuatnya nyaman, kata-kata Ali membuatnya tenang. Ingin rasanya via mempercayainya, atau sudah seharusnya kah?via takut ini hanya sekedar angan dan akan hilang menghitung hari, mengingat Ali selalu berubah dengan sikap nya.

"Gue tau, loe gak percaya sama gue, kasih gue waktu buat buktiin." Ali melepas pelukannya, dan memandang wajah via, Ali tau via masih mencari kebenaran dimatanya. Mengelus pipi chubby itu, dan mengecup bibir tipis lembut, membuat via terkejut dan tanpa sadar membalas ciuman Ali. Ali tersenyum, ternyata bahagia itu sederhana, cukup ketika orang yang kita sayang ada disisi kita.

Loe kalah Al, loe takluk dengan cewek keras kepala ini.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang