#25

547 30 9
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian itu suasana kembali seperti biasa, hanya saja via belum kembali ke sekolah, ada rasa trauma dalam dirinya. Via takut dengan tatapan aneh anak-anak di sekolahnya. Saat ini via ingin lari ketempat dimana satu orangpun tidak mengenalnya. Via mendesah pelan, sepertinya dia harus menenangkan pikirannya.
Dering ponselnya membuyarkan lamunannya.

Via mencari cafe yang sesuai dengan alamat yang dikirim padanya.

"Maaf gue telat."

"Gak apa-apa kok, gue juga baru sampai. Loe pesan apa?"

"Cappucino greentea."

"Mbak... cappucino greenteanya satu ya."

"Cafe punya loe?" Tanya via asal.

"Tau darimana?"

"Gampang buat ditebak, dari nama cafe dan desainnya, serba coklat."

"Loe orang pertama yang sadar cafe ini punya gue."

"Langsung aja, tujuan loe ngajak gue ketemuan."

"Gue mau minta maaf sama loe karna kebodohan gue udah buat loe jadi trauma datang ke sekolah."

"Hmm..."

"Gue juga minta maaf karena sebenarnya ini adalah masalah gue dan Andrew tapi gue udah buat loe dalam bahaya, gue bener-bener minta maaf."

"Gue udah lupain kok."

"Loe yakin loe gak minta sesuatu dari gue untuk nebus kesalahan gue?"

"Kalau gue minta sesuatu dari loe, loe bisa kasih gue apa?"

Ghea hanya terdiam, apa yang harus dia kasih untuk menebus kesalahannya?

"Gimana kalau cafe ini?gue juga harus tau dong rasanya jadi anak orang kaya."

"Cafe ini?"

Via hanya mengangguk yakin.

"Hmmm...oke, cafe ini bisa jadi milik loe."

Via hanya tertawa kecil membuat Ghea bingung.

"gue becanda, gue tahu loe tulus minta maaf. Dan gue gak menginginkan apapun dari loe. Maaf itu dari hati bukan dari sesuatu yang diberikan. Gue udah maafin loe kok, dan yang harus loe tahu, loe berhak bahagia tanpa harus ngelakuin hal-hal kayak kemarin. Kalau hati loe merasa tersakiti, itu bukan cinta. Cinta gak pernah nyakitin orang yang disayangi sampai harus meneteskan air mata."

"Wow...loe tahu, seperti dejavu. Darimana loe dapat kata-kata itu?loe baca novel?"

"Gak kok, gue suka nulis dan itu salah satu kata-kata dari karya novel gue.hanya untuk ngilangin rasa bosan."

"Ternyata loe banyak bicara juga ya."

"Diam itu sepi, gue gak suka sepi."

"Hmmm...sekali lagi, loe mau kan temenan sama gue?"

"Iya."

"Thanks ya via, maafin semua yang udah gue lakuin."

"Sama-sama, btw kenapa kata love di atap cafe loe terbalik?" Tanya via penasaran.

"Itu akan jadi tempat pertama yang bakal gue datangin kalau gue lagi sedih untuk urusan cinta, karna hanya tempat itu yang palsu."

"Sepertinya gue bakal jadi penghuni kedua deh." Jawab via, membuat Ghea tertawa setuju.

"Besok loe masuk sekolah kan?" Tanya Ghea.

"Mudah-mudahan."

"Oke "

Ghea tersenyum bahagia, separuh bebannya telah hilang. Sekarang dia bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang. Mulai dari sekarang melupakan Andrew adalah hal yang tepat, salah satu menghindari Andrew dimana pun cowok itu berada. Udah saatnya dia harus menerima kenyataan.

"Senyum-senyum aja loe, kenapa?" Tanya Ali yang sudah muncul dibelakangnya.

"Mbak... cappucino greenteanya buat Ali ya."

"Loe belum jawab gue."

"Iya Al, gue lagi pesenin minuman kesukaan loe, sabar dong."

"Dasar pedagang."

"Yeeee...loe juga pedagang, bedanya cuma produk tau."

"Malah panjang nih, loe belum cerita kenapa loe senyum-senyum gak jelas."

"Loe pikir gue orang gila apa,hmmm..... gue udah minta maaf sama via barusan."

"By phone?"

"Gak sopan banget, langsung lah dia baru aja keluar sekitar 5 menit yang lalu."

"So?"

"Dia maafin gue, ternyata via cewek yang baik Al, kalau gue jadi dia gue gak bakal maafin orang yang udah celakain gue."

"Syukur nya loe bukan dia, kalau dia kayak loe yang ada dia gak akan maafin loe kan?"

"Bener banget, dan sekali lagi gue minta dia buat jadi temen gue."

"Loe juga baik kok, semua orang pernah ngelakuin kesalahan dan berhak punya cara sendiri untuk minta maaf dan memaafkan."

"Loe udah kayak bokap gue aja,eh...btw verell mana, kok gak bareng loe?"

"Tadi sih katanya mau kesini, cuma lagi ada meeting mendadak diperusahaannya."

"Bukannya loe juga harus ada disana?"

"Harusnya...tapi dia minta gue nemenin loe disini."

"Loe berdua baik banget, gue gak tau balesnya pakai apa."

"Secangkir cappucino greentea."

"Hahahaha...itu maunya loe Al."

Ali senang Ghea sudah bisa tertawa seperti biasa, Ali yakin perlahan luka itu akan sembuh dengan sendirinya. Sama dengan dirinya yang juga akan berusaha melupakan Nadira. Tapi Ghea belum tahu tentang Ali yang sudah bertemu Nadira di Bandung.
Ali dan gue tidak tahu bahwa ada via yang melihat mereka berdua. Tadinya via ingin langsung pulang, tapi melihat Ali yang masuk ke cafe Ghea membuat via tidak langsung meninggalkan cafe itu.

Dasar!loe itu punya pribadi ganda ya?giliran ngomong sama gue aja loe ketus banget, sama cewek lain loe bisa lebih lembut dan tertawa lepas.
Aduh via, loe kenapa malah kayak jadi penguntit gini si?mau tuh cowok ngapain apa peduli loe?pacar juga bukan. Tapi kenapa gue malah lebih sering kepikiran Ali si?lagian mereka ngomongin apa si sampai ketawa-ketawa kayak gitu?

Tiba-tiba pandangan Ali dan via bertemu, membuat Ali memicingkan matanya memastikan apa yang dilihat tidak salah. Via langsung menundukkan kepalanya ke stir mobil

Mampus gue, ngapain juga gue ngeliatin dia kayak orang bego.

"Loe liatin apa si Al?" Tanya ghea yang mengikuti pandangan mata Ali.

"Loe tunggu disini ya, ada yang mau gue pastiin."

Ali beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Lamborghini milik via.

Mati gue,via bego!kenapa juga gue bawa Lamborghini? mencolok banget!lagian Ali ngapain si kesini.bisa ketahuan gue.

Via langsung menyalakan mobilnya dan pergi sebelum Ali sempat melihatnya.


DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang