Mei 2002
Hermione tersenyum saat Teddy berjalan mondar-mandir di sekitar ruangan, mengenakan dasi pita polkadot kuningnya yang telah dibelikan Liz. Teddy tidak terlalu senang dengan gagasan untuk mengenakan jas tapi setelah Hermione memakaikan dasi pitanya, keluhan itu berhenti. "Kau terlihat sangat tampan, Sayang," katanya.
Teddy menyeringai. "Terima kasih, Mummy!"
Hermione melihat rambut Teddy menjadi kuning agar sesuai dengan dasi putanya dan menghela napas. "Oh, Teddy, aku sangat menyesal."
Teddy mengerutkan kening. "Kenapa?"
Dia berjongkok di depannya. "Orang-orang yang akan kita lihat adalah muggle dan mereka tidak akan mengerti mengapa rambutmu terus berubah warna, aku harus menaruh sihit di atasnya, cintaku."
Pundak Teddy terjatuh. "Apakah itu berarti mereka tidak akan melihat rambutku yang kuning?"
Hermione mengangguk. "Ya, cinta. Tapi kabar baiknya adalah, dengan sihir ini, kau, Dad dan aku masih bisa melihat rambut kuningmi, hanya akan terlihat cokelat untuk semua muggle. Kau tidak keberatan, kan?"
Teddy berpikir sejenak lalu mengangguk. "Tidak apa-apa," katanya.
Hermione tersenyum dan mencium keningnya sebelum menebarkan mantra padanya. "Apa kita harus melihat apakah itu berhasil?" dia bertanya.
Teddy mengangguk dan membiarkan Hermione menuntunnya ke cermin tubuh di kamar mandi agar bisa melihat apa yang telah dilakukan Hermione. Dia mengamati dirinya di cermin dengan rambut cokelatnya dan mengangkat bahu. "Aku rasa itu tidak terlalu buruk," katanya.
Hermione tertawa dan mengangkatnya, membumbui mukanya dengan ciuman. Teddy memekik tawa dan tersenyum saat Hermione meletakkannya di tempat tidur dan mencium bagian atas kepalanya. "Berjanjilah untuk bersikap saat aku berganti baju?"
Teddy mengangguk dan Hermione tersenyum padanya, mencium hidungnya. "Aku akan segera kembali, Sayang," katanya.
Hermione berjalan kembali ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dan menyanggul rambutnya. Beberapa menit kemudian, dia mengangguk melihat penampilannya dan berjalan kembali ke kamar tidur hanya untuk menemukan Harry masuk ke kamar dan berbaring di tempat tidur dengan Teddy meringkuk di sampingnya, keduanya tertidur. Dia tersenyum dan menghampiri Harry dan mendorong rambutnya, membungkuk untuk mencium bekas luka di keningnya. Saat dia menariknya kembali, dia melihat matanya yang hijau memperhatikannya.
"Hai," bisiknya. "Apa kau siap?"
Harry tersenyum dan mengangguk, duduk dan menciumnya dengan lembut. "Kau terlihat cantik," katanya.
Dia tersipu. "Terima kasih, cinta, kau terlihat sangat tampan."
Dia mengedipkan mata padanya dan menggendong Teddy ke pelukannya, membiarkan si kecil tidur sedikit lebih lama. "Mobil menunggu di lantai bawah dan kursi mobil Teddy sudah siap," katanya.
Hermione tersenyum. "Bagus," katanya. "Ingatkan aku untuk mengisi bensin besok sebelum kita mengembalikan mobilnya ke orangtuaku."
Harry mengangguk dan mengikuti istrinya keluar dari manor saat mereka berangkat ke pesta Dudley.
Gereja mulai dipenuhi orang-orang saat Harry dan Hermione tiba dengan Teddy yang grogi. Saat mereka berjalan di tangga gereja, Harry mengangkat Teddy dan membawanya ke gedung agar tidak kehilangan dia di kerumunan orang yang masuk dan keluar dari gereja.
Harry melihat sekeliling saat mereka masuk dan melihat beberapa wajah familiar dari masa kecilnya, termasuk beberapa teman sekolah lama Dudley -- orang-orang yang dulu menggertak Harry bersama Dudley. Harry melakukan kontak mata dengan salah satu dari mereka dan mengangguk kepadanya karena kesopanan, tapi sebelum mereka bisa menemukan tempat duduk dari kelompok itu, pasangan itu dihentikan oleh Vernon Dursley.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Comes Next? ✔️
FanfictionSTORY BY: BEX LA GET Voldemort sudah mati dan perang sudah berakhir ... sekarang apa? Cerita tentang penyembuhan dan cinta terus berlanjut.