00:18

266K 15.2K 1K
                                    

It's hard to slepp
When your heart
Is at war with
Your mind.

°°°

"Dilla butuh donor darah" kevin mengucapkan nya dengan nada tegas. Della hanya terdiam ditempat dengan wajah datar dan alis yang terangkat sebelah.

"Donor darah?"

"Ya, Kenapa? Lo gamau?"

"Haha, gila ya. Dulu aja gue dibuang, sekarang dipungut lagi, nanti akhirnya gue juga bakal di buang-buang juga kan? Sampah banget ya hidup gue?" della berkata dengan tatapan kosong dan disertai tawa miris, seolah menertawakan hidupnya yang penuh drama. Kevin tampak geram ditempatnya, entah sudah berapa kali ia dibuat geram dengan sikap atau kata-kata menusuk dari della.

"DELLA!" kevin meninggikan nada suaranya berusaha membuat della terdiam, tapi setelah melihat ekspresi della ia ikut bungkan ditempatnya.

"Gue tau kak, dilla itu emang penting buat kalian, beda banget sama gue yang cuma sampah ga berguna. Tapi kak, tau gk sesulit apa gue hidup tanpa kalian? Sulit kak, sulit banget. Terus sekarang lu dateng ke gue buat minta donor? Mati aja tu anak sekalian."

PLAK

Suara tamparan terdengar nyaring di cafe tersebut. Beberapa pengunjung juga pelayan menghentikan kegiatannya dan mengalihkan pandangan mereka ketempat dimana della dan kevin berada. Della tampak acuh ditempatnya walaupun hatinya terasa sakit atas perlakuan kakak laki-lakinya, sedangkan kevin hanya terpaku ditempat dengan nafas memburu dan emosi yang masih sulit dikendalikan.
'Tamparan lagi, tamparan lagi. Cape bener idup gue' batin della.

"Udah ya kak, gue cape. Makasih tamparannya. Makasih juga jaketnya, wangi hehe, buat gue ya? Yaudah gue pamit." della berjalan dengan menundukan kepalanya ketika merasakan beberapa tatapan kasian dari beberapa pengunjung cafe. Ia mulai berlari menerobos hujan yang masih berlangsung sore itu.

Della berjalan tak tentu arah. Entah kemana ia harus pergi sekarang. Tapi yang jelas tubuhnya sudah kembali basah dan terasa lelah. Ia berhenti disalah satu trotoar jalanan yang tidak terlalu ramai. Lengannya memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Lama della menangis terisak di tempatnya, ia merasa heran saat hujan tidak lagi mengguyur tubuhnya padahal suara hujan masih terdengar jelas ditelinganya. Ia mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat siapa yang melindungi nya dari hujan. Della tersenyum saat melihat siapa yang melindungi nya, walaupun sebersit rasa kecewa itu hadir dalam benaknya.

"Bangun del" seperti sebuah peliharaan yang menurut kepada majikannya, della memaksakan tubuhnya untuk bangkit. Setelah merasa berdiri dengan sempurna della menghambur ke dalam pelukan kakak sepupunya itu. Rifki. Ia membalas pelukan della tak kalah erat, payung yang dipegangnya ia lempar begitu saja untuk membalas pelukan della. kepalanya diletakkan di Puncak kepala gadis itu. Ia membisikan kata-kata menenangkan agar della bisa mengimbangi emosinya saat menangis.

Merasa della sudah tidak menangis, rifki melepas pelukannya. Ia mengusap wajah della walaupun terasa percuma karna hujan turun semakin lebat saat ini. Della memaksa tersenyum melihat perlakuan kakak sepupunya itu, tubuhnya benar-benar terasa lelah dan tak bertenaga. Perlahan tapi pasti tubuhnya oleng dan saat itulah della kehilangan kesadarannya.

°°°

Ruangan bernuansa putih dan bau menusuk dari obat-obatan menyambut della pertama kali saat membuka matanya. Ia mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamarnya dan menemukan rifki yang tertidur dengan nafas teratur disampingnya juga pakaian dokter yang masih melekat ditubuhnya. Tangan nya yang tidak ter infus mengusap lembut surai Indah milik rifki. Rifki yang merasa tidurnya terganggu membuka matanya perlahan.

"Della udah sadar? ada yang pusing?" rifki segera bangkit dan memeriksakan keadaaan della, ia mengganti masker oksigen dengan nasal canula agar della lebih leluasa untuk berbicara. Rifki melihat della hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Gue kenapa bang?" della ganti bertanya seraya mencoba bangkit dari posisi terbaringnya menjadi duduk.

"Hah untungnya sih cuma kecapean aja, istirahat yang cukup dong, jangan sampe kecapean"

Cup. Satu kecupan mendarat mulus dikening della. Tidak lama, tapi dapat memberikan kesan hangat untuk della. Baik della ataupun rifki tidak pernah memiliki perasaan satu sama lain. Perasaan mereka hanya netral sebagai seorang kakak dan adik.

"Istirahat ya, gue udah hubungin temen-temen lo, hari ini gue jaga di ugd jadi gk bisa temenin lo, maaf banget ya. Besok pagi gue kesini deh"

"Oke sip"

"Nanti kalo udah jam makan jangan lupa makan dan minum obatnya"

"Iya bang iya"

"Istirahat, gue gaakan ijinin lo pulang sebelum sembuh total"

"Iya bawel, udah sana lo kerja"

"Oke good girl, see you dear" rifki mengucapkan ucapan terakhir dengan diiringi senyum jahil dan kerlingan mata membuat della bergidik geli ditempatnya.

"Najis, musnah aja spesies tengil kek ll" della misuh-misuh ditempat setelah rifki keluar dari ruangan. Lengan della terulur meraih remot TV untuk menghidupkan nya. Saat tenang-tenang nya della menonton, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara berisik yang disebabkan ibunya.

Brak
.
.
'Ribet udeh urusannya inimah' -della

"Della apa-apaan kamu pura-pura sakit? Bangun sekarang, dilla butuh kamu." sentak laras tangannya menarik tubuh della untuk mengikutinya.

Della mencoba menahan tubuhnya yang terasa lemas untuk tetap duduk, "mah, aku sakit. Suhu tubuhku juga cukup tinggi kan? Aku mau istirahat mah."

Laras terlihat sangat marah, ia kembali menarik della, cukup kuat kali ini, hingga membuat della berdiri lalu tak lama hampir terjatuh jika Kevin tak menahan tubuhnya.

"Pas ada kamu vin, bawa della sekarang." Kevin mengangguk, melepas infus della dan mengangkat tubuh della. Della hanya bisa pasrah dalam gendongan Kevin, ia tersenyum getir.

Suhu tubuh hangat milik della dapat Kevin rasakan, ia menatap della dan melihat wajah pucat milik della. Della juga terlihat lemah dalam gendongannya. Jujur Kevin tak sanggup, ingin rasanya ia mengembalikan della keruang rawatnya saat ini juga tapi ada adiknya yang lain yang harus Kevin tolong.

Tiba didepan ruang pemeriksaan della diturunkan oleh Kevin, tubuh della sempat oleng dan Kevin kembali menolongnya. Suster yang melihat della pun sedikit kebingungan melihat si pendonor yang terlihat lemah.

"Ini sus,"

Suster tersebut mencoba membantu della berdiri dengan tegak, "ibu maaf, tapi si pendonor harus memiliki tubuh yang sehat, jika pendonor sedang sakit kemungkinan ia bisa semakin lemah."

"Saya ngga peduli. Pokoknya cepat lakuin apa yang saya suruh, anak saya lagi sekarat sus, segera aaya mohon."

Suster tersebut tampak ingin menolak, tapi dengan cepat della memegang lengan suster tersebut dan menggeleng ketika sang suster menoleh padanya. Suster itu menghela nafas dan membawa della ke dalam ruangan.

"Mba yakin ngga papa? Ini bahaya loh mba." tanya suster itu sekali lagi.

"Ngga papa sus, santai aja sama saya, udah biasa kok" della tersenyum walau dalam hatinya meringis ngilu. Seperti ada tali yang mencekik erat paru-paru nya, sesak.

.
.
.
.

Oke tbc ❤

Triple up kan? Pokoknya kalo udah mulai masuk konflik berat aku akan jarang triple up hehe

Enjoy,,, jan lupa vomment 💞

Chelseakarina

Rabu, 04-07-18.

aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang