Ini yang tersulit, bertahan menjadi teman, dengan hati yang ingin lebih dari sekedar teman.
°°°
Hari ini della terpaksa dipulangkan karna della yang terus merengek dengan ancaman yang membahayakan jika tidak dituruti. Teman-teman, kevin bahkan rifki sekalipun hanya geleng-geleng menghadapi sikap della.
Saat ini della ditemani kevin tengah menunggu rifki yang sedang dijalan untuk menjemput nya. Semalam rifki memang berjanji untuk menjemput della.
"Kak masih lama?" tanya della.
"Tunggu bentar ya" della mendengus kesal, bagaimana tidak, ini sudah kali kelima ia menanyakan pertanyaan yang sama dan jawabannya itu-itu aja. Mengesalkan.
Tidak lama, sebuah mobil berwarna merah berhenti tepat didepan della dan kevin yang sudah menunggu sekitar tiga puluh menit di lobby. Rifki turun dengan cengiran dan ringisan kecil ketika kevin menatapnya dengan tajam.
"Dasar orang Indonesia. Lo janji jemput jam tiga ya bang, bukan jam setengah empat." semprot kevin ketika rifki mengambil alih kursi roda della untuk memindahkan della ke jok mobil.
"Anjir sorry, kayak gatau Jakarta aja, macet ganahan. Ihhh" rifki bergidik ditempatnya ketika mengingat jalanan macet yang menghambat perjalanannya menuju rumah sakit.
"Udah ka, gapapa. Ayo cepet bang gue pengen istirahat." della berusaha menengahi kevin dan rifki yang mulai berdebat. Melihatnya kevin berlutut di depan della. Ia tersenyum hangat.
"Makannya, gausah pulang dulu ya? Dirawat aja dulu. Oke?" kevin berusaha menggoyahkan keputusan della yang ingin cepat-cepat pulang. Tapi della tetaplah della yang pendiriannya sulit digoyahkan. Della hanya menggeleng dengan muka cemberut. Membuat kevin menghela nafasnya dan dengan berat hati mengangguk. "Yaudah."
Rifki yang daritadi hanya menyaksikan kini mulai mengangkat tubuh della ke jok belakang. Ia mendudukan della dengan posisi senyaman mungkin. Setelah itu ia keluar dan beralih ke kursi depan untuk mengemudi. Kevin ikut masuk dan duduk disamping della. Ia menyandarkan kepala della dipundaknya. Lalu rifki mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
Della yang baru mengingat sesuatu pun mendongak menatap kevin,
"Kak, dilla udah pulang?"Kevin yang tadi fokus pada ponselnya kini mengalihkan pandangannya pada della. "Oh dilla, belum del." sudah, sehabis itu kevin kembali fokus pada ponselnya. 'Belum del, ortu larang mati-matian dilla untuk pulang kecuali kalo udah bener-bener sembuh.' -lanjut kevin dalam hati. Ia tak tega jika harus mengatakan itu pada della. Kenyataan itu hanya akan membuat della merasakan kesedihan.
Della diam-diam menghela nafasnya. Merasa takut jika kondisi saudara kembarnya tidak baik-baik saja. Walaupun selama ini ia terlihat cuek tapi sesungguh ia peduli dan selalu mencari tahu secara diam-diam. Tiba-tiba della merasa kepalanya pusing, ia berusaha menahan erangannya agar tidak keluar. Rasa sakit ini lagi. Rasa sakit yang selalu melemahkannya. Bukan, ini bukan efek samping pasca donor itu. Tapi kali ini beda masalahnya. Ia berusaha memejamkan matanya dan menenangkan pikiran nya.
Kevin yang merasa della tidak nyaman di posisinya pun meraih della kepelukannya dan membiarkan della tertidur dalam pelukannya. Membiarkan gamenya terbengkalai begitu saja. Beberapa menit berlalu, akhirnya terdengarlah deru nafas mulai teratur. Kevin semakin merapatkan pelukannya dan beberapa kali mengecup kening della.
Kevin membawa della pulang kerumah. Ia bukannya tidak mau membawa della ke apartemen, hanya saja ia ingin memastikan della sembuh total dalam pengawasannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
alone
Fiksi RemajaNadine Adella Ulani atau gadis yg biasa di sapa della. Gadis yang manis, ramah, dan pandai bergaul dengan berjuta luka di hidupnya. Hidupnya jauh dari kata sempurna. karna ia sendirian. Iya, ia sendirian tanpa ada orang yg peduli padanya. semua ora...