00:44

324K 14.5K 1.4K
                                    

Fatih berlarian di lorong rumah sakit. Nafasnya terengah. Sesekali ia berhenti, menarik nafas, kemudian berlari lagi. Tiga puluh menit yang lalu ia mendapat kabar bahwa kondisi della menurun dan harus dibawa ke rumah sakit. tanpa berfikir panjang, fatih langsung menaiki mobilnya dan menghampiri tempat dimana della dirawat.

Fatih mencoba menetralkan nafasnya saat tiba di depan ruangan della. Ia bersandar sebentar lantas masuk dengan keadaan yang cukup berantakan.

"Della" sentak fatih pelan melihat della yang bersandar, tetapi matanya fokus pada ponsel.

Della menoleh, ia mematung sebentar. Tak menyangka fatih akan datang kesini. Matanya sedikit berair. Ia meletakkan ponselnya. "Fatih."

Fatih berjalan mendekati della dengan langkah perlahan. Ia mengamati ruang della dan alat yang menempel pada tubuh della. Separah apa sakit yang dirasakan oleh gadisnya ini. Ahhh gadisnya? Mari rutuki diri fatih.

Tiba dihadapan della, fatih mengelus rambut della, membuat della memejamkan kedua matanya. Tidak ada penolakan. Fatih menarik kepala della, mengecup kening della bersamaan dengan air mata jatuh dari mata fatih.

"Del" panggil fatih bergetar. Fatih menghambur ke dalam pelukan della. Memeluk erat tubuh ringkih milik della. Akhirnya ia bisa memeluk tubuh della lagi. "Della"

Della membalas pelukan fatih, mengusap lembut punggung fatih, ia juga meletakkan kepalanya di pundak fatih. Mereka menumpahkan kerinduan yang membucah dalam sebuah pelukan. Masih tidak ada yang berbicara, keduanya sibuk memanggil satu sama lain dan memejamkan mata, menangis, menikmati waktu yang sedang berbaik hati pada mereka.

Fatih melepaskan pelukan, mungkin tidak bisa dibilang melepaskan. Mereka hanya memisahkan kepala mereka, sedangkan tangan masih senantiasa berada dalam pinggang satu sama lain. Della menelusuri wajah fatih. Tampak sangat berantakan. Rambutnya yang biasa tertata rapih kini terlihat urak-urakan. Wajahnya tampak lebih pucat. Kantong mata yang sangat terlihat dan baju yang sangat berantakan.

Della menelusuri rambut fatih. Mencoba menatanya dengan kedua tangannya. Berlalu ke mata fatih, ia mengusap mata fatih membuat fatih memejamkan matanya, della juga mengelus pipi fatih. Menghapus setetes air mata yang kembali mengalir dari pipi fatih. Ketika della menarik tangannya, fatih menahannya. Fatih menggenggam erat dan mencium punggung tangan della.

Mereka saling berpandangan dan kembali berpelukan. "Damn, i miss you so much girl"

"I miss you too" lirih della.

"Tubuh kamu makin kecil ih." ledek fatih masih dalam pelukan della.

Della memukul pelan kepala fatih, "enak aja yeeeee."

"Fakta sayang"

Della menelungkupkan kepalanya ketika merasa pipinya memanas. "Ihhhh fatih mah"

Fatih tertawa melepas pelukan keduanya. Kali ini sorotnya tampak lebih serius. "Della maafin aku ya?"

Della tersenyum kecil. "Apa yang harus aku maafin? Feli, viona dan bang iki udah cerita semuanya. Makasih udah jaga aku diam-diam selama ini. Ngunjungi aku dirumah sakit dan berdiri di depan penjara hampir seharian."

Kini fatih menggeleng. Menarik tangan kiri della yang dipenuhi bekas sayatan. "Tapi seandainya aku ngga terikat perjanjian sama dilla, aku bisa cegah ini." fatih menatap tangan kiri della, ia mengecupnya ringan.

Lagi-lagi della tersenyum. "Ngga usah pake kata seandainya lagi fatih. Semua udah berlalu. Sekarang aku tinggal nentuin hidup aku selanjutnya."

"Jangan tinggalin aku del." Mohon fatih.

"Aku ngga bisa janji. Mungkin aku butuh jadi pengecut. Sekarang, aku minta doa'in yang terbaik buat aku ya."

Fatih mengangguk. "Satu yang kamu harus tau dan ingat, aku sayang banget sama kamu del."

Della ikut mengangguk. "Aku tau. Maka dari itu, aku juga sayang banget sama kamu."

"Ekhmmmmm yang lagi kasmaran dunia serasa milik berdua."

"Adu adu batuk gue batuk."

"Galiat kok, gue pake earphone nih."

Rifki menoyor kepala feli. "Goblok, mana ada hubungannya penglihatan sama earphone."

"Ihh kasar" walau tak urung feli tertawa.

Mereka menatap della dan fatih yang terlihat kikuk. "Santai aja anjir, kek abis di ciduk ngapa-ngapain aja lo."

Della memelototi rifki. "Ngaco lo bang."

Diam-diam viona tersenyum ringan. Mereka hangat.

"Jadi ceritanya udah baikan nih?" goda feli.

Fatih dan della kompak mengangguk. "Temen kok." seru mereka berdua secara bersamaan.

"Bagus deh. Biar si fatih, pas lo pe- AW SAKIT FELI." rifki menatap feli ganas. Feli nyengir nampa dosa lalu menabok pelan mulut rifki. Feli mendekati bibirnya ke arah telinga rifki. "Punya mulut jaga bang, hampir aja keceplosan."

Kini rifki yang cengar-cengir sedangkan fatih menatap mereka heran lalu mengendikkan bahunya. "Udah jangan ditanggepin mereka mah. Gajelas emang." seru della pelan.

Fatih terkekeh. Kini ia mengikuti arah pandang della, viona. "Kak vi." panggil della pelan. Semua yang ada diruangan sontak menatap della, termasuk viona. Ia mengangkat kepalanya.

"Jangan nunduk terus, nanti mahkotanya jatuh."

Viona tersenyum lantas mengangguk. Ia menatap della yang kini tengah meminta viona mendekati nya lewat isyarat tangan. Tanpa diduga della mendekap nya. Berbisik lirih ditelingan viona. "Kak vi, maaf ya kak. Della mau titip kak kevin sekalian. Tetap berjuang buat dia ya. Della tau kok kak kevin Cinta mati sama kakak. Emang akan susah dapet kepercayaan nya, tapi berusaha untuk della ya. Della sayang sama kalian berdua."

Viona yang berada dalam dekapan della mengelus rambut della. Della sudah seperti adiknya sekarang. "Hmm anything for you princess."

"Makasih kak."

"My pleasure."

Feli, rifki dan fatih tersenyum melihat keduanya. Tapi senyum dibibir mereka pudar saat viona mulai memanggil della dengan kencang. Ketika viona melepas pelukan keduanya, saat itulah tubuh della sudah terkulai tak berdaya.

"DELLA."

°°°

Say hi to fatih wkwkwk

ChelseaKarina

Jum'at, 14-09-18

aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang