Dua puluh enam

6.4K 277 0
                                    

Vannesa mengikuti Febrian dengan muka yang kesal, saat ini dia ingin sekali memukul wajah Febrian jika diperbolehkan.

Febrian berhenti tepat didepan kamar yang berada disebrang kamarnya.

Dia membuka pintu kamar itu lalu menaruh semua koper milik Vannesa.

Vannesa melihat lihat kamar itu, kamar itu mempunyai cat berwarna biru muda bercampur putih dengan sedikit hiasan didindingnya. Tempat tidurnya dan isinya juga berwarna sama. Kamar yang benar-benar cocok dengan selera seorang Vannesa.

Vannesa duduk diatas kasur lalu merebahkan tubuhnya disana. Dia menghela nafas lega lalu melihat langit-langit tempat tidur yang sepertinya diberi warna seperti langit malam dengan beribu bintang indah yang menghiasinya.

'Keren!!'pekik Vannesa dalam hati.

"Kalo butuh apa-apa, ambil aja sendiri. Jangan manja, anggep aja rumah sendiri" ucap Febrian sambil beranjak keluar kamar Vannesa.

'Apaan sih, siapa juga yang manja' batin Vannesa kesal.

"Oh ya, kalo butuh apa-apa. Gw ada dikamar disebrang" ucap Febrian sebelum menutup pintu kamar Vannesa.

Vannesa menutup matanya, dia tidak menghiraukan perkataan Febrian tadi.
¤¤¤¤
Matahari merambat disela-sela jendela kamar Vannesa.

Vannesa menutup matanya dengan lengan karna merasa silau.

Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok!tok!tok!

"Woy, Vannesa. Buruan bangun, atau gw seret lu turun dari tempat tidur" teriak Febrian sambil mengedor-gedor pintu kamar Vannesa.

Karna merasa berisik, Vannesa merubah posisinya menjadi posisi duduk.

"Vannesa!!" Teriak Febrian sekali lagi.

"Ck, iya....iya...." teriak Vannesa kesal, lalu berdiri dan berjalan kekamar mandi.

Dia bersiap-siap dengan pakaian yang dikeluarkan, kalung mamanya yang menggantung dilehernya, dan ikat rambut yang seadanya.

Dia membuka pintu kamarnya dengan malas, dia dapat melihat Febrian yang bersender ditembok sebrang sambil menatapnya terkejut.

"Kenapa?"tanya Vannesa datar.

Febrian melangkah mendekat kepadanya dengan langkah yang penuh kekesalan.

Dia membalikkan tubuh Vannesa dengan paksa, lalu mendorong tubuh Vannesa masuk kedalam kamarnya kembali.

"Lo benerin dulu baju lo, baru boleh keluar kamar" perintah Febrian.

'Yaudah bagus, gw gak perlu sekolah jadinya' batin Vannesa senang.

"Dan jangan berani-beraninya lo berfikir buat gak sekolah, karna gw bakalan seret lo keluar kamar ke sekolah" ancam Febrian lalu membanting pintu kamar Vannesa.

Brakk!!

"Ishh....apa-apan sih tu anak, pagi-pagi bikin mood orang turun aja" ucap Vannesa kesal.

Vannesa memutuskan untuk mengalah dengan merapikan bajunya dan rambutnya.

'Daripada gw diseret ampe sekolah, bisa jatoh harga diri gw' batin Vannesa sambil membuka pintu kamarnya kembali.

"Udah-" sebelum Vannesa menyelesaikan ucapannya, Febrian sudah menarik tangannya dengan paksa.

Febrian menarik Vannesa kedapur, lalu membawa dua buah roti yang sudah disiapkan.
Setelah itu menarik kembali Vannesa keluar rumah.

"Feb, bisa gak sih gak buru-buru. Udah kayak sekolah bakalan ngehukum lo aja, palingan cuman ditegur doang gara-gara telat dikit" ucap Vannesa menganggap enteng hukuman disekolah yang sudah sering dialaminya.

Febrian tidak mendengarkan kata-kata Vannesa, dia membuka pintu mobilnya lalu mendorong Vannesa masuk. Setelah itu dia bergegas masuk dan menjalankan mobilnya.

Sebenarnya bisa saja dia menggunakan motornya agar lebih cepat sampai, namun entah dia sedang angin apa karna alasannya menggunakan mobil supaya Vannesa bisa memakan rotinya dengan tenang.

"Nih buruan dimakan" ucapnya sambil memberikan sehelai roti kepada Vannesa.

Vannesa menoleh, lalu mengambil roti itu dan memakannya.

Sambil memakan rotinya, Vannesa membuka chatt dari sahabatnya yang ternyata sudah dari sejak pagi mengechatnya.

Nina_34: Van, lo kok gk bilang
Kalo lo nginep dirumah
Febrian?
Nina_34: Van
Nina_34: van, Helo?👐
Nina_34: Vannesa!!
Nina_34: Woy, Vannesa. Setdah
Gw dikacangin.
Nina_34: Van, jangan bilang lo
Belum bangun.
Nina_34: Vannesa!!!!!

Vannesa tertawa kecil saat melihat semua chatt dari sahabatnya yang satu itu.

Diam-diam, Febrian melirik Vannesa yang tertawa kecil.

Dia sempat berfikir bahwa Vannesa sangat cantik saat tersenyum, namun dia menepis semua pikiran itu.

'Gak, ngapain coba gw mikir kayak gitu!' Batin Febrian menyangkal semua pikiran tentang Vannesa barusan.

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang