empat puluh satu

5.9K 247 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Vannesa melupakan semua ucapan Febrian beberapa hari yang lalu, tentang Febrian yang menyukainya.

Hal ini diakibatkan karna Febrian yang semakin hari semakin membuat Vannesa kesal, dimanapun dan kapanpun Vannesa dan Febrian akan selalu bertengkar.

Tapi ada beberapa hal yang belum dia sadari sampai saat ini, yaitu yang pertama, dia sudah berhasil diubah perilakunya –meskipun tidak semuanya oleh Febrian, dia sekarang tidak pernah bolos dan melakukan hal-hal yang akan membuatnya masuk ke ruang BK. Dan yang kedua adalah sesuatu yang ternyata sudah ada sejak dulu.
                         ∆∆∆∆
"Van, lo tau gak? Katanya sekolah kita bakalan ikut lomba cerdas cermat antar sekolah" ucap Nina yang baru duduk dibangkunya.

Vannesa yang sedang asik mendengarkan musik sambil membaca novel menghentikan aktifitasnya lalu menatap Nina.

"Terus? Apa hubungannya ama gw?" tanya Vannesa.

"Ya...kali aja lo mau ikut, soalnya denger-denger perwakilannya tiga orang, dan dari tiga orang itu, dua orang dari kelas kita, dan satu orang lagi dari kelas sebelah" ucap Nina sambil mengeluarkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

Vannesa yang tadinya menatap Nina mengalihkan pandangannya kembali kepada buku novelnya.

"Gw gak tertarik" ucap Vannesa singkat.

Nina menatap sahabatnya itu sambil menghela nafas pasrah. pasalnya, Vannesa sejak dulu tidak mau mengikuti hal-hal seperti itu meskipun dia atau guru yang memintanya, Vannesa akan selalu menolak untuk Ikut--kecuali jika pak gunar memintanya mengikuti pertandingan basket.

Tak lama kemudian Bu Yaya–guru Fisika masuk kedalam kelas.

"Siang anak-anak" sapa Bu Yaya dengan senyuman khasnya.

"Siang bu" sapa semua murid –kecuali Vannesa yang masih sibuk membaca novel sambil mendengarkan musik dengan headsadenya.

Bu yaya melihat kearah Vannesa, lalu segera menegurnya.

"Vannesa, bisa tidak kamu memasukkan dulu buku novel yang kamu baca itu?" tegur bu Yaya yang tentunya tidak terdengar oleh Vannesa karna dia memasang volume yang cukup besar.

Febrian merobek kertas dari buku tulisnya, lalu menggenggam erat kertas itu hingga berbentuk seperti bola. Setelah itu melemparkannya kekepala Vannesa.

Vannesa terkejut lalu menatap tajam kearah Febrian.

Febrian menunjuk arah depan, Vannesa mengikuti arah tunjuk Febrian. Seketika jantung Vannesa berhenti saat melihat sosok guru yang sedang memandangnya dari depan papan tulis.

'Aduh, mampus gw' batin Vannesa.

Vannesa melepas aerphonenya, lalu fokus menghadap depan.

Bu yaya menghela nafas kasar lalu kembali melanjutkan pembicaraan.

"Ibu hari ini ingin mengumumkan bahwa sekolah kita akan mengikuti lomba cerdas cermat fisika, ibu sudah memilih satu orang dari kelas ipa 2, dan ibu akan umumkan dua orang dari kelas ini yang akan ikut lomba"
Ucap Bu Yaya lalu melihat kearah Febrian dan Vannesa.

"Febrian, Vannesa. Kalian nanti akan ikut lomba bersama Reno dari 11 ipa 2" ucap Bu yaya yang sebenarnya tidak membuat Vannesa terkejut.

"Kalian akan latihan saat pulang sekolah nanti" ucap bu Yaya sambil tersenyum.

"Maaf bu, saya menolak untuk ikut lomba" ucap Vannesa sambil mengangkat tangan kanannya.

"kenapa?" tanya bu Yaya.

Vannesa menurunkan tangannya lalu menghela nafas kasar.

"Seperti yang saya pernah bilang pada ibu dan pada guru-guru yang lain, saya tidak berminat mengikuti lomba seperti itu" ucap Vannesa yang membuat Nina lagi-lagi menghela nafas pesrah.

Bu Yaya tampak berfikir dengan kata-kata Vannesa.

"Bilang aja, lo takut kalah sama gw" ucap Febrian yang memancing emosi Vannesa.

"Nggak, kata siapa?. Gw emang gak mau ikut lomba kayak gituan" ucap Vannesa kesal.

Semua orang melihat kearah mereka yang sedang bertengkar.

"Pembohong, maling mana ada yang mau ngaku, nanti penjara penuh" ucap Febrian sambil tersenyum sinis.

Vannesa kali ini benar-benar kesal, dia tidak mau derajatnya turun hanya karna ejekkan seorang musuhnya.

Vannesa berdecih lalu menatap kedepan.

"Baiklah bu, saya ikut" ucap Vannesa yang tentunya membuat Bu Yaya senang.

Nina berkedip beberapa kali karna ucapan sahabatnya barusan.

'Febrian hebat, bisa buat singa betina yang keras kepala jadi nurut' batin Nina kagum.

"Baiklah kalau begitu, Febrian, Vannesa. Kalian saya tunggu di lab fisika setelah pulang sekolah" ucap Bu Yaya dengan senang.

Setelah melihat mereka berdua mengangguk mengerti, Bu Yaya berjalan ke meja guru lalu membuka buku pelajarannya.

"Oke anak-anak, sekarang buka buku kalian" ucap Bu Yaya memulai pelajarannya.

Febrian melirik Vannesa lalu tersenyum tipis, hatinya merasa senang karna Vannesa mau ikut berlomba bersamanya meskipun dengan terpaksa.

'Untung orang kayak gitu cuman ada satu didunia' batin Vannesa kesal.

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang