sembilan belas

6K 277 0
                                    

"Nin, tuh anak kenapa? Gak biasanya lemes gitu?" Tanya Rian.

Nina hanya diam sambil memandang Vannesa.

Selama pelajaran, Vannesa merasa bosan. Dia merasa malas ada dikelas maupun disekolah.

Tiba-tiba terlintas sesuatu diotak Vannesa, dia melihat kebelakang. Febrian sedang tidak ada, itu berarti kesempatan emas baginya untuk kabur dari sekolah.

"Nin!!"panggil Vannesa.

Nina menoleh kearahnya dengan raut wajah bingung.

"Nin, nanti bawain tas gw ya" bisik Vannesa.

"Loh? Emang lo mau kemana?" Tanya Nina dengan nada yang sedikit tinggi.

"Sttt...gw mau bolos mumpung si Febrian lagi rapat OSIS, gw bosen dikelas...toh gw udah tau semua jawabannya" bisik Vannesa lagi.

"Iya deh...yang pinter...tapi, lo beneran mau bolos? Nanti papa lo marah lagi" tanya Nina meyakinkan.

"Kalo itu ntar gw yang urus, papa gak bakalan pulang selama empat hari jadi gw sementara aman" ucap Vannesa.

Nina mengangguk mengerti, dia tidak bisa membantah jika keputusan Vannesa sudah bulat.

Vannesa mengangkat tangan lalu meminta izin ketoilet, setelah itu dia berlari kehalaman samping sekolah.

Febrian yang baru saja ingin kekelasnya melihat Vannesa berlari kearah halaman samping sekolah, dia memutuskan untuk mengikuti gadis itu secara diam-diam.

Saat sudah sampai, Vannesa mencari pijakan agar bisa menggapai tembok gerbang sekolah.

Febrian ingin meneriakinya tapi Vannesa sudah berhasil keluar pagar.

'Dasar, cewek tomboy' batin Febrian.

Febrian melihat jam yang ada ditangannya.

'Padahal bentar lagi pulang' batin Febrian tidak habis fikir.

Febrian memilih kembali kekelasnya untuk mengikuti pelajaran terakhir.
                          ¤¤¤¤
Vannesa menaiki taxi kearah rumahnya, dia merasa senang karna sudah bebas dari sekolah yang baginya seperti penjara.

Dia tidak peduli meskipun pelajaran tadi adalah pelajaran terakhir dan setelah itu semua murid pulang, yang penting baginya sekarang adalah pulang dan memainkan PSnya.

Setelah turun dari taxi, Vannesa buru-buru masuk kedalam kamarnya dan membersihkan diri.

Lalu dia memilih untuk bermain PS sambil memakan snack yang ada didapur.

Setelah beberapa saat, Vannesa mendengar bel rumahnya berbunyi. Dia langsung berlari kearah pintu, dia pikir pasti Nina yang membawakan tasnya.

"Nina, ayo ma...suk.." perkataan Vannesa terhenti saat melihat orang yang memencet bel rumahnya tadi.

'Mampus gw' batin Vannesa.

Febrian memperlihatkan tas Vannesa, ternyata Febrian yang membawa tasnya bukan Nina.

"Boleh gw masuk?" Tanya Febrian.

Vannesa diam saja dan memberi jalan agar Febrian bisa masuk.

Vannesa mengikuti Febrian duduk disofa diruang tamu.

"Gw gak dikasih minum?" Tanya Febrian santai.

Vannesa mengangguk lalu pergi kedapur dan membuat jus jeruk, lalu membawanya keruang tamu.

Dia menaruh jus itu diatas meja lalu kembali duduk disebelah Febrian dengan jarak yang berjauhan.

Febrian mengambil jus itu lalu meminumnya.

"Kenapa tadi lo bolos?" Tanya Febrian setelah menaruh gelas jeruk itu keatas meja.

"Eng-enggak, gw gak bolos" ucap Vannesa sambil melihat kearah lain.

Febrian melihat kearah Vannesa.

"Hmp...jangan boong, tadi gw liat lo naik keatas tembok pagar" ucap Febrian sambil tersenyum sinis.

Vannesa memejamkan matanya sejenak.

'Haduh, kenapa dia harus liat sih' batin Vannesa.

Vannesa membuka matanya lalu menoleh kearah Febrian.

"E-emangnya kenapa kalo gw bolos masalah? Jangan mentang-mentang lo ketua OSIS ya bisa seenaknya" ucap Vannesa membela diri.

"Halo om Daniel?!"

"...."

Vannesa terpaku saat melihat Febrian menelpon papanya.

"Ini om, Vannesa bolos lagi"

"...."

"Kalo mau Febrian bisa kasih hukuman"

"...."

"Iya"

Sehabis itu Febrian menutup telponnya.

Vannesa masih membeku ditempat.

"Jadi, hukuman apa ya yang pantes buat lo" ucap Febrian dengan memasang muka berfikir.

"Hm? Ah, iya gw tau" ucap Febrian lagi.

'Perasaan gw gak enak' batin Vannesa takut.

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang