lima puluh

5.8K 243 7
                                    

Hai...
Author mau mengucapkan terima kasih karna kalian sudah mendukung cerita ini.

sekali lagi terima kasih ya semua...dan terus dukung cerita ini.

Ok, sekarang kita back to the story...

Hari ini, Vannesa dipaksa membantu anak OSIS menyiapkan semua persiapan ulang tahun sekolahnya.

Vannesa merasa kesal bahkan sangat kesal, yang dipikirkannya adalah 'gw kan udah ngasih ide, kenapa gw juga harus ngebantuin?mending gw main game dirumah'

Sekarang Vannesa sedang disuruh memegang kantong sampah, dan dia harus berkeliling ke setiap tumpukan daun dan meminta anak OSIS lain menaruhnya di plastik sampah yang dia bawa.

Saat sedang berjalan, tiba-tiba saja Vannesa menghentikan langkahnya. Dia melihat Febrian yang sedang bercanda bersama adik kelas yang tidak dia sukai, Siska.

Vannesa mencengkram kantong sampah ditangannya, saat ini dia sedang merasa cemburu. Bahkan setelah melihat Febrian dapat tertawa selain dengan dirinya, padahal dia jarang sekali tertawa sampai seperti itu.

Vannesa menarik nafas lalu menghembuskannya, dan dia memasang wajah datar sambil menghampiri mereka berdua.

Vannesa menaruh kantong sampah itu dengan sedikit kasar, sehingga mengagetkan mereka berdua.

"Masukin" ucapnya dengan nada dingin.

Mereka berdua malah saling tatap dengan wajah bertanya, dan itu membuat Vannesa tambah kesal.

"Loh kok malah pada diem? Cepet" ucap Vannesa dengan nada kesal.

Mereka berdua bergegas menyapu semua daun kedalam pengki lalu membuangnya kekantong sampah yg diletakkan Vannesa.

Setelah selesai Vannesa mengangngkat kembali kantong sampah tersebut.

"Lain kali jangan bercanda, kalo gitu mending gw pulang main game" ucap Vannesa, lalu menatap tajam Siska dan pergi meninggalkang mereka berdua.

Febrian masih terpaku ditempatnya, seakan-akan tidak percaya dengan sikap Vannesa barusan.

"Ish...apaan sih" gumam Siska kesal.

"Kak Feb" panggil Siska.

"Hm?" Gumam Febrian sambil menoleh.

"Mm...bukannya aku mau ngerendahin pacar kakak ya, cuman kok kakak bisa sih suka sama dia? Orangnya ganas kek gitu, dia juga aku perhatiin gak bisa dandan gimana mau cantik kalo gitu, udah gitu anaknya sering masuk bk lagi" ucap Siska dengan nada sedikit kesal.

"Hm...iya juga ya, kenapa gw bisa suka ama dia ya?" Ucap Febrian pura-pura berfikir.

"Kan, padahal banyak cewek yang suka ama kakak. Tapi kenapa kakak sukanya sama dia doang?"

"Mm....mungkin karna dia beda"

"Beda?"

Mereka berdua memperhatikan Vannesa dari jauh.

"Iya, dia beda dari yang lain. Mungkin itu yang bikin gw cinta sama dia"

Siska yang mendengar itu merasa dadanya sesak, dia merasa ingin menangis tapi tidak bisa karna masih berada disamping Febrian.

'Aku juga cinta sama kakak, emangnya apa yang buat dia beda sama aku?' Batin Siska sedih.

"Kak, aku mau ketoilet dulu ya" ucap Siska lalu berlari ketoilet, dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi.

Setelah menangis Siska mencuci mukanya agar tidak kelihatan habis menangis.

"Loh? Siska ternyata" tiba-tiba suara itu datang dari samping Siska.

"Eh? Kak Nina" ucap Siska sambil tersenyum.

"Sis, nanti tolong bilangin Febrian ya aku pulang duluan. Soalnya ada urusan mendadak. Terus bilangin proposalnya aku taro dimeja ketua OSIS" ucap Nina sambil mencuci tangannya.

Tiba-tiba terlintas sesuatu diotak Siska, lalu dia tersenyum licik.

"Siska?" Panggil Nina karna Siska sedari tadi hanya diam saja.

"Eh? Iya kak. Nanti aku bilangin ke kak Vannesa ya, soalnya cuman dia yang tau kak Febrian dimana, aku gak tau" ucap Siska yang tentunya berbohong.

"Hm...yaudah deh, yang penting beritanya sampe ke Febrian. Kan aku bendahara, takutnya dia merluin dana buat apa gitu. Dan proposal itu penting banget, kalo gak dikasih tau, nanti Febrian bisa marahin aku gara-gara ditegor soal proposal ama pak Tiyo" ucap Nina lalu pergi setelah mendapat anggukan dari Siska.

"Karna lo udah ngerebut cinta gw, gw bakalan ngerebut persahabatan lo" ucap Siska dengan nada kecil agar tidak ada yang mendengarnya.
                      ¤~¤~¤~¤
"Feb, kita harus beli cat lgi" ucap Rio menghampiri Febrian.

"Yaudah, bilang ke Nina aja" ucap Febrian tapi mendapat gelengan kepala dari Rio.

"Gw gak bisa nemuin Nina dari tadi. Mana proposalnya ada di Nina" ucap Rio.

"Coba tanyain yang lain ada yang tau Nina dimana atau nggak" suruh Febrian yang mulai bingung.

"Gw udah nanya kesemua yang ada disekolah, tapi gak ada yang ngeliat Nina"

"Vannesa? Udah nanya ke Vannesa?"

"Udah"

Febrian tampak berfikir sejenak, lalu mengeluarkan uang dari dompetnya.

"Pake uang gw dulu, nih" ucap Febrian.

"Terus proposalnya gimana? Kan disuruh ngumpulin sekarang. Nanti lo kena omel lagi ama pak Tiyo" ucap Rio khawatir.

"Urusan itu biar gw aja yang ngurus, sekarang lo pergi beli catnya"

"Oke"

Febrian mondar mandir didekat pohon, memikirkan apa yang harus dia katakan kepada pak Tiyo.

'Gw harus bilang apa ya. Si nina kemana sih, aduh...' batin Febrian bingung.

Dari kejauhan terlihat senyum licik seseorang.

"Baru tahap pertama" gumamnya

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang