lima puluh empat

5.8K 246 9
                                    

Besoknya seperti yang dikatakan Febrian, semua yang ikut drama romeo and juliet berlatih pada saat pulang sekolah.

"Van, ini naskah lo" ucap Nina sambil memberikan naskah drama kepada Vannesa.

Vannesa menatap naskah drama itu dengan horor lalu menghela nafas kasar dan mengambilnya.

"Oh Romeo..." ucap Rio dengan dramatis membuat semua orang tertawa.

Vannesa yang merasa kesal langsung membuka sepatunya lalu melemparnya kepada Rio. Namun bukannya terkena Rio malah sepatunya terkena Febrian yang sedang membaca naskah.

"Ups" gumam Vannesa sambil menutup mulutnya dengan tangannya.

Febrian menatap sepatu yang dilempar kepadanya tadi, lalu mengambilnya.

Dia melihat kearah Vannesa yang sedang pura-pura tidak tau, lalu menghampirinya.

Febrian meletakkan sepatu itu di depan kaki Vannesa lalu menatapnya.

"Lain kali sepatu jangan dilempar ke orang" ucap Febrian sambil menepuk puncak kepala Vannesa dan tersenyum.

Vannesa hanya bisa berkedip ditempat dan mematung karna kejadian barusan.

Setelah itu Febrian pergi menghampiri Rian yang juga menatapnya terkejut dari kejauhan.

"Van, itu Febrian?" Tanya Nina sambil menatap terkejut Febrian, seolah tidak percaya dengan apa yang diliatnya barusan.

"Gw rasa dia salah makan" ucap
Vannesa yang juga seolah tidak percaya dengan sikap Febrian yang sejak kemarin berubah menjadi manis.
                         ¤¤¤¤
latihan drama dimulai, semua pemeran fokus pada peranannya.

Vannesa memerankan perannya dengan baik, dan semua mengakui itu.

Sekarang waktunya istirahat, Vannesa memilih duduk jauh dari panggung dan membaca perannya.

"Hai" sapa Reno, orang yang dulu mengikuti lomba dengan Vannesa dan Febrian.

"Eh, kenapa?" Tanya Vannesa sambil melihat kearah Reno.

Reno berjalan dan duduk disamping Vannesa.

"Kita latihan bareng, kan biar gampang gw mendalami peran sebagai paris" ucap Reno sambil tersenyum.

Vannesa hanya berohria lalu berlatih bersama Reno. Dan ya, Reno memerankan paris yang merupakan tunangan juliet. Meskipun dia bukan anggota Osis, tetapi semua anggota Osis setuju meminta Reno memerankan peran itu.

Febrian melihat itu dari kejauhan, kini dia merasa kesal dan seketika atsmofer menjadi panas.

Febrian datang menghampiri mereka lalu duduk diantara Reno dan Vannesa.

"Lo ngapain nyempil-nyempil sih? Ganggu gw lagi latihan aja" Protes Vannesa.

"Kalo gitu kita latihan bareng" ucap Febrian lalu membaca naskahnya.

Vannesa mendesah kesal lalu membaca naskahnya, sedangkan Reno hanya bisa tertawa melihat kelakuan Febrian.

"Febrian, Vannesa, Reno, ayo kita latihan lagi" teriak Nina dari kejauhan.

Latihan pun dimulai, kini Febrian sangat kesal saat melihat bagian dari Reno dan Vannesa.

"Juliet kita akan bertunangan, jadi kita pasti akan menikah" ucap Reno yang memerankan Paris sambil memegang dagu Vannesa lalu Vannesa sedikit menjauh.

"Paris... perkenalan ini bukanlah keinginanku...tapi keluarga ku, dan asal kamu tau. Aku tak pernah menginginkan pertunangan ini" ucap Vannesa sebagai juliet.

Kini tiba dibagian Romeo yang menyatakan perasaannya kepada juliet.

"Juliet, sebenarnya....aku... mmm...aku....mencintaimu ketika kita pertama kali bertemu di pesta itu" ucap Febrian sebagai Romeo dan Febrian sedang berusaha menetralkan detak jantungnya kembali.

Vannesa selalu memerah saat dibagian itu, jantungnya jadi berdetak dengan kencang.

'Sit, kenapa juga jantung gw' batin Vannesa kesal.

"Jadi gini ya pas Febrian nembak Vannesa" ucap Rio tertawa kecil diikuti oleh Nina yang berada di sampingnya.
                        ¤¤¤¤¤¤
Dua hari lagi acara ulang tahun SMA bakti mulia, semuanya disibukkan dengan persiapan acara tersebut.

Hari ini semua anggota Osis dan yang berpatisipasi untuk drama diizinkan untuk tidak mengikuti mata pelajaran dari pagi.

Tentu saja itu hal yang membuat Vannesa sangat senang karna dia tidak usah mengikuti mata pelajaran.

Vannesa sedang membaca naskah ditangannya dengan seksama, namun Febrian tiba-tiba menariknya dengan kasar, bahkan ini tarikan yang lebih kencang dari sebelumnya, Vannesa bisa merasakan tangannya sangat perih.

"Feb, apaan sih" ucap Vannesa sambil berusaha melepaskan tarikan Febrian.

Firasat Vannesa buruk, pasti Nina melakukan sesuatu lagi dan menjadikannya kambing hitam.

"Lo liat" ucap Febrian dengan dingin.

Vannesa dibuat terkejut dengan spanduk-spanduk yang sudah rusak dan tak bisa dipakai.

"Kenapa lo lakuin ini?" Tanya Febrian yang membuat Vannesa meboleh kepadanya.

"Kok gw? Lo mau nyalahin gw lagi?" Tanya Vannesa dengan sedikit emosi.

Febrian menatap Vannesa dengan penuh amarah.

"Sis, coba tunjukin Video itu" ucap Febrian sambil mengulurkan tangannya.

Vannesa terkejut saat melihat dirinya berada divideo itu. memang sebelumnya dia pernah kegudang, itupun disuruh mengecek spanduk oleh pak Tiyo dan spanduknya masih baik-baik saja saat itu. Tapi Vannesa tidak pernah merasa keluar dari gudang dengan membawa gunting.

"G-gw emang ke gudang tadi pagi, itu juga disuruh ngecek spanduk sama pak Tiyo. Dan, spanduknya tadi masih baik-baik aja. Tapi gw gak pernah keluar bawa gunting kayak gitu" ucap Vannesa mencoba membela dirinya.

Febrian memegang kedua pundak Vannesa dengan penuh amarah.

"Tadinya gw percaya lo gak bakal ngelakuin ini, tapi udah ada buktinya. Dan, karna lo sekarang acara bisa kacau gara-gara semua spanduk hancur" ucap Febrian menatap Vannesa dengan penuh kekecewaan setelah itu pergi meninggalkan Vannesa.

"Gimana ini, mana acaranya dua hari lagi" ucap salah satu anggota Osis khawatir.

"Tunggu" ucap Vannesa yang berhasil membuat Febrian berhenti.

"Lo anggap ini kesalahan gw kan? Oke, kalo gitu gw bakal memperbaikinya" ucap Vannesa lalu mengeluarkan telponnya.

"Halo? Paman Riko?"

"...."

"Ini Vannesa, paman pernah bikin spanduk buat kerjaan papa cuman dalam waktu sehari kan?"

"..."

"Paman bisa bikin beberapa spanduk dalam waktu yang sama?"

"..."

Vannesa menoleh ke siswi disampingnya.

"Berapa spanduk yang harus dibuat?" Tanya Vannesa kepada Siswi tersebut.

"Mm...sekitar 3 sepanduk" ucap Siswi itu.

"Halo paman? Saya butuh 3 spanduk dan harus selesai besok"

"...."

"Tidak apa, saya akan memberitahu papa nanti"

Setelah itu Vannesa mematikan ponselnya lalu hendak pergi meninggalkan Febrian.

"Lo kira dengan begitu semua kerja keras anggota Osis yang ngebuat spanduk bakal kebales?" Tanya Febrian sambil menarik tangan Vannesa.

Vannesa menepis tangan Febrian lalu menatapnya tajam.

"Gw tau" ucapnya lalu pergi.

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang