Tiga puluh enam

5.7K 243 0
                                    

"Febrian!!" ucap Ririn dengan senang.

Namun suasana hatinya dalam sekejap berubah saat pandangannya beralih kepada gadis disebelah Febrian.

"Tante tinggal dulu ya..." ucap Emi lalu berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Feb, ngapain lo bareng sama dia?!" ucap Ririn kesal tetapi tidak ditanggapi oleh Febrian.

Ririn melirik Vannesa lalu menarik tangan Vannesa menuju pesta di tamannya yang hanya diisi oleh banyak anak remaja teman Ririn, Febrian mengikuti mereka dari belakang berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu.

"Lo itu gak tau malu ya jadi cewek, berani-beraninya lo kesini bareng cowok gw!" ucap Ririn dengan yang sedikit kecil agar tidak kedengaran orang lain.

"Eh tunggu dulu" ucap Ririn lalu melipat kedua tangan di dada.

"Lo kan bukan cewek, lupa gw" ucapnya sambil tertawa sinis.

"Bagus gw bukan cewek, daripada lo. Manusia jadi-jadian" ucap Vannesa lalu pergi menghampiri hidangan yang disiapkan.

Ririn mendesah kesal, lagi-lagi dia kalah oleh kata-kata dari Vannesa.

"Ayo, aku kenalin ke semua orang" ucap Ririn sambil menarik Febrian dan tersenyum.

Ririn memperkenalkan Febrian sebagai pacarnya kepada teman-teman rumahnya. Tetapi sejak tadi Febrian hanya diam dan memperhatikan Vannesa dari jauh.
                       
Vannesa sedang susah payah berjalan karna sendal high hils yang dia pakai.

Febrian tertawa kecil melihat Vannesa yang terlihat sangat lucu di mata nya.

Tiba-tiba saja Vannesa tidak sengaja tersenggol seseorang lalu dia terjatuh ketanah.

Bruk!!

"aduh....pake jatoh segala lagi" ucap Vannesa kesal.

Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang terulur didepannya, dia menatap tangan itu, lalu menatap pemilik tangan tersebut.

"Gak usah, gw bisa sendiri" ucap Vannesa setelah melihat pemilik tangan itu adalah Febrian.

Vannesa berusaha berdiri namun dia kembali terjatuh karna kakinya sangat sakit.

"Gak usah sok-sok an deh, mau bagaimanapun lo itu cewek" ucap Febrian dengan tangan yang masih terulur.

"Gw bilang gak usah!" ucap Vannesa kesal.

Karna kesal, Febrian membopong tubuh Vannesa tanpa meminta izin kepada sang pemilik.

"Turunin gw gk! Gw bilang turunin!!" ucap Vannesa kesal sambil menarik kuping Febrian agar Febrian menurunkannya.

Febrian hanya diam sambil berjalan pintu untuk masuk kedalam.

Dilain sisi Ririn sedang mendengarkan semua perkataan dari teman-temannya yang sudah dia kenalkan kepada Febrian.

"Katanya lo pacarnya, masa dia gendong orang lain. Jangan-jangan lo boong ya"

"Iya tuh, boong kali lo ya"

"Iya tuh, jelas-jelas dia kayak perhatian gitu sama tuh cewek. Sampe langsung lari pas tuh cewek jatoh"

"Diam kalian!!" bentak Ririn kesal.

Dia menatap Febrian dan Vannesa dengan rasa kesal.
                         °°°°°°
Febrian berencana pulang sekalian berpamitan kepada Emi karna kebetulan Emi berada tak jauh dari pintu keluar.

Selama perjalanan banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang bermacam-macam, tetapi tdk dihiraukan oleh Febrian.

Vannesa sudah berhenti menarik kuping nya sejak tadi karna kelelahan, jadi dia memutuskan hanya diam saja.

"Tan, maaf. Febrian sama Vannesa pulang dulu ya, soalnya kaki Vannesa luka" ucap Febrian berpamitan kepada Emi.

Setelah berpamitan kepada Emi, Febrian berjalan keluar menuju mobil.
                          °°°°°
Selama perjalanan, entah kenapa pandangan Vannesa tidak bisa teralih dari wajah Febrian.

Entah apa yang terjadi kepadanya, jantungnya terdengar dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Setelah sampai, Febrian mendudukkan Vannesa di kursi disamping kursi kemudi, lalu membuka kotak P3k yang berada di kursi belakang.

Dia membersihkan luka Vannesa lalu mengobatinya.

"Lain kali hati-hati" ucap Febrian sambil berdiri.

Vannesa masih menatap wajah Febrian, dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Masuk" ucap Febrian yang membuat Vannesa kembali ke dunia nya.

"Eh?" gumam Vannesa bingung, namun akhirnya dia memasukkan kakinya dengan hati-hati.

Febrian menutup pintu mobil lalu berjalan mengitari mobil, namun dia berhenti sejenak dibagian belakang mobil untuk membuang nafas lega.

Hampir saja jantungnya meledak akibat Vannesa yang sejak tadi menatapnya.

"Gila tuh anak" gumam Febrian lalu berjalan kearah pintu kemudi dan memasukinya.

Bad girl & the prince of school [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang