(BAGIAN SEPULUH)~~~~~~
Reivan berada didepan mading olimpiade. Berisi khusus untuk pengumuman pemenang lomba olimpiade. Reivan melihat-lihat daftar nama. Dan matanya terhenti di satu nama REINA ADETYA SANJAYA pemenang dalam lomba olimpiade Matematika dengan meraih juara 1 tingkat Nasional.
"liatin apa?" Tanya seseorang yang tiba-tiba sudah ada disampingnya.
"Lo bukannya temennya Reina?" Tanya Reivan tanpa memandang keaarah orang disebelahnya.
"Hmm... iya kak. Gue Reva, Reva Trisna Alatas." Reva sambil mengulurkan tangangannya. Tidak diduga, Reivan membalas juluran tangan Reva.
"Reivan Arjuna Syahreza." Belum 5 detik, Reivan melepaskan genggamannya.
"Ini Reina temen lo kan?" Tanya Reivan sambil menunjuk nama Reina di mading itu.
"Iya. Dia udah sering ikut olimpiade. Jadi nggak heran kalo nama dia yang sering ada di mading ini." Jelas Reva.
Reva memandangi wajah Reivan. Dia terus tersenyum. Reivan masih terus memperhatikan mading lebih tepatnya, memperhatikan nama Reina.
"Cantik." Gumam Reivan pelan tanpa sadar.
"Kenapa kak?" Tanya Reva.
"Nggak." Jawab Reivan dengan cepat.
'Gue denger kok apa yang lo bilang tadi.' Gumam Reva dalam hati. Reva tersenyum miris.
🏀🏀🏀🏀
Reina melempar tasnya dan langsung mengeluarkan semua PRnya dengan seragam yang masih ditubuhnya.Tiba-tiba telponnya berdering. Nama Reva tertera di layar telpon.
"Halo." Kata Reina sambil menulis.
"Reina, lo ngapain?"
"Hmm, gue lagi ngerjain PR."
"Oh."
"Singkat banget. Cuman oh? Lo kenapa?"
"Hmm, nggakpapa."
"Cerita ajaa sama gue."
"Lo seriusan kan, nggak bakal suka kak Reivan?"
Reina terdiam agak lama mencerna pertanyaan Reina.
"Gue takut aja, suka sama orang yang disukai sama sahabat sendiri juga."
"Ya enggak lah. Gue nggak bakal mungkin suka sama Reivan."
Nyatanya, Reina pun tidak menjamin dengan apa yang dikatakan. Karena, Reina percaya sama yang namanya karma. Itupun karena kata-kata Reva sendiri.
"Gue tadi ngobrol sama dia Rei, waktu pulang. Gue kenalan sama dia. Tangannya hangat banget."
Tangan Reina seketika berhenti menulis. Kata-kata Reva membuat detak jantungnya seakan akan berhenti. Reina tidak tau kenapa dirinya reflek jadi seperti itu.
Reina yakin saat ini pasti Reva sangat tersenyum lebar menyebut nama Reivan.
"Seriusan lo jabat tangan sama dia. Asik banget lo! Pantesan pas pulang gue cari-cari, lo nggak ada."
"Hahaha. Sorry ya."
"Untung gue baik."
"Gue suka banget sama dia Rei. Pertama, kayaknya gue cuman main main aja. Tapi..."
Reina udah mulai nggak enak dengan cerita Reva.
"Hmm, Reva. Gue dipanggil mama."
"Oohh, yaudah. Gue tutup ya."
Reva akhirnya menutup telpon. Reina membenamkan kepalanya dimeja belajar. Semua kata-kata Reva tadi, masih terngiang di otaknya. Entah kenapa, dia merasa aneh dengan perasaannya saat ini.
🏀🏀🏀🏀
Reina berjalan menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba Reivan berjalan disampingnya, menyesuaikan langkahnya.
"Lo ngapain hah, jalan disamping gue?!" Kata Reina sambil menatap Reivan sinis.
"Geer banget." Balas Reivan tak kalah sinis. Reivan langsung berjalan mendahului Reina.
Hari ini merupakan hari kedua Reivan menjadi anak baru disekolah ini. Saat melewati lorong kelas 12, banyak kakak-kakak cewek dengan senyuman manis, menyapa Reivan. Tetapi, Reivan hanya memandang lurus kedepan. Tidak membalas sapaan mereka. Reina yang memperhatikannya, malah kesal dengan sikap Reivan.
"Sok ganteng banget. Disapa balik tuh fansnya." Celetuk Reina sambil mendahului Reivan.
🏀🏀🏀🏀
"Rei, liat PR dong." Teriak Reva dari jauh.
"Belum juga masuk kelas. Biarin gue duduk dulu."
"Rei, kira-kira Reivan udah punya pacar nggak sih? Yaa, kayak ldr gtu."
"Menurut gue nggak ada ya. Soalnya cowok ngeselin, sok ganteng kayak gitu mana ada yang mau."
"Buktinya gue suka sama dia."
"Ya lo nya aja yang matanya katarak."
"Satu sekolah juga tau Reivan itu, ganteng. Berarti mata lo yang gangguan."
🏀🏀🏀🏀
"Kak, Kak Nathan jangan marah dong sama aku. Maafin aku dong. Please Kak Nathan." Teriak Rachel didepan kelas Nathan.
"Nat, keluar gih. Kasian Rachel didepan kelas teriak-teriak." Kata Didip.
"Tau ah. Bodo amat." Jawab Nathan sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Kak Nathan maafin Rachel dong." Teriak Rachel lebih kencang dari sebelumnya.
"Eh, lo bisa diem nggak!! Berisik tau!!" Teriak Nathan sambil berjalan keluar kelas.
"Nggak bisa, sampe Kak Nathan maafin Rachel, baru Rachel bisa diam." Teriak Rachel dengan suara cemprengnya lagi.
"Iya-iya, Gue maafin. Puas lo!!"
"Yang ikhlas." Teriak Rachel.
Ekspresi Nathan dengan terpaksa langsung berubah tersenyum."Iya Rachel, udah gue maafin."
"Nah, gitu dong. Makasih Kak Nathan." Kata Rachel dan kemudian kembali kekelasnya dengan langkah riang membuat Nathan tersenyum tipis tanpa sadar.
"Cieee, Nathan." Goda Didip. Sedangkan Aziz tersenyum tipis melihat Rachel yang sekarang barjalan dengan ceria menuju kelasnya.
"Apaan sih lo?!" Balas Nathan sinis. Kemudian kembali ke tempat duduknya.
Jangan lupa vote and commentnyaa yaaa...🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret In Heart ✔️
Teen Fiction(COMPLETE) "Kadang perkataan sama perbuatan berbanding jauh. Dan perkataan sangat berbanding jauh dengan perasaan."-Reina. "Gue nggak akan pernah lelah buat ngedapetin hati lo, Nathan." -Rachel. "Kenapa ketika gue udah ngebuka hati dan udah menjadi...