~SECREAT IN HEART 36~

694 23 0
                                    

(Bagian tiga puluh enam)

tidak seindah yang diperkirakan :(

______

"Kita bertemu lagi Reina Adetya Sanjaya."

Suara itu lagi.

Tiba-tiba ada yang menggenggam tangannya. Reina sangat terkejut. Reina menoleh ke arah orang yang sedang berdiri disampingnya.

Seorang laki-laki. Tinggi, putih, dan sangat tidak asing. Laki-laki itu memandang lurus kedepan memandang danau. Tiba-tiba air matanya lolos dari pertahanannya. Cowok itu adalah laki-laki yang selama ini ia tunggu. Dia adalah kunci hatinya.

Reina menunduk menangis. Laki-laki itu menoleh dan memeluknya.

"Udah gue bilang,kalau kita sudah digariskan." Reivan memeluk Reina sambil mengelus rambut seorang perempuan yang ada didepannya.

"Lo kenapa nggak pernah ngabarin gue?" Keluh Reina sambil terus menangis.

"Gue kangen sama lo, Reivan." Tangis Reina meledak.

Reivan hanya bisa menenangkan perempuan itu dengan mengelus rambutnya.

Kini takdir telah menjawab semuanya.

Mereka berdua duduk diatas hamparan rumput hijau di dekat danau yang biasa dipakai pelajar disini utuk bersantai dan membaca buku.

"Jadi, gimana sama lo selama ini?" Tanya Reivan kepada Reina yang duduk disebelahnya.

"Biasa aja. Nggak ada yang berubah." Jawab Reina sambil fokus menatap air danau didepannya.

Reivan diam, Reina pun begitu. Masing-masing bingung apa yang akan dibicarakan. Sebenarnya banyak yang ingin Reina tanyakan kepada laki-laki yang berada disampingnya ini.
Mulut Reina yang gatal akhirnya memaksanya memecah keheningan.

"Lo tau dari mana gue ada disini."

"Gue nggak sengaja liat lo di fakultas teknik sains." Jawab Reivan.

"Lo jurusan apa?" Tanya Reina.

Reivan tersenyum.

"Gue masuk fakultas medis."

Reina akhirnya diam lagi.
Ada sesuatu yang ingin Reina tanyakan kepada Reivan, tapi dia sangat malu. Beberapa kali Reina terlihat gelisah menatap Reivan.

"Lo kangen juga nggak sih sama gue?" Tanya Reina pelan. Tetapi masih bisa terdengar oleh telinga Reivan.

"Nggak." Jawab Reivan singkat.

Reina menatap Reivan terkejut.

"Ternyata cuman gue yang kangen sama dia." Guman Reina pada dirinya sendiri sambil menunduk mencabuti rumput-rumput yang ada didepannya.

Reivan tersenyum simpul melihat kelakuan perempuan disebelahnya.

"Ngapain gue kangen sama lo kalau lo sudah ada disini?" Kata Reivan.

Reina menghentikan aktivitasnya dan tersenyum lebar menatap Reivan sangking lebarnya senyumnya sampai-sampai matanya tidak terlihat. Tetapi entah kenapa ekspresinya berubah datar 180 derajat.

Sangat datar membuat Reivan bergidik ngeri. Reina memajukan wajahnya dengan ekspresinya yang datar itu.

Reivan cepat-cepat menggeser duduknya menjauhi Reina.

Namun Reina kembali mendekatinya.






"Lo kira gue percaya." Kata Reina kemudian menggeser duduknya menjauhi Reivan kembali.

"Halah, Palingan juga nempel sana-sini." Kata Reina dengan tatapan tajamnya.

"Kalau iya kenapa?" Tanya Reivan tanpa dosa.

"Terserah lo lah. Hidup, hidup lo juga. Ngapain gue urusin hidup lo. Minta aja diurusin sama bule sini." Dumel Reina.

Reivan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Menghadapi perempuan disebelahnya tidak akan ada habisnya.

Reina mengharapkan Reivan menjelaskan dan memberitahunya bahwa dia tidak dekat dengan siapa pun disini.

Tetapi hasilnya nihil.

Perempuan bule menghampiri mereka berdua dengan senyuman yang lebar. Dan disambut dengan senyuman juga oleh Reivan.

"Reivan, our class will begin in 5 minutes." Reivan mengangguk dan berdiri dari duduknya.

Reina mengerutkan dahi.

"Gue ada kelas. Cuman bentar." Kata Reivan.

Reina hanya mengangguk.

Lah.




Loh.



Kok.




Mata Reina melebar.




Dasar cewek ganjen.-Reina.





Gimana nggak, bisa-bisanya tuh cewek bergelayutan di lengan Reivan.
Parahnya Reivan biasa aja.

"Tuh tangannya nggak usah kayak gitu bisa nggak?" Tanya Reina.

"What?"

Cewek bule itu nggak ngerti bahasa indonesia sama sekali.

"Dasar cewek ganjen lo." Reina memang sengaja memanfaatkan ketidak mengerti an cewek bule itu akan bahasa indonesia. Bukan karena dia tidak bisa berbicara bahasa inggris.

"I don't understand what you're talking about." Cewek bule itu sama sekali tidak mengerti.

Reivan menahan tawanya. Reina sama sekali tidak jelas.


Melihat Reivan tertawa, cewek bule itu bertanya pada Reivan.

"what she's talking about?"

Reivan melirik Reina sebentar yang kini kesal sendiri. Reivan tersenyum dan menatap cewek bule yang kini menunggu jawaban.

"She said you're very beautiful."

Cewek bule itu tersenyum senang.

"Thank you."

Reina menatap tajam Reivan.

"you're very ugly." Kata Reina dan langsung meninggalkan Reivan dan cewek tersebut.

Cewek bule itu kini tampak bingung.

"what's wrong with she?" Tanya cewek itu.

Reivan langsung melepaskan tangan cewek bule itu dari tangannya.

"Go away. don't hold my hand." Kata Reivan datar dan langsung meninggalkan cewek tersebut.

Reivan tetaplah Reivan, dimanapun dia berada.

Kebetulan lagi rajin dan alhamdulillah nggak ada kendala.

Jangan lupa vote dan comment nya ya, menurut kalian cerita ini gimana????

Happy Reading guys...💕

-pacarjihoon
-wannable ❤️

Secret In Heart ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang