(Bagian empat puluh dua)
kepergian yang tenang
________
3 tahun kemudian....
Kemarin, tepat pukul 4 sore, Reyno mengenalkan Diandra pada ku. Wajar kalau Reyno memilih Diandra. Dia sangat baik, cantik, dan lemah lembut. Aku saja yang perempuan kagum padanya. Seketika aku tersenyum simpul dan berkata padanya.
"Happy wedding day. Semoga menjadi keluarga yang Samawa."
Sangat sakit ketika mengingat perjuangan Reyno yang ku sia siakan.
Reyno, apa kamu masih ingat, saat kamu menjadi murid baru dikelasku? Saat pertama kali, kau menatapku membuat Reina ngamuk dan akhirnya kita disuruh keluar kelas. Aku pernah menumpahimu kuah mi ayam. Aku masih ingat saat kita bertemu pertama kali. Dan aku masih ingat dengan detail bagaimana tatapan dan senyummu pada ku.
Tidak tahu seberapa banyak luka yang telah aku berikan kepadanya, tetapi dia sangat sabar mencintaiku. Sekarang aku hanya bisa tersenyum, menyesali perbuatanku. Reyno pantas bahagia.
Ketika aku berhadapan dengannya, dia tersenyum pada ku. Sebuah senyuman yang selalu untukku. Sebuah senyuman yang damai. Aku sangat ingin memeluknya, tapi aku tidak mau menyakiti perasaan Diandra. Aku tau, sekarang aku mempunyai batas dengan Reyno.
Aku tersenyum padanya. Dia hanya mengangguk. Lalu berkata,
"Jangan pernah bersedih. Kamu tau kan, dulu aku tidak pernah menyukai kalo kamu menangis."
Aku hanya tertawa dalam hati. Iya, dulu. Sekarang, kamu tidak mempunyai hak melarangku untuk menangis.
Semua sahabat-sahabat ku kemarin juga ada. Nathan bersama Rachel sudah mempunyai 2 anak. Reina sudah hamil anak pertama. Aziz dan Didip baru mempunyai istri. Aku? Tak tentu.
Aku memutuskan untuk akan menetap di Jepang. Dan fokus dengan pendidikan dan karirku. Jodoh bisa dimana saja kan?
Hahaha, tapi memang rencana tuhan tak ada yang tau. Pesawat yang ku tumpangi, tidak mendarat di Jepang. Semua penumpang lain mulai berdoa dan sebagian ada yang panik. Aku hanya bisa memegang erat ujung jaketku, berpasrah terhadap tuhan.
Tuhan, ampuni semua dosaku, jaga semua orang yang aku cintai. Termasuk Reyno Javaz Altezza, laki- laki yang telah mencintaiku selama di dunia.
Reyno, kau tau? Yang kuingat saat aku pergi terakhir kali dan untuk selamanya adalah senyumanmu sore itu. Senyuman terakhir yang bisa ku liat. Senyuman sahabat-sahabat ku yang terakhir. Kau tau, sekarang terasa sangat tenang.
Rachel, aku akan tenang bersama Ichal disini. Salah satu anak laki-laki dulu yang pernah meninggalkan kita, yang pernah membuatmu sedih. Yang selalu berkata Jangan bersedih kepadamu. Kamu beruntung,
Faisal Fachreza adalah seorang laki-laki hebat yang mencintaimu sampai akhir hidupnya.Terima kasih, kalian telah menemaniku sampai akhir hidupku.
Kini, aku mengudara, menyapa langit dan melambai pada semesta, lalu pada akhirnya menghilang selamanya.
Disini, bukan Reina tokoh utamanya.
Akulah, tokoh utama yang tersembunyi,
Reva Trisna Alatas
End
Kita nggak pernah tau rencana Tuhan kedepannya apa. Pokoknya aku buat part terakhir sambil ingat cerita persahabatan mereka dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret In Heart ✔️
Teen Fiction(COMPLETE) "Kadang perkataan sama perbuatan berbanding jauh. Dan perkataan sangat berbanding jauh dengan perasaan."-Reina. "Gue nggak akan pernah lelah buat ngedapetin hati lo, Nathan." -Rachel. "Kenapa ketika gue udah ngebuka hati dan udah menjadi...