~SECRET IN HEART 13~

706 26 0
                                    


(BAGIAN TIGA BELAS)

~~~~~~

Reivan langsung ngernyitkan dahi. "Bukannya Nathan bilang kalian pacaran?"

"Dia bilang, supaya lo nggak gangguin gue." Jawab Reina sambil tersenyum.

Reivan menatap Reina yang saat ini tersenyum sangat manis.

"Apa lo liat-liat!! Tuhkan Suka sama gue ya?" Kata Reina berubah jutek lagi dan langsung pergi meninggalkan Reivan.

Reivan tersenyum melihat tingkah Reina. "Tuh anak susah ditebak. Kadang baik, nggak lama berubah lagi." Gumam Reivan.

Tidak lama kemudian, seorang cewek duduk disebelahnya. Yang nggak lain adalah Reva.

"Tadi ngomongin apa sama Reina, kak?" Yanya Reva memecahkan kesunyian.

"Nggak." Jawab Reivan sambil mengatur senar gitarnya.

"Lo bisa main gitar?" Tanya Reva lagi. Reivan hanya menganggukkan kepala.

'Cara ngobrol lo kalo sama gue beda kayak lo ngobrol sama Rei. Kalo sama Rei, lo senyum terus, lo selalu natap wajah Rei sambil senyum walau Rei nggak nyadar.' Gumam Reva dalem hati.

"Gue pergi dulu ya." Kata Reva dan langsung meninggalkan Reivan. Tidak ada jawaban dari Reivan sama sekali.

Reva kembali ke lingkaran api unggun dan duduk disamping Reina. Reina terlihat sudah asik mengikuti lagu yang dinyanyikan semua murid. Reina menoleh dan heran melihat wajah Reva yang terlihat sedih.

"Lo kenapa? Kok sedih?" Tanya Reina.

Reva yang dari tadi menatap lurus kedepan, langsung nenoleh menatap wajah Reina.

"Padahal masalah itu karena lo sendiri." Kata Reva sambil menatap sinis kearah Rei lalu beranjak pergi menuju bawah tangga.

"Maksud lo apa sih Rev?" Kata Reina. Reva langsung berdiri diikuti Reina.

"Sekarang, apa salah gue sama lo?" Tanya Reina dengan wajah serius.

"Masih nanya lo salah apa?!" Kata Reva sambil tersenyum miring.

"Lo kenapa sih Rev, kerasukan Rachel ya?! Udah gila?!" Tanya Reina sambil mengguncang-guncangkan bahu Reva.

"Gak usah, sentuh gue!" Teriak Reva.

"Jadi sebenernya lo kenapa?! Jangan jadi orang nggak jelas gini lah, marah sama gue tanpa gue tau alasannya!!" Teriak Reina.

"Lo pengen tau salah lo dimana? Lo bilang lo nggak suka sama Reivan dan akan selalu begitu. Tapi apa? Lo duduk bedua sama dia, sambil ketawa-ketawa. Munafik lo jadi teman."

"Apa gue cuman duduk bedua sama dia, lo bisa bilang gue suka sama dia? Gue nggak suka, karna gue tau lo suka sama dia." Teriak Reina.


"Oh, berarti kalo gue nggak cerita kalo gue suka sama Reivan, lo bakalan suka sama Reivan padahal lo udah banyak bacot sama gue kalo lo nggak bakal suka sama dia. Bener bener lo Rei." Kata Reva dan langsung pergi meninggalkan Rei dengan isakkannya yang masih terdengar.


Air mata Rei seketika jatuh. "Gue nggak munafik Reva. Maaf, gue udah nggak nepatin kata kata gue kemarin." Teriak Reina dengan suara isak tangisnya yang memenuhi lorong. Dia duduk ditangga dan membenamkan kepalanya dilutut yang ditekuknya. Tanpa Reina sadari, ada dua orang cowok yang dari tadi memperhatikannya di berbeda sisi dan semua kejadian yang terjadi malam ini.

Reva duduk didepan tendanya dengan wajah yang masih kesal. "Lo kenapa?" Tanya Aziz. Reva hanya menggelengkan kepalanya.

"Mata lo kenapa bengkak gitu?" Tanya Didip. Lagi-lagi Reva hanya menggelengkan kepala.

"Dari tadi geleng-geleng aja tuan putri. Mukanya kenapa kusut gitu? Jelek tau." Kata Reyno yang tiba-tiba sudah duduk disampingnya.

"Ngapain sih lo. Gue bosan liat muka lo, Reyno!!" Teriak Reva sambil mendorong-dorong tubuh Reyno. Reyno langsung memeluknya.
"Kalau mau nangis, nangis aja. Keluarin semuanya. Supaya lo tenang." Gak lama setelah itu, Reva langsung menangis didekapan Reyno.

Tidak lama kemudian, saat waktu tidur telah tiba, Reina kembali ketenda. Bertapatan saat Reina datang, Reva meliriknya dan langsung masuk kedalam tenda. Reina mengingat lagi kata-kata Reva. Akhirnya, dia menutup tenda dari luar dan dia duduk merenung didepan tenda sampai akhirnya dia tertidur. Wajah Reina sudah sangat pucat kedinginan. Akhirnya, seorang cowok datang dan melepas jaketnya dan menyelimuti Reina dengan jaketnya.

🏀🏀🏀🏀

Ketika subuh, Nathan keluar dari tendanya untuk berjalan-jalan. Tetapi, ia melihat Reina yang tertidur dengan pucat diluar tendanya sendiri. Nathan langsung memanggil petugas PMR untuk membawa Reina ke UKS.

Reina mengerjapkan matanya menatap ruangan dan menatap jaket yang ditubuhnya. "Jaket siapa nih?" Tanya Reina bingung.

"Dari kita bawa lo kesini, jaket itu udah ada di lo." Jawab Rita salah satu petugas UKS. Saat Reina melihat-lihat jaket itu, dia menemukan sebuah nama didalam jaket tersebut bertuliskan nama Reivan. Reina langsung teringat kata-kata Reva. Dia langsung keluar UKS dan mencari keberadaan Reivan.

Dia melihat Reivan yang sedang duduk disebuah bangku didepan kantor guru yang tidak jauh dengan UKS. Reina langsung meleparkan jaket tersebut ke Reivan.

"Mulai sekarang, kita nggak usah ketemu lagi. Makasih sama jaketnya." Kata Reina dan langsung pergi. Tetapi, Reivan menahan lengannya.

"Kenapa? Kenapa gue nggak boleh?" Tanya Reivan sambil menatap kedua mata Reina dengan tajam.

"Bukan urusan lo." Jawab Reina dan langsung beranjak pergi tetapi terhenti karna kata-kata Reivan.
"Apa karna Reva?"

Reina berbalik. "Lo nggak usah sok tau deh. Ini semua, bukan urusan lo."

"Jelas ini urusan gue. Karena gue, kalian berantem."

"Gak usah geer."

"Tadi malam, berarti yang gue denger apa kalo bukan itu? Gue dengar semuanya." Kata Reivan dan beranjak pergi.

Jangan lupa vote sama comment nya ya.


Jangan ada yang mikir Reina pelakor loh ya...hehehe.

Secret In Heart ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang