'Apa lagi yang terjadi?'
.
.
.
~SECRET MISSION~Aku, Mian, dan Mirrae dipanggil kepala sekolah untuk pergi ke ruangannya. Tapi kami tidak menduga kalau kakakku ikut dipanggil juga.
"Jadi, apa yang membuat bapak memanggil kami?" Tanya Kak Kelvin. Kakakku itu bisa dibilang tegas orangnya. Tapi kalau sudah bercanda bisa kelewatan bikin geregetnya.
"Saya sudah dengar tentang kejadian kemarin," aku mengerutkan alisku. Masih ada rasa tak terima dalam diriku. "maaf karena tidak membantu saat kejadian itu yang membuat salah satu murid dalam bahaya." Lanjut bapak itu sambil menatapku dan Kak Kelvin bergantian.
Heh! Maaf katanya...kalau tidak ada yang menghentikan satu sekolah bisa jadi taruhannya!
"Baiklah, intinya saja." Ucapku yang bosan mendengar basa-basi pak 'KEPSEK '.
"Baiklah, dua minggu lagi kalian akan melaksanakan sebuah misi. Aku sudah melihat kemampuanmu, emm..Alessandra Hidayasi. Dia itu adikmu bukan?" Bapak itu menatap kakakku yang dibalas anggukan oleh kakakku.
Misi apa coba? Hidupku benar-benar rumit karena ini... baru beberapa hari yang lalu aku sekolah di sini hidupku sudah rumit.
"Lalu, kenapa kami ikut dipanggil ke sini?" Tanya Mian.
"Kalian juga akan berada dalam misi ini. Kalian sudah sekolah di sini selama satu tahun, tentu sudah mendapat misi selama satu tahun juga' kan?" Jawab sekaligus tanya Pak kepsek.
"Iya. Jadi kami juga ikut dalam misi ini?" Tanya Mian lagi. Pak kepsek menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kalau begitu kita sepakat. Alessandra Hidayasi, saya lihat kau belum bisa mengontrol energi yang ada dalam dirimu. Kau bisa saja menguras seluruh energimu yang tidak hanya membahayakanmu, tapi juga orang lain di sekitarmu."
Aku mengerutkan alisku. "Jadi, saya harap selama dua minggu sebelum misi dilaksanakan kau berlatih untuk menyempurnakannya lagi. Saya juga akan mengutus Hiraishi untuk membantu kalian sekaligus menjaga Alessandra selama misi maupun pelatihanmu." Jelas Pak kepsek yang belum kuketahui namanya panjang kali lebar, sesekali menatapku saat ada kata yang diucapkannya bersangkutan denganku.
"Kemampuannya untuk mengendalikan elemen dan elemen petirnya dapat membantu." Lanjutnya. Kepalaku rasa-rasanya ingin pecah sekarang juga.
"Apa ada pertanyaan?" Tanyanya lagi. Aku mengacungkan tanganku.
"Saya butuh informasi jelas tentang misi itu. Tempat, pukul, bersangkutan dengan apa, dan sampai kapan kita akan melakukan misi tersebut."
Mian dan Mirrae seperti memandang takjub ke arahku yang berpikir sampai ke situ, tapi tak ada alasan aku membanggakannya.
Sedangkan kakakku, dia hanya mendengus. Dia memang tahu kalau sifatku butuh kepastian dan kejelasan sebelum aku menerima ataupun mengerjakan perintah tersebut.
"Informasinya akan kami kirim lewat P-Pad milik kalian masing-masing, jadi harap bersabar." Aku pun mengangguk. "Apa ada yang bertanya lagi?" Tanya Pak kepsek itu lagi.
Setelah beberapa detik tidak ada satupun di antara kami yang mengajukan pertanyaan, Bapak itu mulai berbicara lagi.
"Kalau begitu saya sudahi pembicaraan ini. Silahkan kembali ke kelas masing-masing." Ucapnya menutup pembicaraan di antara kami.
"Baiklah, kami undur diri." Tegas kak Kelvin sedikit membungkukkan badannya yang tegap.
***
Setelah meninggalkan ruang kepsek, aku, Mian, dan Mirrae membicarakan apa yang telah direncanakan pak kepsek dengan Kenzo.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
FantasyApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...