.
.
.
~KAIZEL?~Saat di ruang kepala sekolah. "Jadi kalian yang dikirim Indra kemari?" Tanya kepala sekolah yang diketahui Kate bernama Raka.
"Aku tidak menyangka Kate juga termasuk salah satu dari kalian yang dikirimnya. Hahaha..." Orang itu tertawa di akhir kalimat yang sama sekali tidak lucu bagi mereka.
"Oh ayolah, jangan menatapku seperti itu." Ucap Raka lalu memasang raut serius. "Jadi sampai misi selesai kan? Saya harap kalian mampu menyelesaikan misi kalian dengan baik di sini. Tapi jangan abaikan pendidikan kalian. Status kalian kini sebagai peserta pertukaran pelajar. Sebagai pelajar jangan lupa kalau kalian juga dalam masa pendidikan. Baiklah. Hanya itu yang ingin saya sampaikan." Ucapnya kembali formal.
"Lalu pembagian kelas kami?" Tanya Kate.
"Oh iya. Mirrae dan Nathan di kelas B. Lalu Kate, kau menempati kelasmu yang lama bersama pria yang bernama Kenzo itu."
"Kenapa aku harus ditempatkan sekelas dengan anak ini?" Kate mengusap wajahnya gusar.
"Kenapa kau terlihat gusar seperti itu nak?" Tanya Raka menaikkan alisnya.
"Bukankah itu bagus kau kembali bertemu teman lamamu?" Tanyanya lagi."Bukan itu masalahnya. Tapi aku yang tidak sehat karena jantungku tidak mau bertingkah selayaknya jantung normal." Batin Kate memasang wajah kikuk. "Ah, bukan begitu. Hanya saja tadi, tadi...ah, itu aku kepanasan."
"Apa? AC nya menyala. Apa kurang dingin ya?" Tanya Raka sambil melihat AC yang menyala.
"Terserah saja pak. Aku sudah tinggal seatap dengannya. Kumohon jangan membuat kerja jantungku berdegup lebih keras lagi dari biasanya."
"Aa, bukan apa-apa. Kalau begitu kami ke kelas terlebih dahulu ya pak. Selamat tinggal." Ujar Kate langsung melesat keluar pintu.
"Dia itu kenapa?" Tanya Nathan.
"Entahlah, cewek itu memang susah dimengerti." Balas Kenzo.
"Aa, maksudmu aku juga?" Tanya Mirrae sambil tersenyum.
"Hn. Sudahlah, ayo kita susul dia."
***
"Kita kedatangan tamu. Peserta pertukaran pelajar tahun ini. Dan salah satu dari mereka..." Wali kelas tersebut memberi jeda sejenak dan tersenyum. "kita mengenalinya."
Bisikan demi bisikan mulai terdengar. Yang paling jelas antara mereka bertanya 'siapa' dan 'wah' atau 'benarkah'.
"Kalian berdua masuklah." Kode guru tersebut dan masuklah kedua orang berbeda gender. Yang menyamakan mereka hanya tatapan tajam yang dilontarkan untuk satu sama lain--sepertinya mereka masih belum benar-benar berbaikan.
"WAH, KATE!"
"SEDANG APA DIA DI SINI?"
"KAU TAK DENGAR YA? MEREKA KAN PESERTA PERTUKARAN PELAJAR. GIMANA SIH KAU INI."
"TAPI AKU KAN GAK TAU KALAU DIANTARA MEREKA ITU ADA KATE."
"YASUDAHLAH TERSERAH KAU."
"MEMANG TERSE--"
"DIAAMMM!!!"
Seketika kelas yang awalnya gaduh langsung sunyi selayaknya kuburan di tengah malam. "Nah, baiklah. Kalian perkenalkan diri kalian." Ucap Bu Lilian--wali kelas di kelas ini, yang berhasil menjinakkan kelas hanya dengan satu kata.
"Kalian sudah pasti tau aku." Kata Kate girang dan menunjukkan semua deretan giginya.
"Dih, beda sekali daripada saat perkenalan di Namion's." Batin Kenzo menyipitkan matanya ke arah Kate.
"Apa liat-liat? Sana perkenalkan dirimu pada mereka!" Bisik Kate menatap tajam pria di sampingnya.
"Kalau aku tidak mau?" Balas Kenzo berbisik.
"Kupukul kau." Bisik Kate.
"Kaizel." Ucap Kenzo tiba-tiba.
"A-apa? Kaizel? Siapa dia?" Batin Kate menyipitkan matanya.
"Kaizel?" Beo Kate.
"Apa yang baru saja aku ucapkan? Bodoh, aku sudah lama tidak mengucapkan maupun mendengar nama itu namun sekarang aku malah mengucapkannya dengan mulutku sendiri."
"Hei. Kenapa melamun? Cepat sana duduk!" Perintah Kate tiba-tiba mengeluarkan Kenzo dalam lamunannya.
"Hm? Dimana?" Tanya Kenzo datar.
"Ah, iya dimana ya?" Kate menatap datar Kenzo, tatapannya yang sangat berlawanan dengan isi batinnya. "Terserah. Aku tidak peduli."
"Aih, apa yang aku katakan?" Batin Kate dengan raut berusaha stay cool.
Sedetik kemudian terdengar dehaman seseorang yang menginterupsi mereka. "Yah, kalian bisa duduk sebangku di pojok sana." Ucap Lilian menunjuk bangku dipojok.
"Kenapa posisinya sama saja seperti di Namion's? Dan kenapa juga dia?" Batin Kate. "A-apa? Bu apa aku boleh duduk dengan Riena saja? Dan Rael yang duduk dengan Ken--maksudku Kaizel." Tolak Kate mencari alasan agar tidak duduk bersama Kenzo.
"Hmm...tapi bukannya kau temannya bisa membimbingnya dalam metode belajar milik sekolah ini? Tentu metode kami dan kalian berbeda. Dan kau bisa membimbingnya agar cepat beradaptasi." Balas Lilian.
"Yah, tapi adakah yang bisa membimbingku agar mudah beradaptasi dengan jatung yang kini berdetak tidak normal tiap dekat dengannya?" Batin Kate. Ternyata hari ini gadis itu membatin lebih banyak dari biasanya.
"Baiklah." Pasrahnya langsung menuju bangku yang sudah ditempati Kenzo di salah satu sisinya--entah sejak kapan sudah berada di sana.
***
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, sebuah tempat yang terdapat dua orang duduk santai di antara meja 1 kali 2 meter.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya seorang pria pada seseorang di seberang meja.
"Sampai saat ini semuanya baik. Tapi mereka belum menunjukkan diri mereka."
"Baguslah. Apa mereka bisa menangani masalah ini sendirian?"
"Serahkan saja pada mereka. Mereka bukanlah anak kecil yang harus dituntun untuk berjalan lagi."
"Yah, kau benar. Mungkin aku terlalu khawatir. Mereka seakan baru saja lahir...Indra, apa aku gagal menjaga anak-anakku hingga aku harus menyerahkan masalah yang tidak bisa aku tangani pada mereka?"
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Yah, aku gagal melindungi anak bungsuku."
"Kau ini selalu saja. Yang lalu biarlah berlalu dan jadikan yang lalu sebagai pelajaranmu. Lindungilah apa yang kau punya sekarang. Jangan terus menatap kepada masa lalu yang hanya akan menambah keterpurukanmu. Lihatlah ke masa sekarang Kevan."
"Yah, sudahlah. Sekarang kita lakukan pekerjaan kita."
•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•

KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
FantasyApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...